Dunia penerbangan Indonesia kembali berduka. Pesawat jatuh di Tanjung Karawang, Jawa Barat pada Senin (29/10/2018) telah dikonfirmasi dengan maskapai dan nomor penerbangan Lion Air JT 610 rute Jakarta-Pangkal Pinang.
Sebelumnya, diketahui bahwa pesawat hilang kontak selama 13 menit setelah lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta, Banten pada pukul 06.20 WIB. Pesawat Lion Air tersebut selanjutnya hilang kontak pada pukul 06.33 WIB.
We're following reports that contact has been lost with Lion Air flight #JT610 shortly after takeoff from Jakarta.
ADS-B data from the flight is available at https://t.co/zNM33cM0na pic.twitter.com/NIU7iuCcFu
— Flightradar24 (@flightradar24) October 29, 2018
Setelah hilang kontak selama 13 menit, ditemukan pesawat jatuh di titik koordinat 05 46.15 S – 107 07.16 E Tanjung Karawang. Hingga kini Basarnas dan Kementerian Perhubungan masih melakukan evakuasi dan penanganan lebih lanjut.
Perihal pesawat jatuh ini masih perlu dilakukan penyidikan lebih lanjut lagi. Namun, melansir dari Wonderlist ada banyak faktor penyebab pesawat jatuh.
Selain karena cuaca, penyebab seperti human error, kesalahan teknis, dan gangguan dari luar bisa mempengaruhi jatuhnya pesawat. Berikut adalah beberapa faktor penyebab kecelakaan pesawat yang paling sering terjadi dan perlu untuk Anda ketahui.
Saat ini pesawat mengandalkan pendaratan otomatis ketika jarak pandang pilot hanya 75 meter, biasanya di malam hari dan cuaca berkabut. Teknologi benar-benar mengambil alih “penglihatan” ketika mata manusia tidak mampu melakukannya.
Sebagai contoh, pada 14 September 1993, kecelakaan pesawat menimpa Lufthansa A320-211. Penyebabnya yaitu pesawat menabrak bukit di ujung landasan Bandara Chopin Warsawa, Polandia.
Saat mendekati landasan pacu (runway) 11, area sekitar dinyatakan aman untuk mendarat (clear). Namun mereka mendapat peringatan tentang angin yang mendadak berubah. Setelahnya, hujan turun.
Saat mendarat, roda-roda pesawat meluncur di atas landasan yang basah dan cenderung licin. Di satu sisi, komputer pesawat masih terprogram untuk penerbangan di udara, dengan demikian A320-211 menonaktifkan sistem pengeremannya.
Pilot yang melihat posisi pesawat tak sesuai dengan landasan pacu, memutuskan untuk mengarahkan pesawat ke kanan. Namun terlambat sebab pesawat telah menabrak bukit dan api segera berkobar di sayap kiri dan menembus kabin penumpang.
Angin yang berembus dari atas, belakang atau samping bisa membuat pesawat terbalik karena angin punya kemampuan untuk menghilangkan udara dari sekitar sayap pesawat.
Dalam kasus seperti ini, pesawat akan kehilangan kecepatan saat berada di ketinggian tertentu. Kondisi ini menjadi berbahaya karena adanya microbust; aliran udara yang mendadak, kuat, dan terlokalisasi.
Awak pesawat di seluruh dunia menjalani pelatihan ekstensif untuk mengahadapi microburst karena akibatnya sangat fatal bagi pesawat yang mendarat atau lepas landas.
Bahasa Inggris adalah bahasa standar yang diterapkan di seluruh industri penerbangan. Namun, aksennya kadang kala memiliki potensi untuk bisa disalah pahami.
Miskomunikasi antara pilot dan petugas menara kontrol dapat menyebabkan kecelakaan fatal, terutama saat mendarat. Situasi ini semakin sulit ketika jarak pandang dibatasi oleh para pilot itu sendiri.
Biasanya, seorang pilot mengalami kelelahan karena jam kerja yang tidak dapat diprediksi, masa tugas yang panjang, dan kurang tidur. Terjaga selama 17 jam tanpa henti setara seperti darah yang mengandung alkohol 0,5%.
Selain itu, pilot harus berkonsentrasi penuh, terutama selama tiga menit saat akan lepas landas atau mendarat, karena 80% dari semua kecelakaan terjadi dalam situasi ini.
Pilot harus memegang kendali pesawat dengan tangannya sendiri dan mematikan mode autopilot. Selain itu, seorang pilot juga harus benar-benar berkonsentrasi pada dini hari sekitar pukul 03.00, yang mana menjadi titik rendah fisiologis tubuh. Pilot memiliki waktu pergantian (shift) yang berlangsung hingga 20 jam.
Survei NASA mengungkapkan, 70% pilot pesawat AS tertidur di kokpit setidaknya sekali selama penerbangan. Juga setidaknya, satu pilot cadangan harus selalu terjaga di kokpit.
Dilansir Chicago Tribune, penyebab kecelakaan atau pesawat jatuh bisa pula disebabkan oleh adanya aksi terorisme. Selain itu, pesawat bisa juga tiba-tiba dihantam rudal ainti-pesawat dari tanah atau laut. Pesawat penumpang tidak mampu menghindari atau melakukan serangan balasan terhadap rudal, karena berat dan volumenya.
Jika rudal menghantam bagian sayap, pesawat akan meledak di udara karena di situlah letak bahan bakar. Pesawat komersial tidak memiliki sistem untuk melacak rudal, jadi satu-satunya peluang pilot untuk berjaga-jaga adalah melihat rudal yang datang dari tanah.