Rekomendasi Buku Perjalanan yang Akan Menginspirasi Anda

Tak hanya kaya informasi, buku ini juga penuh dengan drama kultural, ironi politik, dan kelembutan sastra. Rekomendasi buku perjalanan ini laik diilhami bagi siapa saja, termasuk bagi Anda yang berjiwa petualang. 

SHARE :

Ditulis Oleh: Himas Nur

Senang jalan-jalan? Senang membaca buku yang berisi tentang kisah perjalanan? Berikut ini beberapa rekomendasi buku perjalanan yang bisa jadi alternatif bagi Anda yang menekuni kedua hobi di atas.

Baca Juga: Pilih Mana: Membaca Buku Travel Guide atau Buku Travel Literature?

1. The Naked Traveler, Trinity

Buku The Naked Traveler milik Trinity. (Foto/Demabuku)

Mulanya, Trinity hanya membuat catatan harian setiap kali ia berwisata. Karena dinilai lucu dan ringan, teman-temannya meminta agar tulisannya diperbanyak dan dibagikan.

Dalam bukunya, Trinity memberi penjelasan bahwa berwisata tak hanya sekadar foto-foto dan berbelanja. Ia juga lebih senang mengunjungi tempat-tempat terpencil yang alamnya masih indah, asri, dan sunyi.

The Naked Traveler berkisah tentang suka sukanya berjalan-jalan ke tempat-tempat yag dikunjungi, tip-tip penting, baik uuntuk tempat-tempat di dalam maupun luar negeri.

Kini, bukunya diadaptasi menjadi film Trinity, The Nekad Traveler dan telah rilis di bioskop sejak 16 Maret 2017.

2. Menyusuri Lorong-lorong Dunia, Sigit Susanto

Menyusuri Lorong-lorong Dunia. (Foto/Insistpress.com)

Menyusuri Lorong-lorong Dunia termaktub dalam 3 jilid. Edisi pertama terbit 2005, kedua 2008, dan yang terakhir terbit pada 2012 silam. Buku ini berisi memoar perjalanan Sigit Susanto dalam mengunjungi berbagai tempat di dunia.

Tak hanya kaya informasi, buku ini juga penuh dengan drama kultural, ironi politik, dan kelembutan sastra. Ditambah dengan cara penyampaian yang lancar, segar, dan mengalir, buku ini laik diilhami bagi siapa saja, termasuk bagi Anda yang berjiwa petualang.

3. Meraba Indonesia: Ekspedisi ‘Gila’ Keliling Nusantara, Ahmad Yunus

Buku Meraba Indonesia. (Foto/Goodnewsfromindonesia.id)

Selama hampir setahun, dua wartawan kawakan, Farid Gaban dan Ahmad Yunus, mengelilingi Indonesia. Mereka menyebut perjalanan ini sebagai Ekspedisi Zamrud Khatulistiwa. Ratusan orang telah mereka wawancarai; ratusan tempat telah mereka singgahi.

Tujuan utama ekpedisi ini adalah mengagumi dan menyelami Indonesia sebagai negeri bahari. Di atas semua itu, mencatat keseharian masyarakat yang mereka lewati. Mencatat dari dekat.

Bagi Yunus, perjalanan ini merupakan upayanya dalam menulis sejarah masyarakat yang selama ini terlupakan, baik oleh pemerintah maupun arus media utama.

Dilengkapi 50 foto jepretan Farid Gaban dan film dokumenter besutan Ahmad Yunus dan Dhandy Dwi Laksono, buku ini menyodorkan realitas terkini tentang Indonesia dan mengajak kita untuk mencintainya dengan sederhana.

4. Selimut Debu, Agustinus Wibowo

Buku Selimut Debu. (Foto/Goodreads.com)

Memoar perjalanan yang semula dimuat dalam rubrik Titik Nol di Kompas.com ini menghadirkan gambaran reruntuhan, korban ranjau, atau anak jalanan mengemis di jalan umum.

Anda akan diajak untuk naik-turun truk, mendaki gunung, menuruni lembah, meminum teh dengan cara Persia, mencari sisa-sisa kejayaan negara yang habis dikikis oleh perang dan perebutan kekuasaan, serta menyingkap cadar hitam yang menyelubungi kecantikan “Tanah Bangsa Afghan” dan onggokan debu yang menyelimuti bumi mereka.

Bulir demi bulir debu akan membuka mata Anda pada prosesi kehidupan di tanah magis yang berabad-abad ditelantarkan, dijajah, dilupakan, hingga akhirnya ditemukan kembali.

5. The Journey, From Jakarta to Himalaya, Gola Gong

The Journey milik Gola Gong. (Foto/Goodreads.com)

Karya spektakuler Gola Gong adalah perjalanan Asia, yang merupakan kumpulan ceritanya ketika melancong keliling Asia dengan menunggangi sepeda. Karya ini merupakan rangkuman dari jurnal perjalanan yang diterbitkan berkala oleh majalah Aneka Cemerlang.

Baca Juga: 11 Novel Perjalanan yang Membuat Pembaca Tersedot ke Cerita di Dalamnya 

Tiga tahun ia di Fakultas Sastra Unpad, kemudian menggelandang ke kota-kota di tanah air. Pada 9 September 1991 ia terbang ke Pontianak. Lima hari kemudian dia menginjakkan kaki ke Kuching Sarawak. Lantas ke jazirah Malaysia, Thailand, Laos, Myanmar, Bangladesh, Nepal hingga Pakistan.

Untuk membiayai perjalanan itu, Gola Gong mengandalkan honor dari tulisan-tulisan perjalanan yang dikirimnya ke Anita Cemerlang yang waktu itu diurus sama Bens Leo. Memoar perjalanan ini kemudian diabadikan dalam novelet legendaris, Balada si Roy.

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU