Sebagai bangsa dengan gugusan pulaunya yang indah, kadang saya merasa penasaran dengan pariwisata pada zaman dimana saya belum dilahirkan. Apakah para orang tua dan nenek kakek kita dulu juga merasakan piknik atau jalan-jalan? Bukankah pada zaman dahulu mereka harus menderita karena ekonomi rakyat yang sangat sulit.
Berikut ini saya akan menampilkan beberapa foto zaman dulu yang menunjukkan bagaimana pariwisata Indonesia di masa itu.
Jika dibandingkan dengan Jam Gadang pada masa kini, tentu suasana Jam Gadang pada zaman dulu sangatlah berbeda. Dalam foto ini terlihat para pengunjung destinasi wisata Jam Gadang ini menggunakan Dokar sebagai transportasi. Tentu saja pada masa itu, lebih banyak orang berjalan kaki untuk bisa melihat lebih dekat Jam Gadang ini.
Foto Malioboro tahun 1936 ini menunjukkan berbagai perbedaan yang sangat mencolok jika dibandingkan dengan Malioboro saat ini. Para penjual pernak-pernik terlihat belum terlihat memadati Malioboro pada zaman itu.
Seorang pria dengan topi khas Belanda di kawasan Kawah Sikidang ini menunjukkan bagaimana Kawah Sikidang pada zaman dulu, dimana belum ada bambu penghalang di wisata ini, terlihat tak banyak orang yang mengunjungi wisata di kawasan Dieng yang saat ini penuh dengan pengunjung dan para penjual.
Jika dibandingkan dengan pada masa sekarang, Jembata Ampera yang berdiri di atas Sungai Musi ini terlihat sangat gagah, tak banyak kapal disana. Pada masa itu, jembatan harus menggunakan pemberat dibagian tengah jembatan agar kapal besar bisa melewati jembatan ini, dan ketika kapal sudah melewati bagian tengah jembatan, pemberat akan diturunkan agar jalan jembatan bisa menyatu dan bisa dilewati.
Dulu, memerlukan waktu hingga 50 tahun untuk membuat Borobudur terlihat menarik seperti sekarang ini pasca ditemukan oleh Raffles, Gubernur Inggris pada masa itu. Stupa-stupa terlihat hancur berantakan dan pohon-pohon tak serapi saat ini.
Lawang Sewu tempo dulu, digunakan sebagai markas PT KAI yang sebelumnya digunakan sebagai kantor NIS pada zaman Belanda menjajah Indonesia. Dalam foto ini, kereta api sungguhan masih digunakan dan jalurnya di depan Lawang Sewu. Saat ini, kereta sudah menjadi ikon yang ditampilkan di depan Lawang Sewu sebagai hiasan.
Monas sepanjang zaman telah bermetamorfosis menjadi bangunan yang megah dengan emas di puncaknya. Pada zaman dulu, wisata monas juga menjadi menjadi pilihan warga Jakarta untuk berlibur. Simbol perjuangan bangsa yang dibangun pada tahun 1961 ini tak pernah sepi pengunjung hingga saat ini.