Jogja sebagai salah satu primadona wisata Indonesia sedang tercoreng dengan adanya sebuah berita negatif yang beredar, bahwa wisatawan yang keliling Alun-alun Kidul menggunakan odong-odong harus membayar cukup tinggi.
Informasi ini mulai viral setelah akun Facebook Kota Jogja memposting sebuah status terkait hal ini.
Dalam postingan tersebut, akun Kota Jogja mempertanyakan kelayakan penyewaan Odong-odong memberikan harga sangat tinggi kepada para wisatawan. Wisatawan disebutkan harus membayar Rp 150 ribu. Padahal, biasanya harga menaiki Odong-odong hanya sekitar Rp 30 ribu- Rp 50 ribu saja.
Beberapa masyarakat Jogja mengecam para operator Odong-odong yang terkesan memeras para wisatawan. Selain mengecam aksi para operator Odong-odong yang mencoreng wajah Jogja, masyarakatpun merasa malu dengan kejadian ini.
“Sy sbg org jogja asli merasa prihatin dan malu melihat fenomena ini…hrsnya pemkot jogja bertindak cpt dg membuat aturan yg ketat dan menyamakn tarif baik odong2, parkir maupun harga makanan lesehan..jng kemahalan yg penting ramah lingkungan dan ramah di saku wisatawan sehingga image jogja yg sll ngangeni terus terjaga. Klo wisatawan senang dan nyaman pasti mereka akan balik lg dan otomatis pasti akan mempromosikn jogja dari mulut ke mulut klo jogja memang kota yg indah, ramah dan ngangeni.”
Seorang netizen juga ikut berkomentar dan meminta maaf kepada wisatawan atas kejadian ini. Namun ada juga netizen yang mengatakan hal ini wajar terjadi jika wisatawan tidak pintar menawar.
Melansir dari yogyakarta.panduanwisata, operator Odong-odong angkat bicara atas kejadian yang meresahkan ini.
Operator pun memberi penjelasan terkait naiknya harga sewa odong-odong yang biasanya hanya 25 ribu Rupiah menjadi 150 ribu Rupiah di liburan akhir tahun ini. Alasan yang diungkap tidak lain tidak bukan adalah karena kemacetan yang terjadi di sekitar kawasan Alun-Alun Kidul. Kalau biasanya sekali putaran odong-odong hanya butuh waktu 10 menit saja, kini sekali putaran odong-odong membutuhkan waktu lebih 30 menit.
“Bahwasanya yang membuat dan menentukan harga menjadi tinggi itu bukan kami, tapi pembelinya sendirilah yang menghargai kami tinggi. Harga menjadi tinggi bukan karena kayuhannya, bukan karena jumlah putarannya, bukan karena aji mumpungnya… tapi karena pengunjung mendapatkan citra yang fenomenal dari hasil inovasi kami pada momen tertentu.”
Ingin tahu berbagai hal menarik seputar Jogja? Baca artikel-artikel ini:
Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan seperti ‘kantong jebol’, lebih baik bertanya lebih dulu harga kepada penjual, operator, supir atau pelaku wisata.
Semoga di tahun 2017 yang baru menginjak hari ketiga pariwisata Indonesia semakin dikenal sebagai destinasi indah, nyaman dan aman untuk semua wisatawan.
Oya, bagi para wisatawan yang merasa diperlakukan tidak baik oleh pelaku wisata di Jogja, bisa mengadu di nomor yang tertera di bagian bawah poster di bawah ini.