Ribuan Penari Siap Tampil di Festival Gandrung Sewu Banyuwangi

Gencar promosi pariwisata, Banyuwangi kembali gelar event tahunan Festival Gandrung Sewu yang sudah menjadi salah satu ikon pariwisata Banyuwangi.

SHARE :

Ditulis Oleh: Ahmad Nursani

Ribuan Penari Gandrung Padati Pantai Boom, Banyuwangi. Sumber

Seakan tak mau berhenti untuk mempromosikan daerahnya, Banyuwangi akan kembali menggelar beberapa event besar Oktober ini. Salah satunya adalah Festival Gandrung Sewu. Festival ini merupakan event yang sudah menjadi ikon pariwisata Banyuwangi, dan menjadi event yang masuk dalam agenda wisata tahunan Banyuwangi yang bernama Banyuwangi Festival (B Fest).

Festival Gandrung Sewu yang rutin digelar sejak 2012 menjadi salah satu magnet bagi masyarakat untuk datang ke Banyuwangi. Untuk tahun ini Festival Gandrung Sewu akan kembali digelar pada 8 Oktober 2017 di Pantai Boom.

 Sekilas Tentang Tari Gandrung

Tari Gandrung adalah kesenian original yang lahir dan berkembang di Banyuwangi, berasal dari Bahasa Banyuwangi yang berarti gemar, tergila-gila atau terpesona. Bentuk kekaguman penduduk Blambangan yang agraris pada Dewi Sri yang merupakan Dewi Padi.

Tarian ini dimainkan penari pria dengan dandanan wanita. Tapi bersama berkembangnya Islam di bumi Blambangan, Gandrung Lanang mulai sejak pudar. Kemudian munculah Semi, saat itu berusia 10 tahun, tahun 1895 ditahbiskan juga sebagai gandrung wanita pertama. Sejak itu tari Gandrung lebih dominan dibawakan oleh wanita daripada pria.

Pada Tahun 2002 Tari Gandrung dinobatkan sebagai ikon daerah dan bertepatan dengan HUT Kab. Banyuwangi. Serta ditetapkan sebagai Warisan Budaya Bukan Benda Oleh Kemendikbud pada tahun 2013.

Tahun ini, Tema yang dibawa dalam Festival Gandrung Sewu adalah Kembang Pepe. Diikuti 1048 penari, berbeda dengan tema sebelumnya, Kembang Pepe ini menceritakan perlawanan Gandrung saat melawan penjajah Belanda. Gandrung sebagai pertunjukan hiburan saat itu, juga sebagai alat penjebak para tentara Belanda kala perang tempo dulu tersebut.

Saat pertunjukan digelar, para penari Gandrung memberikan minuman keras kepada para tentara Belanda. Saat mabuk itulah kemudian tentara Belanda di eksekusi di hutan atau di laut.

Partisipasi Masyarakat Banyuwangi Yang Patut Diacungi Jempol

Dari 1.048 penari yang akan tampil pada acara Festival Tari Gandrung Sewu yang akan digelar pada tanggal 8 Oktober Mendatang, ada 2 ribu lebih orang yang mendaftarkan diri untuk berpartisipasi pada event tersebut.

Panitia pun harus melakukan seleksi terhadap para penari yang sudah mendaftarkan diri dari lima kecamatan di Kabupaten Banyuwangi. Para penari ini merupakan siswa SMP dan SMA dari 5 Kecamatan, yakni Giri, Wongsorejo, Banyuwangi, Kalipuro, dan Glagah.

Setelah diadakan seleksi, para penari yang terpilih akan  dilatih untuk menarikan tari Jejer Kembang Menur.

Tahun ini, selama satu jam, wisatawan yang datang dan menyaksikan Festival Gandrung Sewu akan dibuat terkesima dengan pertunjukan yang digelar. Festival akan diawali dengan masuknya ribuan penari Gandrung ke panggung dari segala penjuru.

Lalu disusul dengan Fragmen Podo Nonton yang menceritakan bagaimana makmurnya hidup masyarakat Banyuwangi sebelum kedatangan Belanda, hingga penjajah belanda datang dan merusak tatanan kehidupan Masyarakat Banyuwangi pada masa itu. Selanjutnya, dalam fragmen diperlihatkan perjuangan masyarakat Banyuwangi dalam melawan penjajah Belanda.

Para penari akan membawakan Tari Gandrung di bibir Pantai Boom menjelang matahari terbenam dengan latar pemandangan Selat Bali.

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU