Ini Lokasi Batu Pemberi Jodoh di Ciamis yang Banyak Dikunjungi Wisatawan

Mitos yang dipercaya tentang batu pemberi jodoh ini beragam. Ada juga yang percaya batu tersebut bisa mengabulkan keinginan untuk mendapat keturunan, hingga mewujudkan keinginan bagi yang ingin berpoligami.

SHARE :

Ditulis Oleh: Shabara Wicaksono

Sebuah daerah yang memiliki peninggalan zaman dulu biasanya sarat dengan mitos.  Di Ciamis, Jawa Barat, ada satu situs bersejarah yang punya mitos unik. Ada batu pemberi jodoh, poligami dan juga keturunan. Tiga batu tersebut terletak di Situs Astana Gede, Kawali, komplek Pamuruyan, Ciamis.

Astana Gede Kawali di Ciamis memiliki mitos adanya batu pemberi jodoh. (Foto/harapanrakyat).

Baca juga: Ini ritual seks aneh dan gila dari berbagai negara di dunia.

Astana Gede Kawali sendiri merupakan bekas peninggalan Kerajaan Sunda Galuh.

Di lokasi tersebut, ada tiga prasasti yakni Batu Panyandaan, Batu Panyandungan dan Batu Pangeuntengan, yang menjadi daya tarik tersendiri. Mitos itu berkembang di tengah masyarakat Kawali.

Mitos mengenai batu pemberi jodoh ini sebetulnya beragam, mulai dipercaya bisa mengabulkan keinginan untuk mendapat keturunan, ingin berpoligami, hingga impian berparas cantik dan dapat jodoh.

Komplek Pamurayan merupakan tempat ritual atau untuk semedi para masa Kerajaan Sunda Galuh, demi mencari wangsit.

Lokasi ini dijuluki Sang Hiang Lingga Hiyang yang artinya tempat berkumpulnya atau bersemayamnya para leluhur.

Pertama yaitu Batu Panyandaan, yang identik dengan kaum ibu, sebab Batu itu berdasarkan sejarah dikuburnya abu jasad prameswari atau Lara Ringsing istri dari Raja Sunda Galuh Prabu Linggabuana.

Mitos yang tumbuh apabila ibu yang susah melahirkan atau belum mendapat keturunan, bila melakukan ritual atau nyender di prasasti tersebut atau nyarande. Sambil berdoa menurut keyakinan masing-masing, maka diyakini bakal memperoleh keterunan dan dimudahkan.

Umumnya wisatawan yang ke lokasi itu sampai sekarang masih dari daerah-daerah sekitar.

Mitos lainnya soal keberadaan Batu Panyandungan, khususnya lelaki, banyak yang datang dengan niat untuk berpoligami. Di lokasi ini diyakini tempat dikuburkannya abu jasad Raja Sunda Galuh Prabu Linggabuana. Panyandungan sendiri artinya memang ‘memadu’ atau ‘bermadu beristri dua’.

Mitosnya, jika seorang laki-laki sedang punya isteri ingin menambah istri lagi, bisa melaksanakan ritual di tempat ini sebelum melangsungkan pernikahan kedua agar nantinya awet.

Mitos yang ketiga yakni Batu Pangeunteungan. Makna ‘ngeunteung’ adalah bersolek. Di tempat ini, ada abu jasad Citra Resmi atau Diah Pitaloka, seorang gadis putri mahkota yang sangat cantik dari Kerajaan Sunda Galuh, anak Prabu Linggabuana.

Baca juga: Mengenal tradisi Suku Mosuo, di mana wanitanya boleh memilih tidur dengan pria manapun.

Istimewanya, Batu Pangeuntungan bisa menyerap air dari bawah tanah, sehingga kerap mengeluarkan air pada bagian atasnya.

Masyarakat setempat meyakini, bila ada seorang gadis membasuh muka menggunakan air di batu itu sebanyak tiga kali, maka ia akan bercahaya sehingga menjadi daya tarik lawan jenis serta mudah mendapatkan jodoh.

Selain itu, di lokasi ini juga terdapat prasasti-prasasti dan makam Prabu Linggabuana serta keluarganya. Terlepas dari berbagai mitos mengenai batu pemberi jodoh, poligami, hingga keturunan, keberadaan tempat ini penting untuk menjaga sejarah kebudayaan Sunda di masa silam.

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU