Mengungkap Sosok-sosok Pejuang Promosi Wisata Digital

Era digital sekarang ini, promosi wisata juga harus menyesuaikan. Ini ulasan kami tentang sosok 'pejuang' promosi wisata digital yang belum banyak diketahui

SHARE :

Ditulis Oleh: Faiz Abi

Promosi wisata memanglah penting untuk mendapatkan banyak wisatawan. Dengan banyak pengunjung yang datang, secara tak langsung maka akan memberikan efek kepada pendapatan daerah itu juga. Era sekarang, media promosi sendiri juga bermacam-macam, tak sekadar hanya men-iklankannya di tv ataupun koran dan majalah. Ada pula kanal digital yang saat ini sedang booming. Tulisan di media online, blog maupun foto di akun Instagram juga bisa jadi sarana promosi.

Itulah yang sudah dan sedang dijalankan oleh Nurul Ulu Wachdiyah, pemilik blog BandungDiary.id. Ulu, panggilan akrabnya, mempunyai hobi jalan-jalan dan menulis. Hobinya secara tidak langsung membantu proses promosi dari destinasi yang ia datangi karena ia kerap menulis tentang pengalamannya ketika berkunjung ke sebuah destinasi wisata.

“Saya mulai nge-blog sejak 2012, tapi kalau suka menulis sudah sejak 2007,” jelasnya ketika kami hubungi.

Tak hanya tentang destinasi dan jalan-jalannya saja, Ulu juga beberapa kali menulis di blognya tentang event-event yang diselenggarakan oleh pemerintah Kota Bandung, atau yang lebih luas lagi event gelaran pemerintah Jawa Barat. Ulu sering diundang untuk mengikuti acara yang diselenggarakan oleh Dinpar Bandung, walau secara tidak langsung.

Ketahui destinasi di Bandung yang saat ini sedang ngehits dengan klik di sini.

“Jadi ketika pemerintah mengadakan sebuah acara, pemerintah menugaskan seseorang untuk mencari blogger-blogger berpengaruh untuk datang ke acara tersebut,” jelas Ulu.

Kemeriahan Karnaval Kemerdekaan di Bandung dari jepretan lensa @BandungDiary

Ulu bercerita, ia tak menyangka blog yang ia kelola kini mendapat cukup banyak pembaca dan diketahui banyak orang.

“Awalnya hanya untuk dokumentasi pribadi, dulu juga sudah sering nulis di buku diary gitu, kemudian mengikuti zaman dan pindah ke blog. Orang-orang kemudian menemukan blog saya. Destinasi yang saya tulis pun jadi dikenal lebih banyak orang.”

Tak hanya destinasi wisata, Ulu juga kerap mengunggah foto kuliner khas yang ia cicipi di akun Instagram miliknya, @Bandungdiary. Salah satunya adalah kembang tahu ini:

Kembang Tahu, kuliner yang wajib dicoba saat ke Bandung. Foto oleh @bandungdiary

Memaksimalkan Sosial Media Kekinian Untuk Promosi Wisata

Tak hanya melalui tulisan di blog, salah satu media untuk promosi wisata yang saat ini bisa dikembangkan adalah melalui media sosial, salah satunya adalah instagram. Dengan mengunggah foto-foto ketika kita sedang berada di sebuah destinasi wisata, secara tidak langsung kita juga telah mempromosikan wisata tersebut.

Salah satu yang sering nampak berseliweran mempromosikan destinasi wisata di sosial media adalah akun-akun explore yang ada di tiap-tiap daerah. Jika Kamu mencari di kolom “search” dan memasukkan kata ‘explore’, Kamu akan jumpai banyak akun-akun ‘explore’ sesuai asal akun tersebut, misalnya Explore Semarang, Explore Yogyakarta, Explore Bandung, dan lain-lain. 

“Akun-akun explore itu berasal dari satu komunitas, ada Discover Indonesia, Instameet Indonesia, dan lain-lain. Lama-lama pisah satu-satu dan per-regional sudah ada sendiri-sendiri yang kemudian dikembangkan,” jelas Fery, pendiri Explore Semarang.

Explore Semarang yang dibuat Fery pada tahun 2014 kini telah memiliki lebih dari 235 ribu followers.

“Dulu waktu pertama kali main instagram itu karena ada iphonesia. Baru dari situ kita sadar bahwa di Semarang belum ada akun instagram semacam itu. Awalnya akun explore lain juga belum ada, yang muncul pertama adalah Explore Jogja dan Bandung.”

Menurut Fery, akun-akun semacam ini dapat membantu promosi destinasi-destinasi yang ada di daerah.

“Explore Semarang ingin mengumpulkan orang-orang yang punya ketertarikan pada foto, sekaligus untuk promosi wisata daerah juga. Feed Explore Semarang itu berasal dari repost foto para pengguna Instagram yang menggunakan hashtag #exploresemarang.”

Ingin membuat foto menarik di destinasi wisata lihat dengan klik di sini.

Foto @norarifinyulianto yang di-repost oleh @ExploreSemarang. Cantiknya Klenteng Sam Poo Kong, Semarang saat malam.

Respon pemerintah pada para aktivis promosi wisata digital

Ketika ditanya tentang strategi promosi yang dilakukan Dinas Pariwisata Kota Bandung, Ulu menggelengkan kepalanya.

“Promosi masih terbilang buruk karena hanya mengandalkan yang sudah ada, namun tidak dikembangkan. Di level provinsi, akun media sosial pemerintah Jabar juga jarang mempromosikan acara atau destinasi yang ada di Bandung, padahal tinggal izin repost-repost foto saja melalui instagram.”

Menurut Ulu, Dinpar setempat harus bisa menyesuaikan cara mereka promosi dengan keadaan zaman. Sekarang semuanya serba internet dan praktis. Itu merupakan sebuah celah dan kesempatan untuk mempromosikan acara dan destinasi.

“Website Dinpar tidak bergerak, harusnya itu merupakan sarana yang sangat cocok untuk melakukan promosi yang digunakan pada zaman sekarang,” tambahnya.

Ulu menyayangkan jika Dinpar Bandung tidak pernah mencoba untuk lebih dekat dengan komunitas-komunitas yang ada di Bandung ketika menyelenggarakan sebuah acara.

“Bandung memiliki banyak komunitas, coba Dinpar bisa lebih mendekati komunitas-komunitas yang ada di Bandung. Dan komunitas-komunitas tersebut sering mengadakan acara juga tiap tahunnya. Jika Dinpar masuk ke dalam acara tersebut dan mengajak kolaborasi, secara tak langsung acara tersebut juga makin naik dan diketahui oleh masyarakat-masyarakat Indonesia, tidak hanya masyarakat Bandung saja,” jelas Ulu.

Rumah Ladang di Farmhouse Lembang. Foto oleh @bandungdiary

Di Semarang, Fery juga merasakan hal yang sama, yaitu kurang maksimalnya pemerintah memanfaatkan kanal digital dan menggandeng komunitas-komunitas yang ada. 

“Selama ini dari dinas memang sudah ada pihak yang mengetahui keberadaan akun Instagram Explore Semarang. Namun pihak-pihak itu  juga tidak bisa mengajak kolaborasi karena tidak mempunyai kuasa untuk itu. Sampai saat ini (Explore Semarang – red) belum pernah diajak kolaborasi oleh Dinpar setempat, dan juga belum merasa digandeng juga,” terang Fery.

Sama halnya dengan Ulu, Fery juga merasa bahwa promosi yang dilakukan oleh Dinpar setempat masih kurang maksimal dan kurang tanggap pada perkembangan zaman.

“Sampai saat ini memang masih kurang menarik untuk promosi mereka di sosial media. Mungkin karena dari segi pengelola belum mengikuti perkembangan generasi milenial. Padahal seharusnya admin-kan mengikuti perkembangan kalangan generasi milenial, jadi selera postingan bisa disesuaikan dengan tren masa kini.”

