Kapan lagi bisa ketemu momen di mana jutaan orang pergi traveling bersama di waktu yang sama? Tak peduli harus berdesak-desakan di kereta atau berhimpitan di antara kendaraan, yang terpenting bisa pulang kembali ke kampung halaman.
Lautan motor saat mudik tiba seolah sudah menjadi ciri khas Indonesia. Para pemudik rela mengendarai motor ribuan kilometer demi berjuang bertemu saudara. Bahkan tak jarang juga ada pengendara sepeda motor yang berboncengan melebih kapasitas seharusnya.
Tempat piknik mungkin identik dengan lokasi yang indah. Tapi selama musim mudik berlangsung, sepanjang jalan dijadikan area piknik oleh pemudik. Mereka duduk menggelar tikar atau hanya beralaskan rumput.
Kalau di hari-hari biasa area pantura hanya berisi sawah-sawah yang panas dan gersang, saat musim mudik tiba banyak pedagang makanan yang membuka lapak di sepanjang jalan.
Umumnya motor hanya bisa mengangkut sedikit barang, apalagi kalau sudah dinaikin 2 orang. Tapi saat mudik datang, motor disulap jadi kendaraan pengangkut barang melebihi kapasitas kendaraan. Biasanya pemudik memasang alat tambahan berupa kayu yang diikatkan di badan motor untuk membawa barang bawaan yang menggunung.
Saking bahagianya mau mudik, kadang pengendara sepeda motor menuliskan kalimat penyemangat yang dipasang di bagian belakang motor. Seperti pemudik yang satu ini misalnya, menuliskan pesan untuk pasangannya.
Dari H-7 sampai H+7 lebaran, perkembangan mudik pasti selalu diberitakan. Dari sinilah, euforia mudik makin terasa.
Baca juga: Mudik ke Semarang? Deretan Destinasi Wisata Ini Bisa diKunjungi
Jika setiap harinya kita terlalu sibuk dengan pekerjaan masing-masing, saat mudik tiba, seluruh sanak saudara dari berbagai daerah akan kumpul jadi satu. Yang tadinya tak pernah kenal, jadi sering bertukar cerita. Hingga akhirnya anggota group whatsapp keluarga bertambah juga.