Gunung Api Paling Aktif, Kenapa Warga Nekat Tinggal di Lereng Merapi?

Tinggal di lereng gunung api paling aktif di dunia artinya berkawan dengan bahaya. Kenapa masih terdapat warga yang nekat tinggal di lereng Gunung Merapi?

SHARE :

Ditulis Oleh: Taufiqur Rohman

Gunung Merapi yang terletak di antara provinsi D.I. Yogyakarta dan Jawa Tengah telah dikenal sebagai gunung berapi paling aktif di dunia. Bahkan Merapi sering masuk dalam deretan gunung paling berbahaya. Setiap 2-3 tahun sekali, Gunung Merapi rutin mengalami erupsi. November 2020 ini, Merapi sedang menunjukkan tanda-tanda akan mengalami erupsi besar.

Warga yang termasuk dalam kelompok rentan, seperti lansia dan ibu hamil telah dievakuasi ke tempat yang lebih aman. Sapi dan semua hewan ternak juga sudah direlokasi. Seluruh aktivitas di Kawasan Rawan Bahaya (KRB)-3 yang berjarak 5 Km dari puncak Merapi ditiadakan, tak terkecuali kegiatan wisata. Rencana mitigasi disiapkan karena Merapi dapat erupsi kapan saja.

Tinggal di lereng Gunung Merapi artinya berkawan dengan bahaya. Warga setiap tahun harus mengungsi jika Merapi mengeluarkan tanda-tanda akan erupsi. Belum lagi, risiko kehilangan harta benda dan tempat tinggal. Lalu, kenapa masih terdapat warga yang nekat tinggal di lereng Gunung Merapi? Ada beberapa alasan yang mendasarinya, berikut adalah ini penjelasannya.

Warga di lereng Merapi menggelar Sadranan (cnnindonesia.com).

Tanah yang Subur untuk Bertani

Tinggal di dekat gunung berapi memang menyeramkan. Material vulkanik dari erupsi dapat menyebabkan kerusakan serius terhadap lingkungan dan alam di sekitarnya. Namun siapa sangka, material vulkanik tersebut dapat membuat tanah menjadi sangat subur. Tidak heran apabila banyak hasil bumi berupa sayur dan buah dipanen dari daerah pegunungan vulkanik.

Lahar panas yang keluar dari kawah gunung berapi perlahan mengalami penurunan suhu, mengeras kemudian hancur karena lapuk dan akhirnya menjadi tanah vulkanik yang subur. Tanah vulkanik mengandung sangat kaya akan besi, kalsium, fosfor, magnesium, sodium, sulfur, potasium dan mineral lain yang baik untuk pertumbuhan berbagai jenis tanaman.

Tanah yang subur inilah yang membuat warga tetap bertahan tinggal dekat dengan Gunung Merapi. Hasil pertanian di lereng Merapi didominasi oleh kopi yang dikenal dengan Kopi Merapi. Bahkan pada 2018 lalu Pemerintah Kabupaten Sleman menjadikan kawasan di lereng Gunung Merapi sebagai sentra perkebunan dan produksi Kopi Merapi dengan kualitas yang tinggi.

Kopi Merapi, hasil bumi warga di lereng Merapi (inibaru.id).

Selain itu, daerah yang terletak di sekitar kawasan gunung berapi bisanya juga memiliki cadangan air tanah yang cukup, sehingga tidak akan terjadi krisis air ketika musim kemarau berkepanjangan. Secara geologi, bentang alam pegunungan vulkanik tersusun atas batuan sedimen yang memiliki kemampuan untuk menampung air di dalam tanah dalam jumlah besar.

Hidup Selaras dengan Gunung Merapi

Masyarakat yang tinggal di lereng Gunung Merapi memiliki sikap hidup yang selaras dengan alam. Gunung Merapi sudah dianggap sebagai orang tua yang hidup juga bernapas. Ketika aktivitas vulkanik di Merapi sedang meningkat, masyarakat memaknainya dengan ‘Eyang Sedang Mempunyai Hajat’. Inilah yang membuat mereka bisa tetap hidup dalam harmoni.

Tidak hanya ilmu pengetahuan, kearifan lokal juga menjadi andalan bagi masyarakat untuk mempersiapkan mitigasi menjelang erupsi. Salah satu tokoh adat di Desa Purwobinangun, Sleman biasanya akan mendapatkan mimpi jika Gunung Merapi akan erupsi. Di Dusun Turgo mengenali erupsi melalui suara kijang yang berasal dari Bukit Plawangan, sisi barat Merapi.

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU