Semesta dalam keadaan yang memilukan. Manusia dianggap sebagai penyebab sekaligus ancaman bagi keberadaan bumi sekarang. Betapa tidak, permasalahan yang mengancam bumi seperti membludaknya tampungan sampah di Samudera Pasifik, isu global warming, atau pun banjir berasal dari perilaku manusia.
Meski demikian, bumi masih memiliki orang-orang yang peduli dengan keberadaannya. Di dunia ini pun tak sulit menemukan organisasi yang menyatakan peduli lingkungan. Misalnya seperti Earth System Governance Project (ESGP), Global Green Growth Institute (GGGI), Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), pun WWF, bike to work, Kophi (Koalisi Pemuda Hijau Indonesia), dan banyak lainnya.
Dari sekian banyaknya organisasi atau komunitas pencinta lingkungan, terdapat satu komunitas yang memiliki pemikiran eksentrik bagaimana menciptakan rasa mencintai dan melindungi bumi. Mereka adalah para penganut ecosexual.
Jika banyak orang yang mengaku peduli dan cinta lingkungan mengumpamakan bumi sebagai ‘ibu’ di mana mereka berusaha memperlakukan ‘ibu’ sebaik mungkin, sekumpulan orang penganut ecosexual mengaku menganggap bumi sebagai kekasih. Persis seperti premise yang selalu mereka usung,
“see nature as your lover and not as your mother.
Tren ecosexual ini sendiri telah diikuti lebih dari 300.000 orang dari berbagai negara. Keberadaan ecosexual muncul di tahun 2000. Namun pengikutnya mengalami peningkatan dalam kurun waktu 2 tahun belakang ini. Di Sidney, Australia, ecosexual atau bercinta dengan alam sedang menjadi tren.
Uniknya, para penganut ecosexual tak hanya menerapkan ideologi pemahaman tentang menjaga lingkungan selayaknya mencintai pasangan, namun juga mempraktekannya. Mereka berhubungan seks dengan pohon-pohon atau pun tanah.
Mereka akan bercinta dengan alam, pepohonan atau sekadar berguling-guling di tanah, menciumi bunga-bunga di kebun atau hutan, hingga pada akhirnya mereka mengalami orgasme di tanah.
Terdengar tak masuk akal, tapi itulah yang mereka lakukan. Mereka beralasan bahwa dengan berhubungan intim bersama alam maka akan memunculkan perasaan melindungi, sama persis seperti perasaan melindungi pasangan yang dicintai.
Semua hal yang dilakukan dan dianut anggota ecosexual ini semata-mata demi melindungi bumi. Mereka hanya ingin menyebarkan virus-virus positif agar lebih banyak lagi manusia yang mencintai bumi satu-satunya ini.
Pemahaman yang sebenarnya susah diterima akal khususnya di kalangan masyarakat Indonesia. Tapi, apapun yang dilakukan mereka untuk melindungi bumi harus diapresiasi. Toh, itu adalah cara yang dilakukan daripada hanya mengeluh dan berdiam melihat kerusakan bumi.