Program acara televisi My Trip My Adventure (MTMA) edisi Pantai Tiga Warna Malang 17 April 2016 menuai pro dan kontra.
Beberapa waktu lalu sebuah acara traveling di salah satu stasiun televisi swasta di Indonesia menayangkan trip dan adventure nya ke Pantai Tiga Warna Malang. Awalnya tak ada yang salah dengan kedua host saat memandu acara. Mereka bicara di depan kamera, saling bercanda, dan nampak sangat antusias, layaknya Anda dan teman-teman dekat Anda saat sedang liburan bersama.
Kedua host kemudian tiba di sebuah pos untuk melakukan checklist barang bawaan. Tujuan dari checklist barang bawaan di pos tersebut adalah menjaga Pantai Tiga warna yang merupakan salah satu wilayah konservasi di lingkungan tersebut. Dengan adanya checklist, para pengunjung diharapkan dapat selalu menjada kebersihan dan ketertiban di kawasan ini. Sejujurnya, saya sangat salut dengan langkah preventif yang diambil oleh pengelola wisata, agar pengunjung juga ikut menjaga, tidak hanya berkunjung dan meninggalkan bekas sampah dan goresan rusak di tempat wisata.
Sampai tiba saatnya kedua host di bibir Pantai Tiga Warna yang terletak di Sendang Biru, Kabupaten Malang. Mereka langsung berlari ke laut dan berenang dengan pakaian serta alat snorkeling seadanya, tanpa life jacket.
Pantai Tiga Warna yang masih masuk dalam kawasan konservasi ini mempunyai beberapa aturan bagi para pengunjung, salah satunya adalah larangan untuk renang tanpa menggunakan jaket pengaman atau life jacket dan larangan free diving. Sayang seribu sayang, kedua host program ini melanggar larangan tersebut.
Saya kemudian membayangkan, bagaimana keadaan terumbu karang Pantai Tiga Warna di masa yang akan datang? Akankah masih sama indah seperti saat ini? Ketika nantinya banyak orang melakukan “free diving” yang sama seperti para host program tersebut, akan seperti apa kondisinya nanti?
Larangan untuk free diving dan berenang tanpa menggunakan jaket pengaman sebenarnya sudah terpampang nyata di lokasi. Acara MTMA disiarkan ke seluruh negeri. Juga dianggap menjadi banyak panutan bagi anak muda. Bagi penonton yang tidak tahu menahu, bisa saja meniru laku para host yang sebenarnya melanggar aturan.
Banyak anak muda yang kini sangat mengidolakan program tersebut, dan termotivasi untuk traveling ke tempat-tempat yang tim MTMA kunjungi.
Hal ini sebenarnya telah lama dicemaskan banyak pihak, seperti yang pernah ditulis Eva Bachtiar di tulisan ini, di mana ajakan-ajakan bertualang dari para host mereka justru berubah menjadi bumerang bagi destinasi wisata. Sila baca selengkapnya tulisan Eva Bachtiar tersebut tentang tak perlunya koar-koar mengajak bertualang secara provokatif di media.
Saya pun bukan traveler yang sempurna, tapi setidaknya bersama-sama mari menjadi traveler yang lebih bijak, yang tidak hanya membawa manfaat bagi diri sendiri, tapi juga lingkungan sekitar.