Trekking di Nepal memang sudah jadi impian saya sejak lama. Video-video di Youtube yang menampilkan keindahan Himalaya membuat keinginan ini semakin menggebu untuk mewujudkannya. Saya sendiri bukan pendaki yang punya banyak pengalaman, cuma pernah mendaki Merapi dan Semeru, itu pun sudah lama sekali. Tapi keindahan Himalaya terus mengusik pikiran, dan saya bertekat harus mengunjunginya.
Karena anggaran yang sangat terbatas, saya harus mencari cara supaya kegiatan trekking ini nggak memakan biaya besar. Salah satu cara supaya biaya trekking murah, ternyata kita harus trekking tanpa porter dan pemandu. Pilihan ini tentu mendatangkan konsekuensi tersendiri. Namun dengan persiapan yang matang, nggak sulit untuk menuntaskan rute trekking di Nepal, bahkan oleh pendaki yang belum berpengalaman sekalipun seperti saya!
Coba simak beberapa tips berikut supaya kegiatan trekking di Nepal bisa dilakukan secara aman dan murah.
Ada banyak sekali rute trekking di Nepal dengan durasi perjalanan dan tingkat kesulitan yang berbeda. Dan perlu juga diingat, tidak semua rute-rute pendakian itu bisa ditempuh tanpa pemandu. Misalnya saja rute Everest Base Camp dan Upper Mustang, para pendaki wajib menyewa pemandu untuk menjamin keamanan.
Tapi rute-rute yang bisa dilalui tanpa pemandu juga cukup banyak. Untuk kawasan Annapurna misalnya, ada 3 rute trekking populer yang bisa dilakukan tanpa pemandu, yakni Poon Hill, Annapurna Circuit, dan Annapurna Sanctuary atau lazim pula disebut Annapurna Base Camp.
Kalau Kamu hanya memiliki waktu yang sangat singkat, Poon Hill adalah pilihan yang paling tepat karena rutenya bisa diselesaikan dalam 3-4 hari saja. Tapi, jika ada waktu liburan yang panjang, silahkan menjajal Annapurna Circuit yang durasi perjalanannya memakan waktu 11-14 hari. Untuk rute dengan durasi menengah, Annapurna Base Camp adalah pilihan yang paling cocok. Rute ini memakan waktu 7-10 hari, dan inilah rute yang saya jajal di Nepal.
Kamu belum siap dengan perlengkapan trekking? Jangan khawatir, Kamu bisa dapatkan peralatan dan perlengkapan yang Kamu perlukan di sekitar kawasan Thamel, Kathmandu. Sebut saja perlengkapan yang diperlukan, semuanya tersedia dengan berbagai pilihan harga.
Saya merekomendasikan toko Sonam untuk mendapatkan perlengkapan trekking berkualitas baik, tapi harganya tetap terjangkau. Sonam adalah merek lokal perlengkapan trekking, mereka punya 6 toko di Kathmandu.
Kamu juga bisa mengunjungi Bathbhateni Super Store yang punya beberapa cabang di Kathmandu dan Pokhara. Bathbhateni menyediakan berbagai keperluan trekking dengan harga terjangkau. Buat Kamu yang nggak pintar menawar, lebih baik berbelanja di sini karena semua barang sudah dipatok dengan harga pas.
Semua pendaki yang ingin menempuh rute Annapurna Base Camp diwajibkan untuk membuat permohonan sebelum memulai trekking. Proses perizinan ini bukan sekadar formalitas, tapi menyangkut keselamatan kita. Di beberapa pos pendakian nantinya identitas kita akan dicatat, sehingga kalau ada pendaki yang hilang petugas bisa mencarinya dengan segera.
Proses perizinan ini sebenarnya cukup mudah, Kamu hanya perlu menyiapkan 4 buah foto ukuran paspor, fotokopi paspor, serta mengisi beberapa formulir. Untuk rute Annapurna Base Camp, ada dua surat izin yang perlu diurus, yakni Annapurna Conservation Area Permit (ACAP) dan Trekkers Information Management System (TIMS). Ongkos untuk mendapatkan kedua izin sebesar 4000 rupee.
