Upacara Pembukaan Asian Games 2018 yang berlangsung pada Sabtu (18/8) di Stadion Gelora Bung Karno sukses memukau warga Indonesia bahkan dunia.
Dari sederetan penampil, tarian Ratoeh Jaroe berhasil membuat orang-orang mlongo. Betapa tidak, sebanyak 1.600 penari kompak menggerakkan tubuhnya. Namun, masih banyak yang mengira bahwa Tari Ratoeh Jaroe merupakan tari Saman.
Tari Ratoeh Jaroe dikreasikan pada 2008 atas dasar semangat kebangkitan rakyat Aceh pasca Tsunami 2004. Di sisi lain, beberapa literatur menyebutkan tari saman Aceh diciptakan dan dikembangkan oleh Syekh Saman, seorang ulama yang berasal dari Gayo di Aceh Tenggara. Tari saman ditetapkan UNESCO sebagai Daftar Representatif Budaya Takbenda Warisan Manusia dalam Sidang ke-6 Komite Antar-Pemerintah untuk Pelindungan Warisan Budaya Tak benda UNESCO di Bali, 24 November 2011
Lantas apa beda Tari Ratoeh Jaroe dan Tari Saman?
Bila Ratoeh Jaroe ditarikan oleh perempuan dengan jumlah genap, maka Tari Saman hanya ditariakan oleh para pria dengan jumlah ganjil
Agar pertunjukkan tari Ratoeh Jaroe berjalan lancar, ada seorang Syahi atau penyanyi syair yang duduk di luar formasi untuk mengendalikan pertunjukkan. Sebaliknya, dalam tari Saman pengendali ini disebut penangkat. Ia duduk paling tengah di antara formasi penari
Menyoal iringan lirik, Tari Ratoeh Jaroe menggunakan syair Bahasa Aceh. Sedangkan, Tari Saman menggunakan syair bahasa Gayo.
Tari Ratoeh Jaroe merupakan penggabungan dari beberapa tarian Aceh mulai dari Saman, Ratoh Doek, Likoek Puloe, Ratep Meuseukat, hingga Ratoh Bantai. Gerakannya pun merepresentasikan gabungan dari tarian tersebut seperti gerakan dalam posisi duduk berdiri, gerakan tangan menepuk dada paha, gelengan kepala kanan kiri, gerakan duduk dan berlutut serta menyilangkan jari dengan penari.
Di sisi lain, Tari Saman dibagi menjadi beberapa gerakan utama dalam posisi duduk.
Tari Ratoeh Jaroe seringkali diiringi dentuman rapai. Sedangkan Tari Saman tidak menggunakan iringan musik apapun.
Bila dilihat dari pakaian yang dikenakan, penari Ratoeh Jaroe mengenakan atasan polos yang dipadu kain songket Aceh. Sebaliknya, penari Saman khusus mengenakan pakaian adat Gayo bernama baju Kantong lengkap dengan motif kerawang.