Bagi anda yang berdomisili di Kota Semarang, melewati kawasan Kota Lama mungkin sudah sangat biasa. Jalanan yang dihiasi bangunan tua dan lampu-lampu bergaya tempo dulu sudah akrab di mata anda. Namun pernahkah terbesit di pikiran anda untuk mengetahui lebih dalam tentang sejarah bangunan-bangunan tersebut?
Ada beberapa bangunan yang memang sudah sangat terkenal dengan sejarahnya di kawasan Kota Lama Semarang ini, contohnya ialah Gereja Blenduk yang memang menjadi salah satu ikon Kota Semarang selain Lawang Sewu. Tapi ternyata tidak hanya bangunan itu saja yang memiliki nilai sejarah yang menarik untuk kita ulik. Hampir semua bangunan di kawasan kota lama memiliki ceritanya masing-masing.
Adanya event Festival Kota Lama Semarang 2017 memberikan kita kesempatan untuk lebih mengenal sisi lain Kota Lama dalam sudut pandang yang berbeda. Festival kali ini Kota Lama bekerja sama dengan sebuah trip organizer dimana kita bisa mengikuti sesi jalan-jalan mengitari kota lama Semarang sambil mengenal sejarah bangunannya satu per satu.
Walking Tour ini dibagi kedalam beberapa sesi setiap harinya selama event Festival Kota Lama Semarang ini berlangsung. Dilmulai dari Taman Srigunting samping Gereja Blenduk, Pemandu wisata menjelaskan tentang awal mula kawasan Kota Lama ini terbentuk. Ialah Kerajaan Mataram yang sedang mengalami masalah pemberontakan di Madura, karenanya Kerajaan Mataram memina bantuan Belanda untuk menumpas masyarakat Madura dengan imbalan memberi sebagian teritori Kerajaan Mataram kepada Belanda, berawal dari sebuah janji itu lah Belanda mendapatkan wilayah di pesisir pantai Utara Jawa. Menariknya, sebagian orang tidak menyadari bahwa jalan Letjen Suprapto yang sering kita lewati merupakan jalan Pantura.
Di taman ini, pemandu memberikan sebuah fakta menarik yang lagi-lagi belum diketahui banyak orang, dimana dulunya Taman Srigunting merupakan sebuah area pemakaman. Hal ini dikarenakan letaknya yang bersampingan dengan Gereja Blenduk, karena pada zaman dahulu Rumah Ibadah selalu bersebelahan dengan tanah pemakaman. Bergeser dari Taman Srigunting, Pemandu mulai menjelaskan sejarah bangunan paling terkenal di kota lama Semarang, Gereja Blenduk. Gereja ini dinamakan Gereja Blenduk karena atapnya yang berbentuk kubah, karena itu masyarakat setempat menamai blenduk. Namun, nama asli Gereja ini ialah GPIB Immanuel. Gereja Protestan tertua di Semarang ini juga mempunyai menara yang pada awal pembangunannya dimaksudkan sebagai persiapan melawan Inggris, karena pada saat itu ada isu bahwa tentara Inggris akan menyerang Kota Semarang.
Berpindah dari bangunan ini, pemandu mengajak rombongan ke gedung yang ada di seberang persis Gereja Blenduk, ialah Gedung Jiwasraya. Gedung ini juga mempunyai sisi lain yang menarik, selain karena dulunya gedung ini juga dipakai oleh perusahaan di bidang asuransi, gedung ini ialah gedung pertama yang menggunakan lift di Semarang.
Selain bangunan-bangunan tersebut, masih banyak lagi tempat yang mempunyai nilai sejarah yang menarik untuk dipelajari. Seperti bangunan milik Orang ter-kaya nomor satu di Asia Tenggara pada zamannya, kawasan perbank-an di kota lama pada zaman jajahan Belanda, sebuah jalan unik yang pernah dijadikan lokasi syuting salah satu film ternama di Indonesia, titik 0 kilometer di Semarang, hingga Jembatan Mberok yang dulunya bisa di lalui oleh kapal-kapal karena memiliki sistem Hidrolik.
Selama dua jam sesi walking tour ini, pemandu juga memberikan kesempatan rombongan untuk bertanya dan berfoto ria. Tour diakhiri di kawasan Festival Kota Lama Semarang 2017.
Adanya kegiatan seperti ini bisa memberikan kita pengalaman lebih yang sangat berharga. Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk menggali sisi lain Kota Semarang, hanya dengan dua jam saja pengetahuan umum yang kita miliki sudah bertambah. Hal ini juga membuktikan bahwa datang ke sebuah event tidak hanya untuk bersenang-senang atau sekedar menambah koleksi foto di media sosial saja, namun juga bisa mendapatkan sudut pandang baru terhadap sesuatu yang biasanya jarang kita pedulikan.