Stop Membahas Isu Gender Dalam Dunia Traveling

Perbedaan gender dalam dunia traveling tak ada. Wanita dan Pria sama rawannya saat bepergian.

SHARE :

Ditulis Oleh: Shabara Wicaksono

Foto dari secularafrican.wordpress.com

Seorang turis wanita Jepang, berusia 22 tahun disekap selama 3 minggu dan diperkosa di India. Kasus ini terungkap beberapa hari lalu saat para pelaku berhasil ditangkap polisi.

Berbagai respon banyak bermunculan di dunia maya. Mereka yang memberi respon, dengan tak simpatik menanyakan di mana akal sehat turis Jepang tersebut.

“Tak seharusnya seorang wanita melakukan traveling sendirian, di sebuah negeri yang belakangan ini tercoreng karena maraknya kasus perkosaan pada para turis asing”

Atau juga, “sangat rentan seorang wanita traveling sendirian di sebuah negeri asing tanpa didampingi pria yang menjaga.”

***

Tak lama setelah itu, berbagai macam portal travel, situs berita ataupun forum tentang backpacking banyak mengeluarkan artikel tentang bagaimana tips aman solo traveling untuk seorang wanita, atau tentang mengapa sebagai seorang wanita kita tak perlu risau melakukan solo traveling.

Bahkan kemudian di twitter muncul tagar #wegosolo.

Tagar tersebut dimunculkan untuk meyakinkan para wanita yang awalnya ingin melakukan solo traveling menjadi mengurungkan niat karena berita menyekapan dan pemerkosaan turis Jepang tersebut.

Hal tersebut sebenarnya memiliki maksud yang baik. Hanya saja, ada beberapa hal yang mengusik pikiran.

Cukup sering saya menemukan artikel yang membahas tips aman untuk para traveler wanita, setidaknya ada 2 artikel sejenis dalam sehari.

Anehnya, saya tak pernah menemukan artikel yang membahas tips aman untuk para traveler pria.

Apakah mengisi kolom website, ataupun blog mereka dengan berbagai tips aman, atau pengalaman perjalanan para traveler wanita berpengalaman akan bermanfaat?

Tentu saja bermanfaat.

Banyak wanita di luar sana yang begitu ketakutan ketika akan bepergian seorang diri.

Bagaimana cara yang aman bepergian“, “barang apa saja yang dibutuhkan“, kata-kata kunci tersebut begitu populer di halaman pencarian.

Tapi menurutku, semakin banyak kata kunci “wanita” dan “aman” beterbaran di dunia maya, hal tersebut justru makin menunjukan bahwa traveling sebagai seorang wanita itu tidak aman dan berbahaya.

Stereotip wanita sebagai makhluk ringkih makin menguat.

“Isu gender ada di mana saja, termasuk dunia traveling”

Ada banyak cerita mengenai para traveler, backpacker atau pendaki gunung pria yang meninggal di luar sana.

Paling fenomenal mungkin Soe Hok Gie yang meninggal karena menghirup gas beracun di puncak Mahameru.

Selain itu ada banyak kasus seorang turis pria dibius dan kehilangan barang-barang berharganya di bus, atau belum lama ini berita mengenai seorang wisatawan asal Rusia bernama Ivan Goosef hilang saat mandi di Pantai Jimbaran.

Mereka semua pria.

“Pria tak lebih aman dari wanita, atau wanita tak lebih rentan dari pria saat traveling. Itulah poinnya”

Tentu kita pasti telah melakukan berbagai persiapan untuk membuat setiap detik perjalanan kita aman.

Kita mencari info sebanyak mungkin di internet, bertanya pada warga lokal mengenai wilayah rawan, menghindari berjalan seorang diri di daerah remang-remang.

Selengkap apapun persiapan kita, selalu ada hal tak terduga dalam perjalanan.

Tak hanya traveler yang mempersiapkan diri, para penjahat pun mempersiapkan diri dengan baik untuk berbuat jahat.

Siapa yang menyangka jika 2 orang lokal yang bisa berbahasa negara asal kita dengan lancar, bertingkah sangat ramah, tega melakukan hal keji pada akhirnya?

Itulah yang terjadi pada turis Jepang di India tersebut.

Pelaku, begitu lancar berbahasa Jepang, mereka bertingkah layaknya sahabat lama bagi turis Jepang tersebut. Sayang akhir bagian cerita ini begitu memilukan.

“Berhenti membicarakan  keselamatan traveler sebagai isu gender”

Ketakutan, tips keamanan bukan milik traveler wanita ataupun pria.

Semua ingin perjalanannya berakhir bahagia. Memesan tiket pesawat, berdiri mengantre di halte bus, mengepak ransel, mengobrol dengan warga lokal di sebuah tempat asing, adalah hal-hal yang mestinya bisa terus kita lakukan tanpa rasa takut.

Bukankah kita disebut traveler karena kita terus melangkahkan kaki kita?

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU