Tampilkan Kisah Pilu Harimau Sumatra, Film Sumatra's Last Tiger Raih Penghargaan di Festival Film New York 2016

Pelaku industri langsung merespon dengan rencana untuk mempopulerkan wisata Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) demi tingkatkan kunjungan wisatawan yang ingin melihat Harimau Sumatra dari dekat

SHARE :

Ditulis Oleh: Wike Sulistiarmi

Foto diambil dari sini

Film ini menampilkan  kisah pilu riwayat Harimau Sumatra yang saat ini hanya tinggal 500 ekor akibat pasar ilegal tahun 1998-2002 hingga mengakibatkan 50 ekor Harimau Sumatra harus mati setiap tahunnya.

Selain menampilkan beberapa upaya konservasi harimau Sumatera di kawasan konservasi Tambling Wildlife Nature Conservation (TWNC) Pesisir Barat, Lampung bersama pemerintah, Film “Sumatra Last Tiger” juga menampilkan bagaimana Harimau Sumatra menuju kepunahannya.

Ribuan Harimau Sumatra mati dengan sadis oleh para pemburu yang sengaja memburu mereka untuk diperjual-belikan. Pengakuan kesadisan pemburu ini ditampilkan dalam film dokumenter “Sumatra Last Tiger” yang membuat film ini semakin menarik. Pun, sebuah penyesalan hebat para pemburu pasca pembebasannya.

Film “Sumatra last tiger” ini menampilkan banyak keringat yang harus terkuras dalam upaya pelestarian Harimau Sumatra yang hampir punah. Ranger dibentuk untuk upaya pelestarian, mengawasi para pemburu dan membebaskan para Harimau Sumatra yang terjerat oleh perangkap setiap waktu.

Dengan semua kerja keras yang ditampilkan dalam film “Sumatra Last Tiger”, penghargaan ini memang layak diberikan salam Festivel Film New York 2016.

Prestasi ini langsung mendapat respon bagi pelaku industri pariwisata di Indonesia untuk mempopulerkan wisata di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) untuk wisatawan agar bisa melihat secara langsung Harimau Sumatra dari dekat.

Respon yang aji mumpung saya pikir.

Ini bukanlah tempat yang cocok untuk memperbanyak wisatawan agar datang dan menyaksikan langsung para Harimau Sumatra dari dekat, mengingat upaya besar yang telah dilakukan untuk pelestariannya.

Jikapun ingin tetap mendapat pemasukan dari sektor pariwisata, harus benar-benar dipikirkan tata cara kunjungan wisatawan agar langkah promosi tersebut tidak bertentangan dengan upaya pelestarian yang telah dilakukan sebelumnya.

 

Baca juga:

 

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU