Pulau Satonda atau Satonde merupakan pulau vulkanik di Nusa Tenggara Barat (NTB) yang berada di lepas pantai Pulau Sumbawa. Lokasinya masuk dalam kawasan administratif Kabupaten Dompu. Meskipun kurang begitu populer, namun Pulau Satonda memiliki keindahan alam yang tidak kalah dengan Gunung Tambora dan Pantai Lakey.
Pulau Satonda mengelilingi sebuah danau air asin raksasa yang terlihat begitu elok dan mempesona. Tak heran jika banyak kapal pesiar dan yacht yang menjadikan pulau ini sebagai tempat persinggahan. Tidak hanya turis, para peneliti juga sangat tertarik dengan Pulau Satonda karena memiliki keterkaitan erat dengan letusan dahsyat Gunung Tambora.
Gunung Tambora mengalami erupsi terakhir pada 15 April 1815. Akibat erupsi tersebut sebanyak 71.000 orang meninggal dunia dan atmosfer bumi tercemar selama bertahun-tahun, bahkan merobek lapisan ozon yang tipis. Efeknya memicu terjadinya perubahan iklim yang menyebabkan hujan delapan minggu tanpa henti di Britania Raya, dan disebut sebagai alasan epidemi tipus pada 1816-1819 di Eropa Tenggara dan Mediterania Timur yang menewaskan sekitar 65.000 orang.
Danau raksasa di tengah Pulau Satonda dahulunya memiliki air yang tawar (fresh water). Namun kemudian menjadi asin setelah tsunami dahsyat akibat letusan Gunung Tambora membawa air laut dengan volume besar ke dalam danau. Sama sekali tidak ada terowongan di bawah permukaan danau yang menghubungkan laut di sekitarnya seperti yang disangkakan orang-orang selama ini.
Pulau Satonda adalah pulau vulkanik yang timbul dari kedalaman 1.000 meter. Letusan Gunung Satonda purba meninggalkan jejal pulau seluas 6 kilometer persegi dan danau seluas 4 meter persegi. Danau tersebut dikelilingi oleh tebing dan bukit dengan ketinggian hingga 300 mdpl. Tebing bagian timur sangat terjal sehingga tandus, tidak dapat ditumbuhi.
Pendapat ini diperkuat dengan hasil penelitian dari dua ilmuwan Eropa bernama Stephen Kempe dan Josef Kazmierczak selama tahun 1984, 1989, dan 1996. Air di Danau Satonda memiliki tingkat kebasaan (alkalinitas) jauh lebih tinggi daripada air laut biasa. Berdasarkan hal ini, disimpulkan bahwa cekungan Danau Satonda terbentuk dari kawah yang berusia lebih dari sepuluh ribu tahun.
Masyarakat Kabupaten Dompu percaya bahwa Pulau Satonda tidak boleh dihuni oleh manusia. Konon, pulau ini menjadi tempat diasingkannya Putri Dae Minga yang cantik jelita. Karena kecantikannya tersebut, banyak kerajaan yang berseteru dan berperang memperebutkan sang putri. Oleh karen itu, untuk menghindari sengketa maka Putri Dae Minga diasingkan di Pulau Satonda.
Setelah ribuan tahun berlalu, legenda yang dipercaya turun-temurun ini diterabas demi pembangunan. Sejak 2014 lalu telah banyak berdiri villa dan resort. Pemerintah setempat meyakini bahwa kelak Pulau Satonda dapat menjadi salah satu tujuan wisata kelas dunia. Telah banyak kapal pesiar maupun yacht dari mancanegara yang singgah ke Pulau Satonda.
Pulau Satonda berada dibawah pengelolaan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) setempat. Bersama Pulau Moyo di Kabupaten Sumbawa, Pulau Satonda masuk dalam kawasan Taman Nasional Moyo. Pulau Satonda juga merupakan bagian dari Geopark Tambora. Keindahan bawah lautnya begitu indah, terdiri dari terumbu karang dan ikan warna-warni, sehingga ditetapkan sebagai Taman Wisata Alam Laut (TWAL) Pulau Satonda berdasarkan SK Menteri Kehutanan Nomor: 22/Kpts-VI/1998.