Seperti riset yang dilakukan Phocuswright dan Social Bakers tentang perilaku orang-orang dalam memanfaatkan sosial media ketika traveling.

Data infografik penggunaan sosial media saat traveling. Infografik oleh Aga.

Akun-akun Explore ini juga masih berusaha untuk ‘menyadarkan’ pemerintah, bahwa promosi menggunakan sosial media secara gencar sangat diperlukan pada era sekarang. Mereka berencana berkunjung ke dinas terkait pada Bulan November 2017 dengan tema Road to Jateng Social Media Fest. Acara tersebut rencananya akan dihadiri oleh admin-admin explore yang ada di Jawa Tengah.

Menurut Fery, seharusnya dinpar bisa rutin membuat event yang merangkul semua pihak di Semarang.

“Harusnya ada event yang bisa merangkul semua pihak, mulai dari pedagang kaki lima, maskarakat, dan juga teman-teman yang ikut aktif membantu promosi wisata di Semarang. Dan harusnya ketika memilih partner untuk sebuah event, pilihkan yang mempunyai massa banyak dan pengaruh di masyarakat.”

Foto @amazing.spidermart yang di-repost oleh @Exploresemarang. Spiderman juga ikut mempromosikan wisata Semarang dengan berfoto di depan Lawang Sewu.

Promosi event melalui media digital itu penting

Kepala bidang pemasaran Dinas Kepemudaan Olahraga dan Pariwisata Jawa Tengah (Disporapar), Ida Bagus Ketut Alamsyah, menjelaskan bahwa Jawa Tengah sudah mencoba melakukan berbagai promosi wisata dan juga sudah berkolaborasi dengan beberapa pihak.

“Saat ini promosi wisata di Jawa Tengah sudah dilakukan Disporapar melalui website dan media cetak. Beberapa kali juga sudah berkolaborasi dengan travel blogger dan teman-teman Generasi Pesona Indonesia (GenPi),” ungkap Alamsyah.

Dirinya menjelaskan, untuk saat ini, Disporapar Jawa Tengah sedang fokus untuk memperbaiki promosi wisata dari segi visual.

“Yang akan dilakukan untuk terus meningkatkan promosi adalah menguatkan periklanan dari segi visual. Ini karena masyarakat memang lebih senang dengan visual yang menarik dibanding membaca teks yang panjang seperti berita atau koran.”

Lebih lanjutnya Alam juga menjelaskan bahwa ke depannya Disporapar akan lebih aktif mengajak media dan anak-anak muda yang memang aktif dan kreatif dalam mempromosikan wisata yang ada di Jawa Tengah.

Ketika dikonfirmasi mengenai keberadaan akun-akun semacam Explore Semarang, Alamsyah mengaku belum banyak mengetahui akun-akun semacam itu di Jawa Tengah.

“Selama ini saya belum pernah mendengar tentang akun-akun explore yang ada di Jawa Tengah seperti Explore Semarang, Demak, Pati atau Kudus. Akun Visit Jateng saya tahu.”

Namun Alamsyah setuju bahwa promosi melalui kanal digital sekarang ini sangat penting karena zaman sudah semakin canggih. Ia menyebutkan bahwa saat ini yang mengelola akun sosial media Disporapar Jateng adalah anak muda. Disporapar juga disebutnya merekrut banyak anak muda yang inovatif dan kreatif. Dirinya mengakui hal tersebut tak bisa dicapai jika hanya mengandalkan para PNS yang kemampuannya hampir sama semua.

***

Promosi wisata tidak melulu hanya dilakukan oleh pemerintah setempat. Kamu juga bisa membantu promosi wisata-wisata yang ada di daerahmu menggunakan hashtag #phinemo di Instagram. Akun Instagram Phinemo akan me-repost fotomu sehingga makin banyak orang yang tahu keindahan daerahmu.

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU