Menjadi perempuan memang selalu tak mudah. Hampir di seluruh belahan dunia, perempuan memiliki batasan norma sendiri yang mungkin tak berlaku bagi para lelaki. Seperti misalnya para perempuan di Arab Saudi yang punya banyak sekali peraturan dan larangan yang harus dipatuhi.
Hampir seluruh hal tentang perempuan diatur sedemikian rupa. Mulai dari memilih suami hingga naik transportasi umum. Tujuannya satu, memberikan keamanan dan kenyamanan bagi perempuan itu sendiri.
Dilansir dari laman Brightside, perempuan Arab Saudi tidak dapat melakukan beberapa hal yang menurut kita biasa saja dan dapat dengan bebas dilakukan di negara lain. Menurut laporan Gender Gap (Kesenjangan Gender) yang dikeluarkan World Economic Forum, Arab Saudi menempati urutan ke-129 dari 134 negara di dunia.
Lalu, apa saja sih hal-hal yang dilarang dilakukan oleh kaum hawa di Arab Saudi?
Perempuan di Arab Saudi tidak memiliki hak untuk pergi ke mana pun tanpa suami atau kerabat laki-laki (mahram). Bahkan tanpa adanya persetujuan dari mahram, eorang perempuan tidak dapat meninggalkan negara, mendapatkan pekerjaan, menikah, memasuki Universitas, atau bahkan menjalani operasi.
Dalam hal seorang perempuan perlu pergi ke polisi, seorang Mahram harus dapat mengidentifikasi dan berbicara mewakili perempuan tersebut karena dia tidak dapat melepas jilbabnya.
Perempuan di Arab Saudi juga tidak diijinkan bebas menaiki transportasi umum. Meski naik kereta diijinkan, namun perempaun harus berada di gerbong terpisah di ujung kereta. Sebagian bus umum juga menolak untuk mengangkut perempuan.
Inilah sebabnya mengapa para perempuan di Arab Saudi harus berjalan kaki, naik taksi, atau disetiri oleh sopir pribadi mereka.
Ketika keluar dari rumah, perempuan di Arab Saudi harus menutupi seluruh tubuh mereka, hanya menyisakan bagian oval wajah, tangan, dan kaki yang terbuka. Abaya hitam (terusan panjang dengan lengan) dan hijab adalah dua hal yang dikenakan oleh perempuan Arab. Pakaian harus terbuat dari kain tebal, longgar, dan tidak boleh menonjolkan lekuk tubuhnya.
Aturan ini bisa lebih atau kurang kuat tergantung pada daerahnya.
Perempuan bisa belajar tetapi ada banyak keterbatasan. Persentase perempuan di Arab Saudi yang memiliki gelar sarjana sebenarnya lebih tinggi daripada pria. Namun, kualitas pendidikan perguruan tinggi bagi perempuan jauh dari kata ‘baik’.
Sebagian besar perempuan memiliki pendidikan pedagogis atau ilmiah. Tetapi mereka biasanya tidak bekerja setelah kuliah.
Persentase perempuan yang bekerja di negara ini hanya 17%. Sebagian besar perempuan di Arab Saudi tinggal di rumah dan merawat anak-anak mereka. Jika perempuan ingin bekerja, ia harus meminta ijin pada laki-laki. Pilihan profesi yang ada pun tidak terlalu luas: dokter, perawat, dan pendidik, selama mereka bisa menghindari bertemu pria baru.
Perempuan jauh lebih sulit membangun karier daripada pria karena mereka dibayar lebih sedikit dan tidak mendapat bonus, seperti asuransi kesehatan.
Selama di rumah, perempuan tidak boleh menerima tamu. Mereka dapat berkomunikasi dengan teman-teman tetapi hanya di setengah dari rumah mereka.
Sebagian besar rumah di Arab Saudi memiliki dua pintu masuk. Satu untuk laki-laki dan satu untuk perempuan.
Arab Saudi adalah negara pertama di dunia yang tidak membiarkan wanita mengambil bagian dalam kompetisi olahraga.
Para perempuan Arab Saudi baru menerima hak untuk mewakili negara mereka di Olimpiade hanya pada 2012.
Keputusan itu dibuat di bawah tekanan dari Komite Olimpiade Internasional.