Umat muslim di penjuru dunia mengenal 1 muharram sebagai momen di mana Nabi Muhammad hijrah dari Mekkah menuju Madinah. Tanggal tersebut pun menjadi hari pertama di kalender hijriyah dan ditetapkan sebagai tahun baru Islam.
Di Indonesia khususnya Pulau Jawa, perayaan 1 muharram identik dengan tradisi pembuatan bubur Suro. Bubur ini dihiasi dengan topping serpihan jeruk bali dan butiran delima serta 7 jenis kacang seperti kacang tanah, kacang mede, kacang hijau, kedelai, kacang merah, kacang tholo, dan kacang bogor.
Bukan hanya bubur suro, dalam ritual ini juga disajikan kembar mayang, sirih, dan keranjang berisi aneka buah. Kesemuanya diisi dengan elemen serba 7 rupa. Hal itu sebagai refleksi kesungguhan tekad untuk menjalani tahun depan.
Beda negara, beda juga perayaannya. Di negara tetangga Malaysia, warga setempat merayakan datangnya 1 Muharram dengan berdoa dan membaca surah Yasin di masjid. Bukan hanya membaca surat Yasin, tapi banyak di antara warga Malaysia yang mengikuti pengajian akbar.
Di Arab Saudi, negara yang mayoritas penduduknya beragam islam ini tak memiliki perayaan khusus seperti di Indonesia. Umat Muslim biasanya akan menghadiri sesi doa di masjid.
Setelahnya, mereka kembali ke rumah untuk menghabiskan waktu bersama keluarga. Seperti di negara-negara lainnya, tanggal 1 Muharram merupakan hari libur bersama. Penekanan utama dari Tahun Baru Islam di Arab Saudi adalah refleksi diri dan ucapan syukur.
Di Maroko, sebagian masyarakat di sana menggelar upacara peringatan tahun baru di lapangan. Selama ratusan tahun, ada tradisi yang biasa dilakukan yaitu saling membawakan roti. Tanggal 1 muharram memang dirayakan dengan berbagi.
Sedangkan di Tunisia, Afrika Utara, tak ada perayaan spesial saat 1 muharram. Jalanan akan tampak sepi, terlebih 1 Muharram juga dijadikan sebagai hari libur.
Di Irak, warga setempat merayakan 1 Muharram dengan mengenang perjuangan cucu Nabi Muhammad SAW bernama Imam Hussein. Malam hari dihabiskan untuk mengisahkan kisah tragis Imam Hussein saat mengalami kesulitan dan cobaan dalam nada yang menyentuh, sedih dan diiringi lantunan musik yang menghanyutkan. Dalam 10 Hari Muharram dianggap sebagai hari-hari kesedihan dan kenangan duka.
Selain Irak, warga Iran pun merayakan hal serupa. Pada 10 hari pertama bulan Muharram, mereka melakukan upacara untuk mengenang perjuangan Imam Huseein.
Salah satu bentuk rasa berkabung mereka wujudkan dengan melakukan pertunjukkan teater Taziyeh bertajuk Pertempuran Karbala, mengisahkan tentang Imam Hussein yang dibunuh.
Taziyas populer melalui dinasti Qajar hingga awal abad ke-20, tetapi pemberlakuan kembali perlahan-lahan menurun sampai mereka kebanyakan ditinggalkan di kota-kota besar pada awal 1940-an.
Taziyas terus ada di Iran dalam skala yang lebih kecil terutama di daerah pedesaan dan tradisional.
Ritual Ta’zieh ditulis pada 2010 di daftar perwakilan warisan budaya tak berwujud dari kemanusiaan, UNESCO.
Kedatangan tahun baru Islam tak hanya dirayakan oleh warga negara dunia yang mayoritas penduduknya umat muslim saja.
Dilansir dari Washington Times, Imam Johari Abdul-Malik dari Pusat Islam Dar al-Hijrah mengatakan bahwa di Washington DC Amerika Serikat, tahun baru Muslim dirayakan sebagai hari libur budaya, bukan perayaan yang religius.
Mayoritas akan merayakan liburan dengan menghadiri sesi doa di masjid mereka dan menghabiskan waktu bersama keluarga. Penekanan utamanya adalah pada refleksi, zikir dan rasa syukur.