ACAP maupun TIMS Permit bisa diurus di kantor polisi di Kathmandu atau Pokhara. Lokasi kantor polisi ini bisa ditanyakan ke petugas hotel, mereka pasti membantu. Sebenarnya lebih gampang mengurusnya dari Pokhara karena kantornya bisa dicapai dengan berjalan kaki dari area penginapan turis. Untuk kantor yang di Kathmandu, lokasinya cukup jauh dari Thamel sehingga kita perlu menggunakan taksi untuk mencapainya.
Rute Annapurna Base Camp yang saya pilih tingkat kesulitannya masuk kategori moderat. Terus terang, awalnya saya ragu memilih rute ini karena pengalaman mendaki saya yang teramat minim. Namun beberapa backpacker yang saya temui di Kathmandu dan telah menyelesaikan rute ini meyakinkan saya untuk menempuhnya. Mereka selalu bilang bahwa saya akan baik-baik saja, dan nggak masalah jika nggak menggunakan pemandu. Orang tua saja bisa melakukannya, masa saya yang lebih muda nggak bisa? Demikian yang selalu mereka katakan.
Tapi, benarkah rute trekking Annapurna Base Camp sedemikian gampangnya hingga bisa diselesaikan orang tua dan anak-anak secara mudah? Saya harus bilang, untuk menyelesaikan rute trek Annapurna Base Camp, kondisi tubuh kita harus benar-benar fit. Memang benar ada banyak orang tua umur 50-an tahun mampu menyelesaikan rute trek ini, tapi kondisi tubuh mereka terlihat sangat fit. Saya juga beberapa kali menemui trekker anak-anak, tetapi usia mereka sudah di atas 11 tahun. Dengan kata lain, rute Annapurna Base Camp tak dianjurkan untuk anak-anak di bawah 11 tahun.
Untuk mengukur kemampuan fisik, cobalah berjalan kaki selama 2 jam tanpa berhenti. Kalau Kamu mampu melakukannya, berarti Kamu bisa menyelesaikan rute trek Annapurna Base Camp. Waktu 2 jam tersebut adalah rata-rata durasi untuk mencapai tiap pos pendakian. Rute trek Annapurna Base Camp tidak menuntut keahlian khusus, jadi siapa saja yang fit secara fisik, bakal mampu melakukannya. Persiapan fisik yang saya lakukan juga cukup sederhana, yakni latihan jogging secara rutin beberapa minggu sebelum trekking dimulai.
Saya memilih nggak menyewa pemandu atau porter untuk menghemat pengeluaran. Dengan melakukan trekking secara independen, kita setidaknya bisa menghemat separuh ongkos pendakian. Pemandu biasanya memasang tarif sekitar USD25 per hari, sedangkan ongkos porter sekitar USD16 per hari. Kalau kita melakukan trekking selama 7 hari, hitung sendiri berapa biaya yang bisa dihemat.
Tapi, adakah resiko tersesat kalau kita memilih tak menggunakan pemandu? Berdasarkan pengalaman saya, rute Annapurna Base Camp mudah sekali diikuti karena di sepanjang jalur setapaknya dilengkapi dengan penunjuk jalan.
Di jalur trekking bagian bawah juga relatif aman karena pada dasarnya kita hanya melewati perkampungan penduduk. Hanya setelah melewati pos Himalaya, jalurnya benar-benar nggak berpenghuni. Namun di bagian atas ini rutenya justru lebih mudah diikuti karena nggak memiliki percabangan. Jadi kemungkinan tersesat juga jauh lebih kecil.
Bagi pendaki yang melakukan perjalanan mandiri, sebaiknya menghindari berjalan sendirian setelah melewati pos Himalaya. Ada banyak sekali grup dengan pemandu yang melakukan pendakian, jadi tinggal ikuti saja rombongan itu. Kebanyakan anggota grup ini berjalan agak lambat, namun demi keamanan sebaiknya harus tetap terlihat orang lain.
Meskipun secara fisik kita tergolong sangat fit, ada resiko besar yang nggak boleh dikesampingkan para pendaki. Resiko ini disebut Altitude Sickness, yakni penyakit yang diakibatkan tipisnya tekanan udara di ketinggian. Gejala Altitude Sickness ditandai dengan rasa pusing, mual, dan kehilangan koordinasi tubuh. Gejala ini biasanya mulai muncul saat pendaki mencapai ketinggian di atas 3000 meter. Titik tertinggi di rute Annapurna Base Camp sendiri mencapai 4300 meter, jadi resiko terkena Altitude Sickness cukup besar.
