Pada Februari 2014 lalu, Gunung Kelud mengalami letusan dahsyat yang melumpuhkan hampir seluruh Pulau Jawa. Letusan terjadi malam hari, suara dentumannya terdengar hingga Yogyakarta dan abunya menutupi langit di empat provinsi. Aktivitas perekonomian di sejumlah kota lumpuh karena jalan utama tertutup abu vulkanik sehingga sangat licin.
Kala itu, Gunung Kelud telah memberikan tanda-tanda akan mengalami erupsi sejak 12 Februari 2014. Pada 13 Februari 2014, Gunung Kelud benar-benar mengalami erupsi pada 22.50 WIB. Pukul 23.30 WIB awan panas telah mencapai ketinggian 17 kilometer. Akibat erupsi Gunung Kelud, empat orang dinyatakan meninggal dan ratusan ribu orang mengungsi.
Erupsi Gunung Kelud menyebabkan aktivitas pariwisata di beberapa kota ditutup. Jarak pandang mata saat itu hanya 50-100 meter, bahkan kadang 10 meter. Hingga pukul 10.00 WIB, hujan abu masih mengguyur Solo, Sukoharjo, Klaten, Boyolali, Karanganyar, dan Sragen. Yogyakarta sepi dari pengunjung. Pertokoan dan pedagang kaki lima yang biasanya memadati Jalan Malioboro tutup. Destinasi wisata utama seperti Candi Prambanan, Candi Borobudur, Keraton Surakarta, dan Candi Ratu Boko ditutup untuk sementara waktu.
Tujuh bandara di Pulau Jawa berhenti beroperasi selama dua hari setelah Gunung Kelud mengalami erupsi. Ketujuh bandara tersebut diantaranya Bandara Adisutjipto (Yogyakarta), Bandara Adi Soemarmo (Solo), Bandara Juanda (Surabaya), Bandara Abdul Rahman Saleh (Malang), Bandara Ahmad Yani (Semarang), Bandara Tunggul Wulung (Cilacap), dan Bandara Husein Sastranegara (Bandung).
Februari 2020 ini tepat enam tahun sudah Gunung Kelud mengalami erupsi maha dahsyat. Masyarakat meyakini bahwa letusan tersebut erat kaitannya dengan dendam dari Lembu Suro. Hal ini dikarenakan erupsi Gunung Kelud terlihat cukup janggal, mengingat letusannya mampu mengirimkan pasir hingga ke Jawa Barat yang berjarak 500 kilometer jauhnya.
Masyarakat Kediri percaya bahwa letusan Gunung Kelud adalah bentuk balas dendam dari Lembu Suro kepada anak keturunan dari Dewi Kilisuci. Diceritakan, ketika Jenggolo Manik seorang penguasa Kediri sedang mengadakan sayembara untuk mencarikan pasangan bagi putrinya yang bernama Dewi Kilisuci, ada dua siluman kuat yang turut serta, Lembu Suro dan Mahesa Suro.
Mengetahui hal itu, Dewi Kilisuci merencanakan siasat licik agar keduanya gagal dalam sayembara. Dewi Kilisuci meminta untuk dibuatkan sebuah sumur beraroma amin dan wangi di puncak Gunung Kelud hanya dalam semalam. Lembu Suro dan Mahesa Suro berhasil, Dewi Kilisuci kemudian meminta keduanya untuk mengambil air ke dalam sumur sebagai bukti bahwa air sumur beraroma amis dan wangi.
Namun, saat kedua siluman itu masuk lagi ke dalam sumur, Dewi Kilisuci kemudian meminta pasukannya untuk menimbun mereka hingga mati terperangkap di dalam sumur. Sebelum ajalnya, Lembu Suro bersumpah akab membalas dendam dan sakit hatinya kepada anak keturunan Dewi Kilisuci dimanapun berada.