Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta 2018 resmi dibuka dengan beragam pertunjukkan pada Sabtu, (24/2) Ribuan pengunjung menyaksikan rangkaian acara pembukaan yang digelar di Jalan Malioboro, Kampung Ketandan, dan Alun-alun Utara Keraton. Mengangkat tema, ‘Harmoni Budaya Nusantara’, Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta 2018 akan berlangsung pada 24 Februari – 2 Maret 2018.
“Jumlah wisatawan yang hadir pada pembukaan Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta 2018 mencapai 50 ribu orang,” jelas Ketua Umum PBTY, Tri Kirana Muslidatun, dalam keterangan tertulis di siaran pers.
Tri Kirana yang juga istri Walikota Yogyakarta ini menambahkan, jumlah tersebut adalah gabungan dari rangkaian acara pembukaan.
Pembukaan Pekan Budaya Tionghoa 2018 memang ada rangkaian acaranya, mulai dari persiapan di Abu Bakar Ali, karnaval, hingga berbagai atraksi di Alun-alun Utara.
Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta merupakan bagian dari perayaan Imlek dan Cap Go Meh. Meski demikian, budaya nusantara tetap ditampilkan dalam kegiatan itu. Salah satu atraksi yang menarik perhatian adalah aksi grup tari Praginagong Yogyakarta.
Delapan penari Praginagong menggabungkan berbagai tarian nusantara dalam pementasannya. Mulai dari Aceh, Medan, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, bahkan hingga Papua.
Sementara atraksi yang mendapat sambutan paling meriah dari pengunjung Yogyakarta adalah drumband Gita Dirgantara milik Akademi Angkatan Udara. Drumband ini tampil dengan banyak formasi dan sangat enerjik.
Penampilan naga sepanjang 150 meter yang dibawakan secara bergantian oleh 200 orang dan pesta kembang api menjadi penutup acara.
Untuk menggaet lebih banyak pengunjung, penyelenggara membuat Imlek Light Festival yang menampilkan berbagai bentuk lampion, di Jalan Ketandan. Hal ini diharapkan akan menjadi daya tarik baru penyelenggaraan Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta 2018.
Tiket masuk ke taman lampion adalah sebesar Rp 20 ribu per orang. Pengunjung bisa berfoto atau selfie dengan latar belakang berbagai bentuk lampion yang menarik.
Selain itu, ada juga berbagai kegiatan seni, budaya, dan kuliner khas Tionghoa di sepanjang Jalan Ketandan. Ada 149 stan dan bazar kuliner di sepanjang Ketandan yang menyajikan beragam menu khas Tionghoa dan Nusantara, salah satunya Lontong Cap Go Meh.
Pengunjung juga bisa melihat pameran Wayang Potehi di Rumah Budaya Ketandan atau mengikuti pelatihan melukis kepala Wayang Potehi. Pengunjung bisa membawa pulang hasil karya mereka mengecat kepala wayang dengan mengganti ongkos Rp20.000.