Resolusi 2015 Seorang "Anak Baru Backpacker"

Seseorang disebut backpacker karena terus melangkahkan kakinya.

SHARE :

Ditulis Oleh: Shabara Wicaksono

Menyelami dunia maya atau bermain game DOTA sangat menyenangkan pada awalnya, sebelum aku mengenal dunia backpacking ini. Sebuah video jalan-jalan di Youtube mengilhamiku. Bepergian melihat dunia tampak begitu mengasyikan. Melihat langsung dengan mata kepala sendiri, tanpa perantara layar gadget kita.

Merasakan langsung sinar matahari yang hangat, kabut gunung yang begitu dingin, lautan awan di puncak sana, sungguh aku merasa seperti anak kecil yang begitu menginginkan sebuah mainan baru.

Berkutat di internet membuatku sadar begitu banyak hal buruk terjadi pada tahun ini. Dunia kehilangan seorang Nelson Mandela, beberapa negara tertangkap basah saling memata-matai, dan rahasia Amerika Serikat terbongkar bahwa mereka ternyata memiliki akses terhadap semua aktifitas internet kita.

Di dalam negeri, aku menyaksikan drama sebuah pemilihan presiden paling melelahkan yang pernah ada, korupsi disana-sini. Kebakaran hutan di tanah Sumatera, penembakan di Papua atau yang terbaru bencana longsor di Banjarnegara juga menjadi fenomena besar menjelang akhir tahun.

Ditengah semua itu, dunia ini tetap tempat yang sangat indah. Aku yakin banyak hal baik diluar sana yang bisa aku lihat. Saat pulang ke kampung halaman belum lama ini, dalam perjalanan pulang aku mengamati beberapa penumpang angkutan umum yang saling membantu mengangkat sebuah karung besar berisi sayur-sayuran milik seorang penumpang lain.

Di jalan, seorang pemuda berambut merah, bertato dan bertindik berdiri dan memberikan tempat duduknya pada seorang kakek tua, atau kisah seorang kenek yang dengan ikhlas menggratiskan biaya angkutan salah seorang penumpang yang kehilangan dompetnya. Hal-hal yang nampak sepele, tapi hal-hal itulah yang membuat kota kecilku yang terletak dikaki gunung ini senantiasa hangat.

Keyakinan bahwa masih sangat banyak hal baik dan luar biasa yang bisa aku lihat diluar sana itulah, yang membuatku mantap ingin segera merancang rencana perjalanan dan melangkah ke tempat-tempat baru.

Alih-alih berpesta sepanjang malam, aku memilih duduk diam didepan jendela kamarku. Aku hanya ingin merenung apa yang harus kucapai di tahun berikutnya. Aku menyadari traveling bukan video game yang memiliki batas selesai.

Ada beberapa hal yang ingin kulakukan sebagai seorang “anak baru backpacker” di tahun 2015 ini.

1. Berdiri di Puncak Mahameru

Photo by Arian Zwegers

Gunung Semeru masih menjadi magnet yang memiliki daya tarik luar biasa. Percayalah, ini bukan pengaruh film 5 cm. Kisah-kisah dari para senior yang telah berhasil mencapai puncak mahameru, buku-buku tentang puncak mahameru, kisah Soe Hok Gie, serta video pendakian gunung ini benar-benar menggetarkan hati. Aku sadar diri aku seorang pemula, sangat pemula bahkan. Seorang senior bahkan berkata,”kamu tak akan bisa mencapainya tahun ini,”. Namun tak ada yang salah dengan sebuah resolusi bukan?

2. Backpacking Seorang Diri

 

Photo from rootstraveler.com

Sensasi sebuah perjalanan akan jauh lebih terasa saat kita bepergian seorang diri. Selama ini aku selalu bepergian bersama beberapa teman dekatku. Memang menyenangkan memiliki teman bicara sepanjang perjalanan, saling bersenda gurau, saling berbagi makanan serta yang pasti saling berbagi rasa lelah.

Aku ingin merasakan sesuatu yang baru. Merasakan angin dari jendela bus yang terbuka seorang diri, menikmati matahari terbenam di pinggir pantai hanya bersama gesekan daun kelapa dan deburan ombak, dan yang pasti ketika tersesat aku akan tersesat sendirian pula. Pada awalnya mungkin aku akan merasa sangat kesepian bepergian seorang diri, namun aku yakin, hal baru tersebut akan bisa menjadi kisah menarik sebagai oleh-oleh untuk teman-temanku nanti.

3. Mencapai Puncak Bromo Hanya dengan Rp 100.000,- dikantong.

Photo by Schristia

Mungkin terdengar gila. Aku suka menantang diriku sendiri seperti ini. Menentukan bujet maksimal untuk mengunjungi suatu destinasi merupakan salah satu caraku untuk mengetahui batasku. Lalu, bagaimana jika ternyata ditengah perjalanan uang tersebut habis? Yakinlah, “Selama masih di Indonesia, kita tak akan mati ketika tersesat dan kehabisan uang”. Aku percaya masih banyak cara yang bisa dilakukan. Menumpang di bak truk terbuka sepertinya menarik.

Baca juga : Backpackeran Irit Ke Bromo ala Mahasiswa

4. Mengobrol Panjang Lebar dengan Turis Asing yang Kutemui Nanti

Photo by shankar s

Memiliki teman dari negara lain menjadi mimpiku sejak dulu, meski aku tahu kemampuan bahasa inggrisku tak begitu bagus. Setidaknya hal ini justru dapat menjadi pembelajaran yang jauh lebih efektif daripada hanya sekedar belajar di ruang kelas. Aku membayangkan pasti sangat menyenangkan membicarakan berbagai hal di negaranya,atau pendapatnya tentang Indonesia. Jujur saja, aku selalu penasaran bagaimana pandangan mereka tentang negeri ini.

5. Berkeliling Pulau Jawa Dengan Mengendarai Sepeda Seorang Diri

Photo by David Woo

Membayangkan aku akan melewati jalanan-jalanan yang belum pernah kulihat di pelosok pulau ini benar-benar membuatku berdebar. Aku yakin pulau ini sangat indah. Banyak tempat belum terjamah di luar sana. Menyusuri jalan-jalan yang asing, hanya berbekal peta atau GPS. Beradu dengan truk-truk besar di jalur pantura, dihembus angin laut di pesisir selatan, melewati jalur menanjak di jalur tengah. Sangat melelahkan aku yakin, tapi suatu saat nanti aku akan berkata bangga pada anak atau cucuku, “aku pernah mengelilingi pulau ini dengan mengendarai sepeda seorang diri”.

Tak ada salahnya bermimpi setinggi mungkin. Terus mengejar mimpi akan membuatku benar-benar “hidup”. Bukankah kita disebut backpacker karena kita terus melangkahkan kaki kita?

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU