Singkawang, ‘sepetak Hongkong’ di daratan Kalimantan Barat ini memang bukan kota besar seperti Pontianak. Tapi, kota ini selalu bisa mengambil perhatian orang saat perayaan Imlek datang. Apalagi sejak Cap Go Meh Singkawang dimasukkan dalam kalendar wisata nasional tahun 2009, perayaan Imlek di Singkawang selalu dinanti.
Perayaan Imlek di Singkawang dan Cap Go Meh selalu meriah. Sehari sebelum Imlek di Singkawang, masyarakat setempat berhenti melakukan aktivitas kesehariannya. Mereka berkumpul bersama keluarga besar dan makan besar.
Salah satu jamuan khas saat Imlek di Singkawang yang tak boleh dilewatkan adalah mi panjang umur.
Mi panjang umur sebenarnya bernama asli Mi Asin Singkawang. Namun, karena bentuk mi yang panjang dan filosofi panjang umur yang terkandung di dalamnya, maka warga setempat lebih suka menyebutnya dengan istilah mi panjang umur.
Mi yang berwarna putih polos tersebut disajikan dalam wadah yang besar dengan kuah asin khas Singkawang dan lauk ikan atau pun ayam. Saat memakannya pun harus menggunakan sumpit.
Yang tak boleh dilewatkan adalah prosesi mengacak-acak mi sebelum dimakan.
Prosesi makan mi panjang umur bersama keluarga memiliki makna kebersamaan keluarga dan doa agar berumur panjang seperti bentuk mi-nya yang tak berujung. Uniknya, mi sepanjang 2 meter tanpa putus ini hanya dibuat di Singkawang. Pabriknya pun hanya ada satu di Pasar Utama Singkawang.
Selain prosesi makan mi panjang umur, ada Festival Cap Go Meh yang tak boleh dilewatkan dalam serangkaian perayaan Imlek di Singkawang.
Cap Go Meh berbeda dengan Imlek. Cap Go Meh dirayakan setiap 15 hari setelah tahun baru Imlek.
Nama Cap Go Meh diambil dari dialek Hokkien dari kata Cap Go yang berarti 15 dan Meh yang berarti malam. Jadi, secara makna, Cap Go Meh memiliki arti sebagai malam penutup rangkaian acara Imlek.
Jika di negara aslinya Cap Go Meh disemarakkan dengan memasang gemerlap lampion, tarian barongsai, dan arak-arakan, maka di Singkawang perayaan Cap Go Meh dihiasi dengan atraksi magis atau dikenal dengan nama Pawai Tatung.
Sejarah Pawai Tatung dalam perayaan Cap Go Meh di Singkawang ini bermula sejak adanya gelombang migrasi 400 tahun silam.
Saat itu, Suku Khek dan Hakka dari Tiongkok berbondong-bondong migrasi ke Kalimantan Barat. Mereka membentuk perkampungan dan menyebarkan kepercayaan yang diyakininya. Sejak saat itulah, ritual dan kebudayaan orang Tiongkok seperti perayaan Cap Go Meh berkembang.
Suatu ketika, perkampungan Suku Khek dan Hakka di Singkawang terkena wabah penyakit. Karena dahulu belum ada pengobatan medis yang modern, maka masyarakat setempat melakukan ritual tolak bala untuk mengusir roh-roh jahat yang mengganggu. Ritual tolak bala ini dalam Bahasa Hakka disebut Ta Ciau.
Semenjak saat itu, setiap tahunnya mereka melangsungkan ritual Ta Ciau. Hingga kini, ritual tahunan tersebut menjadi tradisi turun temurun dan dikenal dengan nama Tatung.
Tradisi Tatung kemudian berakulturasi dengan perayaan Cap Go Meh di Singkawang. Masyarakat Singkawang percaya, Tatung dapat menyelamatkan mereka dari kesialan atau pun kemalangan. Roh-roh para dewa atau pun leluhur memasuki raga mereka untuk membantu mengusir roh jahat agar kehidupan masyarakat menjadi lebih damai.
Maka, setiap Cap Go Meh, masyarakat Singkawang melakukan ritual Tatung. Ritual Tatung ini hanya dilakukan oleh orang-orang terpilih dan mereka tak boleh menolak “pemberian” ini. Dulu, ritual ini hanya dilakukan para kaum pria, sekarang wanita pun bisa mengikuti pawai Tatung.
Saat Cap Go Meh tiba, para tatung mempersiapkan diri dengan mengenakan kostum kebesaran dewa-dewa. Setelahnya, mereka berdoa di depan altar untuk kemudian menuju klenteng utama. Usai berdoa, tubuh mereka kemudian dirasuki roh-roh dewa atau pun leluhur. Ada yang tiba-tiba menunjukkan ekspresi kemarahan, ada juga yang memainkan senjatanya. Apa yang dilakukan ini sebenarnya bukan kemauan sendiri, hal tersebut adalah kemauan roh dalam tubuh tatung.
Keunikan ritual Tatung dalam perayaan Cap Go Meh ini kemudian sukses mencuri hati banyak orang. Hal ini dibuktikan dengan ditetapkannya Perayaan Cap Go Meh Singkawang dalam kalendar wisata nasional.
Perayaan Cap Go Meh yang awal mulanya hanya bersifat ritual, kini telah berkembang menjadi festival besar. Kemeriahan perayaan ini pun mampu membuat turis-turis asing menjadwalkan liburan Imleknya untuk menyaksikan langsung festival ini.
Bahkan, pada 2014, perayaan Cap Go Meh di Singkawang sukses menyabet penghargaan sebagai salah satu Wonderful of The World 2013 (WOW 2013) dalam pagelaran The Real WOW yang diselenggarakan oleh Markplus bersama Kementerian Pariwisata dan Badan Ekonomi Kreatif.
Makin dikenal dunia, perayaan Cap Go Meh di Singkawang pun makin meriah. Tahun 2015, total ada 612 tatung yang mengikuti pawai ini, tahun 2016 sebanyak 400 tatung, tahun 2017 sebanyak 567. Rekor terbanyak dicapai pada tahun 2013 silam, total 777 orang.
Perayaan Cap Go Meh di Singkawang tahun 2018 akan diselenggarakan pada 1 Maret. Tahun ini, pemerintah setempat menargetkan 684.793 orang yang datang mengikuti. Rencananya, nanti juga akan 100 tandu tatung yang datang dari Malaysia.
Tahun 2018 ini, perayaan Cap Go Meh di Singkawang sepertinya akan lebih meriah dari tahun-tahun sebelumnya. Jadi, sudah ada rencana buat melihat langsung pawai tatung dalam serangkaian perayaan Imlek di Singkawang? Kalau belum, segera persiapkan dari sekarang.