Kamu Tipe Teman Traveling Seperti Apa? Berikut Jenis Traveler yang Pasti Pernah Kamu Temui

SHARE :

Ditulis Oleh: Fubuki Aida

Ketika pergi ke suatu tempat, tentu kita pernah bertemu dengan beragam jenis traveler.  Bagi saya sendiri, bertemu beragam orang dari beragam tempat, beragam background, dan beragam model adalah hal yang membuat perjalanan itu sendiri  menarik. Karena tak jarang, orang-orang tersebut memberikan pelajaran hidup kepada kita lewat cerita-cerita kehidupan yang mereka bagi selama perjalanan. Atau lewat mereka pula lah terkadang kita mendapat ilmu, pekerjaan, bahkan ada yang sampai mendapat jodoh.

Tetapi tidak bisa dipungkiri, bahwa tidak semua traveler yang kita temui itu nyenengin.  Karakter manusia itu berbeda-beda. Penerimaan masing-masing orang pun berbeda.

1. Meninggalkan jejak di sana-sini

Meninggalkan jejak yang saya maksud  bukan jejak langkah kaki. Tetapi lebih kepada penandaan tempat yang mengarah pada perusakan lingkungan.  Misal, aksi vandalisme. Mencoret batu sampai menggurat pohon adalah bentuk kenorakan besar. Biarpun, kadang kala maksud mereka adalah aksi romantisme sekalipun.

2. Traveler yang menganggap setiap tempat, adalah “dump” yang paling indah

Di tempat yang disediakan tempat sampah saja kita akan sering mendapati sampah berceceran di mana-mana. Seolah-olah, seluruh hamparan tempat di muka bumi adalah tempat sampah yang paling indah.

Parahnya, di tempat yang tidak disediakan tempat sampah seperti di gunung, para traveler ‘menyebalkan’ dengan ringan tangannya tetap membuang sampah sembarangan.

“Cuma sampah plastik kecil satu, kok. Tidak akan berdampak apa-apa,” sering dengar komentar seperti itu? Atau jangan-jangan malah kita sendiri yang pernah mengucapkannya?

Kalau semua orang berpikir hanya satu, satu-satu itu akan jadi seribu. Dan yang seribu itu bisa jadi se-gunung. Jadi, mari biasakan, membuang sampah ‘tepat’ pada tempatnya.

3. Traveler yang narsis luar biasa, sampai ogah pergi dari ikon wisata

Ini adalah perilaku traveler narsis yang biasanya datang beramai-ramai.  Biasanya mereka bawa tongsis, atau kalau tidak setting kamera menggunakan timer, lantas berfoto di ikon yang menjadi ciri khas tempat wisata.

Sangat wajar sebenarnya. Tapi, akan sangat menyebalkan kalau mereka terus saja ngendon di sana, tanpa beranjak.

Bayangkan saja, betapa menyebalkannya ketika harus menunggu misal 6 orang gerombolan hanya untuk sekadar berfoto di depan nama sebuah tempat. Dari 6 orang itu, masing-masing orang ingin berfoto sendiri-sendiri. Anggap saja setiap orang butuh 10 detik untuk mendapat satu gambar yang benar-benar bagus. Di kali 6 berarti 1 menit. Kemudian, masing-masing orang itu ingin berfoto dua-dua, tiga-tiga, empat-empat, lima-lima, kemudian berenam. Lantas, mereka berkali-kali ganti pose, dan berkali-kali ganti angle foto demi mencari-cari arah pencahayaan yang tepat. Menunggu orang model begini bisa bikin kita tumbuh uban.

Mari guys kita tingkatkan kesadaran “Orang lain juga punya instagram yang butuh diupdate!” #eh.

4. Traveler yang cinta mati pada kesehatan

Cinta kesehatan di manapun berada, wajib hukumnya. Tak mau dong setelah seneng-seneng malah jadi sakit?

Tapi, pernahkah Anda berjumpa dengan orang yang sangat cinta kesehatan, tapi malah justru dia jadi punya ketakutan berlebihan pada apapun?

Tak enaknya pergi dengan orang model begini adalah kita jadi tidak bisa fleksibel dengan keadaan, dan yang pasti ribet. Baru mau cari makan saja harus benar-benar melihat kondisi tempat makannya, bahkan harus dibelain melongok ke tempat cucian piring.

Kadang pun, harus menunggunya menghitung asupan kalori, lemak dan vitamin sewaktu pilih menu. Sedikit-sedikit pakai handrub. Apapun dilap handrub. Habis pegang apapun pakai handrub lagi.

5. Traveler yang Manja

“Ahh,aku capek!Tungguin!”  Padahal baru jalan dapat 100 meter.

“Bawain tasku, dong!”  Padahal tas kita sama bahkan lebih berat.

“Udah di sini aja. Di sini juga bagus kok, Di sana jauh, jalannya panas pula.” Padahal hanya butuh beberapa jengkal kamu sudah bisa mendapat view yang jauh lebih oke.

“Ahh, kenapa sih busnya jelek ? Nyebelin banget! Bikin pengen muntah!”  Padahal itu bus satu-satunya dan yang terakhir.

Kalau yang manja adalah kawan atau orang dekat Anda sendiri, tentu Anda sudah paham kadar kemanjaannya. Jadi, Anda bisa mengira-ngira sejak awal kadar kesabaran yang nanti bakal Anda butuhkan.

Tapi kalau ini terjadi saat open trip dan yang manja bukan orang yang dekat dengan Anda? Sabar menjadi satu-satunya solusi.

6. Traveler Pembohong

Pernah bertemu orang yang mengaku hobi traveling tapi ternyata seorang pembohong? Dia bercerita panjang lebar tentang dirinya, tentang semua perjalanannya yang pernah ke puluhan negara, tapi ternyata semua itu hanya identitas palsu?

Apapun alasannya orang yang berbohong itu buat saya tidak bisa dibenarkan. Apalagi kalau kebohongannya sampai digunakan untuk tindakan kriminal. Anda harus waspada pada tipe orang seperti ini.

7. Traveler Tukang Cari Jodoh

Traveler tipe ini juga menyebalkan. Sebenarnya, tak ada yang salah kok, kalau niat Anda traveling sekedar untuk cari jodoh. Tapi, kalau ini membuat Anda jadi, maaf, sangat murahan, lain lagi ceritanya.

Misal, baru bertemu, eh, udah bersikap sok dekat. Sampai kemana-mana didempelin terus.  Atau baru ketemu sekali, udah ngejar-ngejar. Minta kontak, begitu dikasih, eh, tiap hari tiap jam, telpon atau sms sekadar menanyakan hal-hal yang tak penting

Kalau cinta berbalas sih, oke. Kalau cuma sepihak?

8. Traveler yang ogah berbagi

Menyebalkan ketika traveling bersama orang yang pelit. Orang semacam ini susah-susah gampang menghadapinya. Paling repot, kalau mengajak orang pelit, naik gunung. Saking pelitnya, orang itu kita mintai minum saja sampai tidak boleh. Kalau alasannya karena kesehatan kan bisa tinggal bilang,

“Mulut botolnya jangan sampai kena mulut ya?”

Atau kalau tidak, “Mana sini botolmu, aku tuang,”

Tapi, kalau alasan pelitnya karna faktor  keegoisan, ya saran saya sih, sebisa mungkin hindari mengajak orang semacam ini kalau Anda tak mau makan hati.

Well, sebelum menjudge orang itu pelit ada baiknya, cek juga diri kita. Adakah sikap kita yang membuat orang itu pelit? Jangan-jangan itu terjadi karena  kita sendiri yang menjadi manusia keterlaluan tak bermodal?

9. Traveler yang tidak menghargai peraturan lokal

Sebuah tempat itu peraturannya dibuat berdasar penduduk yang mendiami wilayah tesebut , bukan berdasar turis yang datang. Jadi, sudah seharusnya kita menghargai aturan-aturan yang ada.

Misal, dilarang memasuki tempat yang dikeramatkan karena dianggap sebagai tempat dewa.

Kita, tidak nekat memasuki, bukan berarti kita memiliki keyakinan yang sama. Tetapi tidak nekat memasuki, adalah symbol penghargaan kita.

Ingatlah selalu peribahasa ini:

“Dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung”

Sayangnya ada saja orang yang nekat melanggar aturan.

Tahu Ranu Kumbolo? Harusnya, Ranu Kumbolo juga dilarang untuk berenang. Tapi, ada saja yang nekat. Bahkan, film 5 cm yang membuat nama tempat ini makin terkenal pun justru memberikan contoh pelanggaran yang nyata.

10. Traveler yang suka membawa oleh-oleh

Oleh-oleh yang saya maksud adalah barang-barang yang selayaknya tidak untuk dibawa pulang. Misal bunga edelweis, ataupun pasir  pantai.

Sebagai seorang traveler, apalagi kalau tempat yang kita kunjungi adalah alam. Ada baiknya ingat selalu 3 prinsip para pecinta alam:

  1. Jangan mengambil sesuatu kecuali gambar
  2. Jangan Meninggalkan apapun kecuali jejak kaki
  3. Jangan Membunuh apapun kecuali waktu

Sudah saatnya, kita menggalakkan slogan “Keep traveling dan mari sayang lingkungan” agar kondisi alam kita senantiasa terawat.

Baca juga:

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU