Ada banyak ragam tradisi dan ritual kedewasaan di berbagai negara. Beberapa terdengar wajar, namun sebagian lain bisa dibilang cukup unik, bahkan tergolong ekstrem.
Jauh di dalam pedalaman Hutan Amazon, berdiam Suku Satere-Mawe. Para pemuda dari Suku Satere-Mawe harus memasukkan tangan ke dalam sarung tangan yang terbuat dari anyaman yang penuh dengan semut peluru untuk mencapai kedewasaan mereka.
Hal itu mereka lakukan selama kurang lebih 10 menit tanpa boleh berteriak dan dilakukan selama berulang kali, bahkan bisa mencapai 20 kali. Semut-semut diletakkan di sarung tangan yang terbuat dari anyaman tumbuhan, dengan taring sengat mengarah ke dalam. Sebelumnya semut-semut tersebut telah diberikan cairan yang membuat semut-semut tak sadarkan diri. Setelah semut-semut tersebut sadar, dimulailah ritual tersebut.
Menurut “schmidt sting pain index”, semut peluru dari Hutan Amazon terkenal mempunyai sengat paling menyakitkan di antara semua semut-semut jenis lain yang ada di seluruh dunia. Kulit akan terasa terbakar apabila terkena sengatan semut ini dan rasa sakit tersebut akan terasa selama 24 jam.
Ketika para pemuda Suku Mardudjara di Australia sudah mendekati umur dewasa (sekitar umur 15-16 tahun), mereka harus menjalani ritual kedewasaan, yaitu diharuskan bersunat.
Ritual sunat bagi Suku Mardudjara di Australia berbeda dari sunat pada umumnya.
Dalam ritual sunat ini, si pemuda ditelentangkan di dekat api unggun, kemudian dada si pemuda diduduki oleh kepala suku dengan menghadap ke arah kemaluan si pemuda.
Setelah itu, kulit kemaluan si pemuda dipotong menggunakan pisau yang sudah dibacakan mantra. Setelah proses pemotongan selesai, kepala suku memerintahkan si pemuda untuk membuka mulut, dan kemudian si pemuda diharuskan menelan kulit potongan kemaluannya sendiri tanpa harus dikunyah.
Para pemuda Suku Maasai di Kenya dan Tanzania memiliki serangkaian ritual kedewasaan yang cukup unik.
Pada kisaran umur 10 hingga 15 tahun, mereka dijadikan prajurit-prajurit yang baru. Malam sebelum upacara, setiap anak laki-laki wajib tidur di hutan dan kembali pada waktu fajar.
Setelah kembali ke perkampungan, mereka diharuskan minum susu yang dicampur darah sapi dan kemudian disunat.
Setelah disunat, semua Suku Maasai akan menganggap dia seorang pria, pahlawan, dan pelindung dari desanya.
Ritual kedewasaan Suku Sambia di pedalaman Papua Nugini bisa dibilang ekstrem.
Pada permulaan, anak laki-laki yang berumur 7 tahun akan dipisahkan dari ibunya dan ditempatkan di sebuah pondok yang semuanya adalah laki-laki. Setelah dipisahkan dari wanita-wanita, anak-anak muda akan mengikuti beberapa ritual yang bisa dibilang berbahaya.
Pertama, mereka harus menjalani penyedotan darah dari hidung dengan cara menusukkan rumput tajam ke dalam hidung sang bocah sampai darah mengalir deras. Kemudian anak-anak tersebut dipukuli oleh banyak laki-laki dewasa.
Kedua, anak-anak tersebut harus meminum sperma dari tetua-tetua adat Suku Sambia dengan tujuan untuk menguatkan diri dan mempersiapkan mereka untuk hidup sebagai prajurit.