Beberapa orang punya resiko lebih besar terkena Altitude Sickness. Kalau gejalanya sudah muncul, pendaki nggak boleh meneruskan pendakian ke titik yang lebih tinggi sampai gejala penyakitnya hilang. Meminum air putih banyak-banyak serta makan sup bawang putih diyakini bisa mengurangi resiko terkena Altitude Sickness.
Sebagai pendaki yang tak menggunakan jasa porter, saya harus memanggul sendiri semua keperluan selama pendakian. Meski sudah memilah hanya membawa barang yang benar-benar dibutuhkan saja, ransel saya beratnya hampir 10 kilogram. Perlengkapan trekking di musim dingin membuat barang bawaan saya bertambah banyak dan berat. Bayangkan saja, kantong tidur khusus untuk musim dingin memakan setengah isi ransel saya. Namun karena nggak mau menderita kedinginan, saya harus tetap membawanya.
Saat menjalani rute trekking Annapurna Base Camp selama 7 hari, saya hanya membawa kantong tidur, 1 thermal underwear, 1 jaket musim dingin, 1 switer, 4 celana dalam, 2 celana trekking, dan 2 baju kaus. Urusan hygiene memang kurang terjaga karena jarang ganti pakaian, namun barang bawaan yang minimal ini membuat perjalanan saya menjadi lebih mudah.
Kamu nggak perlu repot-repot membawa tenda untuk tidur, karena di sepanjang jalur Annapurna Base Camp mudah ditemui penginapan yang dikelola penduduk kampung. Meski sederhana, penginapan ini cukup nyaman dan bersih, bahkan dilengkapi dengan kamar mandi air panas. Tarifnya juga sangat murah, hanya 150 rupee atau sekitar Rp 18 ribu per orang. Tapi untuk menggunakan kamar mandi dengan air panas kita dikenakan biaya ekstra sebesar 100 rupee atau sekitar Rp 13 ribu.
Urusan makan juga tak perlu khawatir karena penginapan itu juga dilengkapi dengan restoran. Menunya ternyata cukup beragam, bahkan ada yang menyajikan makanan barat seperti pasta dan burger. Hanya saja, makin tinggi pos pendakian, harga makanan akan semakin mahal. Misalnya di pos Machapuchare Base Camp yang berada di ketinggian 3800 meter, harga sepiring nasi goreng dibanderol 500 rupee atau sekitar Rp60 ribu. Padahal di restoran-restoran di Kathmandu, menu yang sama hanya dihargai 150 rupee.
Harga makanan yang mahal ini bisa dimaklumi karena semua bahan logistik harus diangkut dari bawah. Di sepanjang rute trekking, kita akan menemui porter-porter barang yang membawa beban amat berat. Rasanya ransel saya yang seberat 10 kilogram tak ada apa-apanya dengan beban yang harus mereka pikul.
Untuk menekan biaya makan, Kamu juga bisa membawa bekal roti atau biskuit untuk disantap pada waktu sarapan atau saat beristirahat. Saya juga sempat melihat rombongan pendaki dari Malaysia membawa daging rendang dan mi instan. Cara yang bisa ditiru kalau ingin menghemat pengeluaran makan. Tapi perhitungkan juga beratnya supaya tidak terlalu membebani ransel Anda.
Karena tak menggunakan jasa pemandu dan porter, praktis biaya yang saya keluarkan per hari sebagian besar hanya untuk akomodasi dan makan saja. Biaya akomodasi rata-rata per hari adalah 150 rupee. Sedangkan biaya makan menyita pengeluaran paling besar, rata-rata sekitar 1200 rupee per hari. Pengeluaran lainnya seperti membeli air minum katakanlah 150 rupee per hari. Jadi total biaya yang dikeluarkan per hari rata-rata sebesar 1500 rupee atau sekitar Rp180 ribu. Kalau trekking dilakukan selama 7 hari, berarti total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp1, 26 juta. Cukup murah, bukan?
***
Benar kan, semua orang pun bisa trekking ke Nepal, tinggal menyiapkan mental, fisik, dan materi! Tertarik? Nabung dulu yuk buat pergi ke Nepal dengan tips berikut ini,