Salah satu alasan penyelenggaraan event wisata di situs bersejarah adalah untuk menyedot banyaknya pengunjung dan wisatawan. Dari sekian banyak tempat bersejarah, Candi Borobudur, Candi Prambanan, dan Candi Arjuna, merupakan lokasi penyelenggaraan event paling favorit.
Namun, penyelenggaraan event yang berlangsung di situs bersejarah tersebut membawa sedikit persoalan yang dua pekan belakangan menyeruak ke permukaan.
Salah satu event yang menjadi perdebatan adalah event konser musik Dream Theater pada 29-30 September 2017. Arkeolog Indonesia yang tergabung dalam Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI) menyuarakan protes keras terhadap keberlangsungan konser Dream Theater. Protes ditandatangani oleh Ketua IAAI Wiwin Djuwita Sudjana Ramelan. Doktor arkeologi dari Universitas Indonesia (UI) ini meneken protes pada 26 September 2017.
Para arkeolog beranggapan bahwa Candi Prambanan merupakan warisan budaya dunia yang harus dijaga dan dilindungi keberadaannya. Selain itu, Candi Prambanan juga merupakan tempat sakral umat beragama. Yang mengkhawatirkan, getaran suara dari konser bisa merusak struktur bebatuan yang menyusun candi tua ini.
Di lain sisi, menurut Kepala Bidang Pemasaran Bidang Pariwisata Jawa Tengah, Alamsyah, penyelenggaraan event di cagar budaya mampu menambah jumlah pengunjung dan wisatawan. Dari segi ekonomi, masyarakat akan dibantu dengan peningkatan jumlah penjualan dan pemasukan makanan, minuman, atau souvenir di sekitar venue.
Event adalah salah satu atraksi yang diselenggarakan untuk menggaet pengunjung. Selama ini kami melihat banyak peningkatan jumlah pengunjung karena adanya event baik di tempat bersejarah maupun di destinasi wisata lainnya. Contohnya, event DCF kemarin.
Meskipun konser Dream Theater pada akhirnya gagal diselenggarakan di Candi Prambanan dan direlokasikan ke Stadion Kridosono, namun ternyata, masih ada 25 event yang sudah dan akan dilangsungkan di tiga candi besar Indonesia, seperti di Candi Prambanan, Candi Borobudur, dan Candi Ratu Boko.
Baca harga tiket masuk Candi Prambanan, Borobudur, dan Ratu Boko tahun 2017 dengan klik di sini
Agenda kegiatan tersebut telah diterbitkan oleh PT Taman Wisata Candi Borobudur Prambanan dan Ratu Boko. Menurut jadwal, event wisata ini diselenggarakan mulai bulan Maret hingga Desember dan setiap bulannya terdapat 1-3 event wisata.
Event | Waktu Penyelenggaraan |
Tawur Agung Prambanan | 27 Maret |
Ratu Boko Yoga & Meditation Day | 9 April |
Lomba Cipta Kreasi Tari Borobudur | 11-12 April |
Mandiri Jogja International Marathon | 17 April |
Borobudur International Conference | 6-7 Mei |
Borobudur Photo Contest | 1-30 Mei |
Waisak di Borobudur | 11 Mei |
Prambanan Music, Art, & Culture | 20 Mei |
Prambanan International Yoga Day | 3 Juni |
Borobudur Legoland Festival | 15-30 Juni |
Sounds of Borobudur Cultural & Music Camp | 14-16 Juli |
Mahakarya Borobudur Hair Style & Fashion | 22 Juli |
Borobudur International Festival | 28-30 Juli |
Prambanan Culinary Festival | 12-13 Agustus |
Prambanan Jazz | 19-20 Agustus |
Festival Tari Keraton Nusantara | 20-21 Agustus |
Ratu Boko Festival | 22-24 September |
Borobudur & Prambanan Water Color Heritage Exhibition | 25 September |
Festival Gamelan Nusantara & Langen Cerita | 6 Oktober |
Prambanan – Borobudur International Heritage Goo Wess Bike Tour | 28 Oktober |
Prambanan Music Performance | 28 Oktober |
Borobudur Cultural Feast | 17-18 Oktober |
Jogja International Heritage Walk | 18-19 November |
Borobudur International 10K | 26 November |
Borobudur Nite | 31 Desember |
Dari semua event yang berlangsung, tidak hanya event rohani atau pun budaya yang bisa dilangsungkan di area candi. Terdapat juga event pariwisata, olahraga, pagelaran musik, bahkan fashion show. Misalnya Borobudur International Festival, Borobudur International 10K, Mahakarya Borobudur Hair Style & Fashion, dan Prambanan Jazz.
Baca keseruan event Prambanan Jazz 2017 dengan klik di sini.
Kemudian, mengapa konser Dream Theater direlokasikan sedangkan 25 event tersebut tetap diselenggarakan? Ternyata, untuk memutuskan apakah event tersebut layak digelar di area candi, PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko telah mempertimbangkan beberapa hal yang tercantum dalam UU NO 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya.
Berikut hal-hal yang menjadi pertimbangan apakah event tersebut boleh diselenggarakan di area candi atau tidak;
Tidak hanya sampai di situ saja. Event tersebut berhak lolos dalam penyelenggaraannya di area cagar budaya apabila memenuhi nilai-nilai kepantasan dan kelayakan terhadap suatu bangunan yang disakralkan bahkan disucikan. Layak tidaknya event tersebut diselenggarakan tergantung pada jenis event dan zona-zona yang sudah ditetapkan.
Dari semua zona, zona I atau zona “merah” menjadi fokus dan perhatian berbagai pihak penyelenggaraan event di cagar budaya. Di zona ini, hanya event-event kerohanian dan spiritual yang bebas melenggang mementaskan atraksi. Jaraknya pun terbilang dekat dengan pusat kegiatan spiritual, sekitar 200 m.
Sedangkan untuk zona II, meskipun area ini relatif lebih bersahabat dengan konser atau pagelaran musik, akan tetapi konser musik bergenre metal seperti Dream Theater, tetap tidak boleh diselenggarakan.
Secara teknis, konser musik baik pop, rock hingga jazz itu tidak merusak candi, disibelnya paling hanya mencapai 100-120 Hz, suara mercon 150 Hz, suara bising hanya 60 Hz, dan musik jazz dan pop hanya 80 Hz. Dan dari gabungan suara-suara tersebut tidak sampai menggerakkan candi atau menggeser posisi candi. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah konser music ini layak dan pantas untuk diselenggarakan di tempat ibadah seperti candi. Ujar Kepala Cagar Budaya Jawa Tengah, Tri Hartono.
Kepala Cagar Budaya Jawa Tengah, Tri Hartono, sendiri mengatakan bahwa konser atau event yang diselenggarakan di situs bersejarah tidak berpengaruh pada tatanan candi. Namun yang menjadi masalah adalah apakah konser dan event itu sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam candi atau tidak. Untuk memutuskan hal tersebut, Tri Hartono mengaku, Balai Pelestarian Cagar Budaya Jateng bersama dengan pihak-pihak terkait telah mengagendakan pembahasan pedoman atau pun aturan khusus atas kelayakan penyelenggaraan event di cagar budaya.
Event-event di tempat bersejarah sebenarnya berawal dari masyarakat, lalu kami selaku pemerintah mendukung adanya kreativitas masyarakat, Jelas Alamsyah
Berdasarkan hasil interview tim phinemo kepada Kepala Bidang Pemasaran Dinas Pariwisata Jateng, Alamsyah, jika ditarik ke belakang, event-event ini ternyata muncul karena ide kreatif dari masyarakat. Mereka memanfaatkan sebuah situs dan tempat bersejarah agar mampu mendatangkan dan memperkenalkan wisatawan terhadap situs yang ada di daerah masyarakat tersebut lalu pemerintah sebagai alat membantu terlaksananya event tersebut.
Hampir senada dengan Alamsyah, menurut EO event yang berlangsung di area cagar budaya, Mei Kristanti, beberapa event yang pernah diselenggarakan olehnya, selalu melibatkan masyarakat. Selain itu, jumlah wisatawan yang datang mengalami peningkatan.
Jujur, dalam setiap kesempatan kami menghubungi para warga sekitar untuk ikut dalam acara. Contohnya event Borobudur Internasional Festival. Kami menyediakan booth untuk masyarakat agar mereka bisa mengenalkan produk dan kesenian masyarakat kepada wisatawan yang datang. Selain itu, banyak juga lho penonton yang sengaja datang karena ada event ini di Borobudur. Tentu ini berdampak positif, jelas Mei.
Baca kemeriahan dan kumpulan foto Borobudur International Festival dengan klik di sini.
Penyelenggaraan event di area cagar budaya memang membawa sedikit persoalan. Apalagi setelah adanya protes keras yang diajukan para arkeolog terhadap keberlangsungan konser Dream Theater. Hal ini menjadi pertanda, memang sudah seharusnya masing-masing pihak yang berkepentingan dalam penyelenggaraan event di cagar budaya ini bersatu padu merumuskan solusi. Seperti apakah pedoman-pedoman khusus yang bisa menjadi patokan bisa tidaknya diselenggarakan suatu event di cagar budaya. Bukan hanya dilihat dari peraturan di setiap zona yang ada, tapi juga aturan kelayakan atau kepantasan suatu event yang bisa diselenggarakan di cagar budaya.