Timor Tengah Selatan memilik kekayaan alam dan beragam destinasi wisata yang tak kalah menarik dan sayang bila Anda lewatkan. Salah satu yang menjadi favorit adalah destinasi wisata bukit batu kapur, Fatu Nausus.
Fatu Nausus sejatinya adalah bukit batu karst yang menjulang tinggi sehingga telah tampak bila Anda tengah berada di daerah Kapan, ibu kota kecamatan Mollo Utara.
Anda yang hendak menikmati pesona Fatu Nausus, mesti menyiapkan diri dan berangkat lebih awal untuk mendapatkan momen yang lebih menakjubkan dengan suasana pagi hari yang sejuk.
Fatu Nausus ini berdiri di dalam destinasi wisata bernama Fatumnasi. Selain Fatu Nausus, di dalamnya terdapat pula destinasi lain yang tak kalah menarik yang biasa diisi oleh pengunjung yang sedang berlibur bersama keluarga.
Anda perlu bersabar sebab jalan yang mesti disusuri untuk menuju Fatu Nausus belum sepenuhnya baik, insfrastruktur di kanan kiri tak cukup menunjang untuk menuju ke destinasi wisata yang menakjubkan ini.
Pintu gerbang di kawasan wisata Fatu Nausus ini terdiri atas potongan-potongan kayu dengan pagar yang dibuat sederhana dari batang-batang pohon yang ada.
Anda kemudian perlu menyusuri jalan sekitaran beberapa puluh meter dahulu dari pagar untuk sampai ke bawah bukit karst ini.
Sesampainya di sana, Anda akan mendapati pemandangan bukit yang dindingnya tegak lurus licin, dinding ini lurus licin bukan dibentuk oleh alam tapi oleh tangan manusia melalui teknologi yang dimilikinya.
Bukit yang terpotong tegak lurus ini hasil dari eksplorasi perusahaan tambang marmer. Bukit-bukit karst yang menjulang ini dipuja dan dijaga masyarakat karena dianggap keberadaannya memberikan kehidupan bagi sekitarnya juga dipuja oleh para pebisnis.
Bukan oleh karena kemistisannya namun lebih kepada nilai ekonominya. Dibalik batu-batu terjal inilah tersimpan potensi batu marmer yang konon berkualitas nomor dua di dunia.
Selain bernilai ekonomis dan memiliki pesona yang luar biasa menakjubkan, Fatu Nausus di Timor Tengah Selatan ini dulunya digunakan oleh masyarakat Mollo untuk melakukan upacara-upacara adat.
Lokasi di sini bersejajar dengan hutan yang mampu menjadi penopang kehidupan. Air-air hujan yang tertahan dan mampu menghasilkan kehidupan dengan adanya mata air bagi daerah yang dibawahnya.
Namun dibalik kemegahan dan keindahannya, Fatu Nausus rupanya menyimpan kepedihan sejak lokasi ini berubah menjadi tambang marmer yang dikomersialisasi.
Masyarakat terpecah menjadi dua antara yang pro dan kontra dengan tambang. Akhirnya memang kawasan ini telah ditinggalkan perusahaan tambang namun bukan dengan cara yang mudah.
Ada perjuangan yang cukup lama dan keberanian yang harus terus dikobarkan agar masyarakat mau saling bahu membahu dalam satu suara menolak pertambangan ini dan kemudian menjadikannya sebagai destinasi wisata menakjubkan yang bisa dinikmati bersama.