Dunia pendakian memang banyak di minati oleh orang Indonesia. Hal itu dibuktikan dengan foto-foto ramainya pendakian yang banyak beredar di media sosial. Salah satunya adalah Gunung Prau di Dataran Tinggi Dieng berikut ini.
Dari beragam pendaki yang memadati gunung-gunung di Indonesia, banyak pendaki lebih suka memakai outfit yang cukup simpel, lho. Nggak percaya? Coba deh perhatikan outfit pendaki berikut ini, Kamu pasti lebih sering melihat pendaki dengan penampilan begini saat berada di gunung.
Jika bicara tentang dunia pendakian luar negeri, berarti kita juga membahas jalur pendakian yang lebih variatif. Bukan hanya jalur tanah, bebatuan, atau tebing. Tapi juga jalur bersalju. Dengan berbagai jalur pendakian tersebut, Kamu akan melihat banyaknya perbedaan penampilan pendaki Indonesia dan pendaki luar negeri.
Berikut ini adalah 7 perbedaan pendaki luar negeri dan pendaki Indonesia:
Saat mendaki ke Gunung Denali, gunung tertinggi di Amerika Utara, para pendaki luar negeri akan membawa peralatan yang sangat lengkap. Mulai dari jaket tebal, tongkat, sepatu yang dilengkapi dengan penghangat dan crampoon (tapak besi pada sepatu). Tidak lupa, peralatan memanjat seperti tali carmentel dan carabiner. Kalau pendaki Indonesia mah bawa jaket biasa atau pakai kemeja flanel sudah cukup. Maklum, beda cuaca dan iklim.
Foto di atas adalah pendaki bernama Christopher Horsley berkewarganegaraan Inggris. Dia traveling ke beberapa negara di dunia untuk mendaki. Dia selalu memakai helm dan peralatan panjat tebing ketika mendaki gunung, terutama saat mendaki gunung berapi di Vanuatu. Kalau orang Indonesia sih bawa ikat kepala aja udah bisa buat jaga diri saat naik gunung.
Beberapa gunung di Islandia memang gunung es. Namun ada juga gunung dengan hamparan rumput hijau dan air terjun indah, seperti Gunung Kirkjufell. Pendaki di Islandia hanya butuh pakai kaos dan celana pendek biasa untuk mencapai puncak, seperti para pendaki Indonesia. Bedanya, pendaki Islandia selalu bawa trekking pole saat mendaki. Kalau orang Indonesia sih bawanya selfie stick biar eksis.
Jika kamu pernah mendaki bersama dengan para bule di gunung Indonesia, pasti kamu akan jarang melihat mereka mendaki menggunakan tas besar. Mereka akan membawa tas kecil ukuran 25 liter untuk membawa persediaan air dan makanan saja. Karena bagi para bule, beberapa gunung di Indonesia seperti Gunung Papandayan, Lawu, Merbabu, Merapi, Andong, dan Prau cukup mudah dilalui tanpa harus menginap dan camping.
Sedangkan pendaki Indonesia, cuma naik gunung Andong aja bawaannya udah kayak mau naik Gunung Rinjani. Contohnya, teman saya yang pakai kaos merah pada foto di atas.
Saat naik gunung, kamu pasti pernah melihat para pendaki yang pakai sandal gunung. Kalau mendaki di luar negeri, kamu akan jarang melihat mereka pakai sandal apalagi sandal jepit. Merk swallow lagi.
Pernah nggak kamu naik gunung bawa kacamata? Tujuannya buat apa? Buat melindungi mata atau buat selfie? Padahal nih, tujuan memakai kacamata itu buat melindungi mata dari paparan sinar ultraviolet yang bisa membutakan mata.
Mungkin karena orang Indonesia berjiwa korsa dan ramah, pendaki Indonesia lebih sering mendaki dengan anggota yang lebih banyak.
Kelompok-kelompok pendaki seperti di Indonesia ini, jarang ditemui di luar negeri. Pendaki luar negeri lebih suka mendaki dalam jumlah anggota yang sedikit, alasannya masih belum jelas, namun seorang wisman yang sempat saya temui di Lawu pernah bilang jika ia lebih nyaman mendaki sendiri karena nggak ingin diganggu orang lain. Bagi mereka, privasi itu penting.
Itulah perbedaan pendaki Indonesia dan luar negeri. Pernah nggak kamu melihat langsung perbedaan ini ketika naik gunung sama bule?