Kisah Marco Polo, Orang Pertama di Dunia yang Mendokumentasikan Perjalanannya

Marco Polo, seorang yang dikenal sebagai penjelajah besar dunia ini ternyata juga orang pertama yang secara lengkap mendokumentasikan perjalanannya.

SHARE :

Ditulis Oleh: Noor Adha Satrio H

Di era yang semakin modern ini, traveling merupakan sebuah kebutuhan dan waktu yang dinanti-nanti semua kalangan. Melakukan perjalanan jauh membuka berbagai cakrawala dan perspektif baru akan sebuah kehidupan.

Kini kesan “traveling” tentang kegiatan yang hanya menghabiskan uang sudah mulai pudar. Beberapa orang selain melakukan traveling, juga melakukan dokumentasi perjalanannya dengan maksud untuk mengenang perjalanan yang telah dilakukannya.

Selain moda transportasi yang mudah dan beragam alat dokumentasi yang dapat digunakan, melalui kenangan yang diabadikan, diperoleh juga pemasukan dan keuntungan lainnya yang sangat banyak.

Namun, pernahkah terpikir, bagaimana orang-orang zaman dahulu dapat melakukan perjalanan begitu jauhnya? Apakah mereka sekadar melakukan perjalanan tanpa mendokumentasikannya? Apakah cukup ia hanya menceritakan pengalamannya dari mulut ke mulut saja? 

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian,” – Pramoedya Ananta Toer

Mungkin, yang dituliskan Pram juga menjadi sebuah perasaan kekhawatiran yang dialami Marco Polo. Namanya memang populer, namun kisahnya yang luar biasa itu belum sepenuhnya diketahui banyak orang. Ia juga adalah “traveler pertama yang melakukan pendokumentasian” pada setiap perjalanan jauhnya. Selanjutnya, simaklah kisahnya di bawah ini.

Marco Polo. Sumber

Pada 15 September 1254 di Venesia, Italia, seorang bayi lelaki keluar dari rahim Nicole Anna Defuseh, seorang ibu dari calon sang penjelajah besar. Ayah si bayi, Niccolo Polo, memberi nama Marco Polo pada anak bayi yang menangis itu. Bertambahnya usia, profesi sebagai pedagang ia lakoni, meniru apa yang ayahnya lakukan dalam menghidupi keluarganya. Ia memulai perjalanannya ketika berusia 17 tahun bersama dengan ayahnya dan juga pamannya, Maffeo. 

Penjelajahan menggunakan kapal dilakukannya dengan menyusuri Jalur Sutera ke dataran Cina dan mengunjungi Kubilai Khan. Ketiga orang inilah yang tercatat dalam sejarah sebagai orang barat pertama yang melakukan perjalanan melalui Jalur Sutera.

Segala apa yang dilihat, dirasakan, dan dialami oleh Marco Polo dalam perjalanannya melewati Jalur Sutera tersebut ia ringkas dan tuangkan dalam wadah berupa bukuberjudul II Milione.

Tulisan memang sebegitu perkasa pengaruhnya. Dari buku inilah cikal bakal mencuatnya nama Marco Polo sebagai sang penjelajah besar dalam sejarah dunia. Berkat buku perjalanan ini pula, akhirtnya terbukalah rute dagang antara Eropa dan Asia secara detil yang sebelumnya masih dianggap berbahaya karena belum ada dari masing-masing orang di dua benua itu yang memetakan jalur perjalanan yang dapat mereka lewati.

Il Milione. Sumber

Kadang dari sebuah kegiatan traveling, kita sering mendapat pengalaman berharga di luar ekspektasi. Seperti yang dialami Marco Polo saat setibanya di Cina. Ia disambut oleh Kubilai Khan. Bahkan kabarnya, ia diamanahi sebuah jabatan penting oleh Khan dalam pemerintahannya.

Semakin tertarik dengan Asia, Marco Polo melanjutkan perjalanannya mengarungi benua terbesar di dunia ini, sembari menuliskannya dalam bukunya yang baru berjudul, “The Travels.” Namun pada buku ini, Marco Polo hanya menuliskan kesan-kesannya saja yang oleh sebagian kritikus, dianggap sangat subjektif, tidak terorganisir, sebaik tulisannya di buku pertamanya.

Berdebam Kaki Sang Penjelajah Besar di Bumi Pertiwi

Menyinggung Benua Asia, tidak afdol rasanya jika tidak membahas negara dengan tingkat diversitas yang tinggi, yaitu Indonesia. Ya, sang penjelajah besar ini pernah menginjakkan kakinya di bumi pertiwi kita.

Berdasarkan catatan pada buku perjalanannya, pada tahun 1292, ia dan dua partner penjelajahannya, sang ayah dan pamannya, menumpang armada kapal Mongol dengan tujuan membawa seorang putri yang akan dinikahkan dengan seorang Khan dari wilayah Levant.

Di perjalanan inilah, ia menapakkan kakinya pertama kali di Nusantara, tepatnya di Pulau Sumatera, yang mana Marco Polo menyebutnya sebagai pulau “Jawa Kecil”.

Ia mengabiskan 5 bulan di Sumatera, dan di waktu ini pula adalah masa-masa awal pembentukan kerajaan Islam di Indonesia, tepatnya di Kerajaan Samudera Pasai. Beberapa tempat yang sempat disinggahi olehnya adalah Barus dan Perlak. Pada catatannya pula, lagi-lagi, ia mendokumentasikan tentang adanya kanibalisme kelompok masyarakat tertentu di wilayah tersebut serta mengenai kapur daerah Barus yang sangat terkenal.

Tujuan utama ia berada di bumi pertiwi sebenarnya bukan karena ia ingin menjelajah, namun karena ia menunggu musim yang baik untuk melakukan perjalanan lagi mengantarkan sang putri.

Wilayah di Indonesia lainnya yang disinggahi Marco Polo adalah Pulau Jawa, yang ia sebut dengan nama ‘Pulau Jawa Besar’. Diceritakan juga olehnya bahwa Kubilai Khan melakukan penyerangan ke Pulau Jawa dan mengalami kegagalan di sini. Lalu Pulau Pentam, yang kini disebut Pulau Bintan. Disebutkan mengenai letak pulau ini dari Selat Singapura. Marco Polo menyebutkan dalam catatannya bahwa ia bertemu legenda manusia berbulu dan berekor yang mana adalah orangutan.

Marco Polo & Kubilai Khan. Sumber

Tiga tahun setelah kembali ke Venesia, saat itu sedang berlangsung perang antara Venesia dan Genoa. Marco Polo, di usia 42 tahunnya ditunjuk oleh Pemerintah Venesia untuk menjadi komandan strategi perang kota kelahirannya. Namun, pada 1296, Venesia kalah telak. Marco Polo lalu ditangkap oleh serdadu Genoa dan dijebloskan ke penjara di Genoa.

Apa yang ia lakukan di penjara? Makan? Tidur-tiduran? Tidak. Orang zaman sekarang akan bilang, “Marco Polo tetap produktif dengan keterbatasannya.”

Ya, dia tetap menulis. Ia menghabiskan waktu di penjara dengan menulis ulang kisah perjalanannya selama di Cina.

Dan yang tak diduga-duga, ia bertemu seorang penulis terkenal di zamannya, Rustichello of Pisa. Melalui orang ini, Marco Polo bertutur dan menyerahkan sebagian catatannya yang menarik perhatian Rustichello. Si penulis tersohor lalu menerjemahkan deskripsi Marco Polo dalam Bahasa Perancis Tua (standar penulisan Itali masa itu) dan mereka bekerja bersama selama 2 tahun.

Buku hasil kolaborasi tersebut kemudian dikenal sebagai “Description of the World,” menguraikan tentang kemajuan dan arsitektur kota-kota di Cina, yang juga menggemparkan jagat Eropa pada saat itu.

Namun sebagian orang Eropa masih menganggap apa yang ditulis di bukunya itu tidak masuk akal. Terlebih lagi setelah mereka mengetahui penggunaan uang kertas di Tiongkok, yang mana Eropa masih menggunakan koin logam, emas, dan perak untuk melakukan transaksi jual beli.

Ilustrasi Marco Polo di Penjara. Sumber

Tetapi, walaupun banyak menuai kontroversi, banyak orang Eropa yang kemudian melakukan perjalanan ke Asia karena kisahnya yang menginspirasi dan ingin menguak fakta sebenar-benarnya apakah semua yang dikatakan Marco Polo itu benar.

Pada 8 Januari 1324, Marco Polo meninggal di kota kelahirannya, Venesia. Ia dimakamkan di Gereja San Lorenzo, di mana ia menghentikan debam kakinya di dunia ini dan melanjutkan perjalanannya di dunia yang lain.

Ia membuktikan 2 hal yang tak lekang oleh zaman, bahwa menulis, atau mendokumentasikan sesuatu hal, akan menambah nilai diri pada seseorang dan juga akan mengabadikan seseorang hingga ke waktu-waktu yang tidak kita duga. 

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU