Keris telah dikenal lama sebagai senjata tradisional yang berasal dari tanah jawa. Pembuatan keris hanya bisa dilakukan oleh seorang Empu yang menguasai perhitungan rumit dan teknik tingkat tinggi. Seorang Empu di jawa telah mahir dalam membedakan 19 jenis logam terbaik dan 17 jenis logam buruk untuk membuat sebuah keris. Ketika tanah jawa masih dikuasai kerajaan Hindu-Budha, pembuatan keris sifatnya rahasia dan tidak bisa disaksikan oleh setiap orang.
Bukan sekedar senjata, keris dianggap sebagai sebuah benda pusaka yang memiliki kesaktian yang luar biasa. Pada abad ke-12 dan 13 dipercaya seorang Empu membuat keris dari bahan dasar batu meteor yang jatuh dari luar angkasa. Batu meteor dipilih karena mengandung unsur titanium yang kuat dan tidak bisa berkarat.
Hal ini telah dibuktikan melalui sejumlah riset ilmiah oleh para peneliti dari Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) pada keris-keris peninggalan kerajaan jawa. Dari semua keris yang diteliti, diketahui bahwa keris dari Kerajaan Mataram dibawah pimpinan Sultan Agung pada abad ke-16 mengandung paling banyak unsur titanium.
Sangat sulit dipercaya, mengingat batu meteor merupakan sebuah batuan yang tidak berasal dari bumi. Menurut cerita dan kepercayaan masyarakat jawa, seorang Empu sebelum membuat sebuah keris diharuskan melakukan tirakatan dan banyak melihat langit. Saat terlihat meteor jatuh, para Empu berlomba memburunya. Melalui meditasi atau transformasi seorang Empu bisa menemukan batu meteor yang jatuh ke bumi.
Dahulu mencari sebuah batu meteor bukanlah hal yang sulit karena intensitas jatuhnya meteor di jawa sangat tinggi. Catalogue of Meteorites mencatat sebuah Meteor Jatipengilon pernah jatuh di Alastoewa Madiun tahun 1884 dengan berat 166 kg. Saat jatuh, Meteor Jatipengilon merangsak masuk sedalam tiga meter di tanah.
Namun kini pembuatan keris sudah dimodernisasi dengan tetap mempertahankan nilai-nilai luhur budaya jawa. Penggunaan meteor sudah digantikan dengan logam lain seperti besi atau baja. Sebelum membuat keris, seorang pandai besi harus melakukan sebuah tirakatan terlebih dahulu. Bongakahan besi ditempa secara manual dengan menggunakan tangan secara konvensional.
Setelah jadi, sebilah keris berkualitas tinggi bisa dihargai sangat mahal hingga ratusan juta. Keris saat ini beralih fungsi dari senjata menjadi suatu kelengkapan ritual, sekaligus simbol status sosial pemiliknya.