Goa Belanda di Bandung terletak di area perbukitan batu pasir Tufaan, Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda. Berjarak sekitar 1 km dari gerbang utama Taman Hutan yang berada di Dago Pakar, membentang hingga ke daerah Maribaya di Lembang. Sesuai namanya, Goa Belanda dibangun oleh Pemerintah Hindia Belanda sebagai markas militer menghadapi invasi tentara Jepang yang sangat ganas.
Jauh sebelumnya, Goa Belanda awalnya digunakan sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Bengkok yang berasal dari Sungai Cikapundung. Baru pada tahun 1941 saat Jepang mulau menginvasi Hindia Belanda, goa ini dialih fungsikan menjadi markas militer untuk mengatur strategi di Perang Dunia II. Berbagai fasilitas seperti kamar, penjara, pos penjagaan, dan lorong dibangun untuk mendukung kegiatan militer di dalam Goa.
Setelah masa Kemerdekaan Indonesia, para pejuang menggunakan Goa Belanda sebagai tempat penyimpanan mesiu dalam rangka menghadapi serangan tentara bangsa asing seperti sekutu. Indonesia kini telah aman dan damai, Goa Belanda kemudian menjadi tempat wisata yang bisa dikunjungi wisatawan yang ingin menelisik sejarah perjuangan Bangsa Indonesia pada masa penjajahan.
Mengingat bahwa Goa Belanda merupakan basis militer dengan penjara bawah tanah, berbagai tragedi keji seperti penyiksaan dan pembantain kerap terjadi di tempat ini. Goa Belanda kini telah menjelma menjadi tempat yang sangat horor dengan aura mistis sangat kental. Konon korban-korban penyiksaan dari mulai masyarakat pribumi, tentara Jepang, hingga Belanda sering menampakkan diri meminta pertolongan dari siapa saja yang datang.
Terdapat satu kata yang sangat dilarang untuk diucapkan di Goa Belanda yakni kata “Lada”. Bagi siapa saja yang melanggar dipercaya akan mengalami kesialan bahkan kerasukan di dalam Goa Belanda. Menurut keterangan warga setempat, kata tersebut merupakan nama dari salah seorang leluhur yang dianggap tinggi dan dihormati oleh masyarakat sehingga namanya begitu disakralkan.