Ritual Kebo Keboan Banyuwangi merupakan tradisi adat di Desa Alasmalang Kecamatan Singorujuh, Banyuwangi. Tradisi ini digelar tiap bulan Suro atau 1 Muharram penanggalan Jawa.
Berdasar kepercayaan, ritual Kebo Keboan Banyuwangi ini merupakan cerminan dari ungkapan rasa syukur kepada Tuhan serta ungkapan doa atas hasil panen yang semoga kian meningkat di tahun berikutnya.
Ritual ini menghadirkan arak-arakan puluhan manusia berkostum kerbau yang berkeliling di empat penjuru mata angin. Selain manusia kerbau, ada pula sosok Dewi Sri, simbol kesuburan masyarakat agraris, yang ditandu mengikuti manusia kerbau dan diarak.
Ritual ini dikabarkan sudah merupakan turun temurun di wilayah Banyuwangi. Masyarakat desa di sekitar sawah dan perkampungan, mengucap syukur atas limpahan panen serta berdoa untuk musim tanam tahun depan.
Ritual ini kemudian mendapat perhatian pemerintah setempat. Bukan berarti pemerintah mengubah konsep atau pun ritual, namun sebatas membuatnya ritual ini menjadi kolosal dan mengemasnya secara menarik bagi wisatawan yang hadir.
Ritual Kebo Keboan Banyuwangi sendiri sudah termasuk dalam salah satu agenda Banyuwangi Festival yang digelar tiap tahun. Upaya ini merupakan langkah nyata dalam melindungi dan melestarikan tradisi budaya serta kepercayaan masyarakat setempat.
Tak hanya sebagai upaya melindungi dan melestarikan, namun adanya ritual yang digubah menjadi festival rakyat bersama ini dapat pula meningkatkan pendapatan dan perekonomian masyarakat Banyuwangi.