Lingkok Kuwieng , Ngarai Unik di Aceh yang Layak Menjadi Tempat Kontemplasi

Lingkok Kuwieng, sebuah ngarai unik yang tertutupi rimbunnya hutan di kaki Gunung Seulawah Dara, Aceh. Tempat yang cocok untuk kontemplasi.

SHARE :

Ditulis Oleh: Makmur Dimila

Kontemplasi, suatu tindakan untuk memahami penuh suatu hal. Memahami tidak hanya sekadar tahu, tapi ada pendalaman dan pemaknaan akan sesuatu dibalik apa yang bisa terindera. Karena kontemplasi, benda mati tidak lagi hanya menjadi sekedar benda mati. Tumbuhan tidak lagi hanya sekedar calon kayu dan triplek. Binatang tidak lagi hanya sekedar daging belaka.

Di Aceh, ada suatu tempat yang cocok untuk kontemplasi.

Beberapa waktu lalu, saya dan beberapa kawan melakukan perjalanan –yang bisa dibilang sulit- ke Lingkok Kuwieng, sebuah ngarai unik yang tertutupi rimbunnya hutan di kaki Gunung Seulawah Dara, Aceh. Ada banyak pelajaran yang saya petik dari perjalanan ini.

Tinggalkan motor canggihmu

Bun begitu percaya diri dengan motor jadulnya. Foto oleh Makmur Dimila

Sehari sebelum berangkat, saya temui Bun, kawan saya seorang mahasiswa pecinta alam. Dia yang akan menunjukkan pada kami.

Ia memberi satu saran unik, yaitu agar kami lebih baik menggunakan kendaraan tua!

Masalahnya, sudah lima tahun lalu sepeda motor jadul saya jual. Tergantikan dengan model baru. Saya tak punya pilihan, hingga ide muncul dari teman perjalanan saya, si Boy.

“Kita tukar sepeda motormu dengan punya ibu saya.”

Tepat sekali. Pagi-pagi esoknya, saya tukarkan skuter matik dengan sepeda motor bebek. Sedangkan Si Bun, tampak happy dengan motor jadulnya –meski pada akhirnya ia harus menukarnya dengan kendaraan lain karena ternyata remnya blong.

Dan ternyata Bun tak asal memberi saran. Saya bersyukur mengikuti sarannya untuk tidak bawa motor matik. Perjalanan darat selama 2 jam ke Lingkok Kuwieng ialah jalur off-road. Medannya penuh undakan batu, naik-turun berliku, dan kadang-kadang tanah lembur bekas lalu-lintas mobil pengangkut kayu. Sepeda motor dengan shockbreaker yang kuat dan lembut atau mobil double cabin sangat dianjurkan untuk menuju ke tempat ini.

Keindahan pantai-pantai di Aceh ini tak kalah dengan Lombok maupun Bali. Sempatkanlah berkunjung ke sini, setidaknya sekali seumur hidup!

Menghargai pemula

Terkadang yang dibonceng harus jalan kaki untuk memudahkan si pengemudi. Foto oleh Makmur Dimila

Kami bertemu sekelompok anak muda yang juga ingin ke Lingkok Kuwieng. Saya taksir mereka baru satu-dua tahun masuk kuliah dengan semangat ‘pecinta alam’ yang membara. Dan ternyata ini skenario Tuhan untuk menguji kami bertiga.

Kami harus menunggu mereka hampir satu jam dari pos pertama di Jalan Rel Kereta Api, Pasar Padang Tiji. Kami akan sangat kecewa kalau saja mereka tak muncul juga pada jam 11 siang.

Pada titik tertentu, saya harus mendorong kendaraan teman-teman baru itu. Atau mengingatkan mereka untuk hati-hati agar tak terpeleset. Sampai di tujuan, saya baru tahu kalau mereka tak membawa bekal nasi untuk makan siang padahal agenda mereka berkemah. Kami saja yang tak camping, membawa nasi sampai 3 bungkus. Ya untungnya, berbagi bekal dalam sebuah perjalanan masih menjadi hal menarik. Kami tak keberatan membagi bekal kami.

Diberi tahu guide mereka, ternyata anak-anak muda itu sedang belanja logistik persiapan camping saat kami menunggu di pos pertama tadi.

“Mereka tidak pernah ke hutan sebelumnya, ya, maklumlah,” jelas Bun.

Namun saya pribadi senang dengan pengalaman pertama mereka. Semoga menjadi pelajaran: mereka mengenal alam secara langsung, tak hanya sebatas melihat di acara-acara traveling televisi. 

Berminat berkunjung ke wilayah ujung barat nusantara, Sabang? Baca panduannya terlebih dulu di sini

Tetap bersyukur meski mungkin destinasi tak sesuai ekspektasi

Mandi salah satu atraksi yang bisa kamu coba di Ngarai Lingkok Kuwieng. Foto oleh Makmur Dimila

Saya selalu berharap tujuan saya kelak haruslah seperti terbayangkan dalam pikiran saat keluar rumah memulai perjalanan. Tetapi kenyataan terkadang berkata lain. Bahwa air yang mengalir di ngarai Lingkok Kuwieng tidak hijau toska dan jernih seperti diceritakan pengunjung yang lebih dulu kemari.

Kami tiba ketika matahari tepat di atas ubun-ubun. Saat keasrian alam sulit dirasa. Permukaan airnya berwarna hijau tua. Tidak kontras dengan warna dinding ngarai yang coklat usang dan hijaunya pepohonan di sekitar. Barangkali akan tampak seperti air kolam mandi jika tiba di sana pagi-pagi dan malamnya diguyur hujan.

Namun, saya patut bersyukur. Itulah wujud alam paling unik dalam daftar jejak saya di sebagian hutan Aceh. Susunan dan kontur batunya sekilas seperti hasil ukir tangan manusia zaman dulu. Saya terbayang pada bentuk ukiran batu candi-candi di Indonesia.

Keunikan alam Lingkok Kuwieng murni fenomena alam, disebabkan erosi oleh air pegunungan yang selalu mengalir dengan volume yang berubah-berubah.

“Orang-orang tua kami pun bilang, itu mustahil buatan manusia,” terang Bun yang putra asli Padang Tiji.

Dari hasil meramban di dunia maya, saya bisa membandingkan tempat ini dengan Grand Canyon, sebuah keajaiban alam di hutan Arizona, Amerika Serikat. Dari segi luas, Grand Canyon tak pantas dibandingkan dengan ngarai Lingkok Kuwieng yang sangat kecil. Tetapi bentuk batuan dari keduanya hampir sama.

Bagi yang pernah berkunjung ke Aceh, tempat ini selalu meninggalkan rindu mendalam. Ini dia 7 alasan mengapa Aceh selalu dirindukan

Air terjun kecil di Lingkok Kuwieng tempat untuk terapi pijat alami. Foto oleh Makmur Dimila

Kami meninggalkan tempat ini pukul 3 sore. Saya puas meski sebentar. Selama tiga jam itu, saya sudah mandi, lalu memulihkan badan yang lelah dengan terapi alami pada sebuah air terjun kecil di ujung ngarai; saya duduk di batuan meresapi gumpalan air yang meninju-ninju punggung. Tempat ini cocok untuk kontemplasi. 

Tips: Kapan sebaiknya ke sana?

Lingkok Kuwieng, Grand Canyon ala Aceh. Foto oleh Makmur Dimila

Sebaiknya berkemah satu malam saja jika ingin benar-benar menikmati keindahan alam di Lingkok Kuwieng. Datanglah berkelompok serta menyiapkan persediaan logistik yang cukup. Sebaiknya hindari berkunjung saat musim hujan. Dan, tetap bawa pulang sampah-sampah plastik.[]

 

Tulisan ini juga terbit di Malesbanget.com

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU