‘Ayo minggu depan naik gunung, tapi belum pasti nih, masak aku perempuan sendiri,’ ajak seorang teman wanita.
Terkadang, ‘Wah asyik jalan-jalan terus, aku nggak pernah diajak,’ komentar salah satu teman wanita saat SMA dulu.
Paling sering, ‘Ingin jalan-jalan sih, tapi banyak kerjaan. Terus, belum ada teman bareng juga. Bahaya kalau sendirian,’ ujar teman wanita yang lain.
Dulu, hampir setiap hari beranda Facebook saya dipenuhi postingan para pria bermuka lusuh hanya mengenakan kaos dalam berangkulan di puncak gunung, atau rombongan pendaki dengan salah seorang memegang bendera merah putih, berpose menghadap matahari terbit -dan tentu, semuanya pria.
Belakangan ini, beranda Facebook saya mendapat warna baru.
Banyak teman-teman wanita memposting foto perjalanannya, entah bersama rombongan, berdua bersama orang terkasih atau bahkan, seorang diri!
Saya selalu kagum pada teman-teman wanita yang memutuskan berani melangkahkan kaki seorang diri, demi melakukan perjalanan impian mereka.
Bertualang bagi wanita itu mustahil, selama itu hanya terus diwacanakan, tak pernah dilakukan!
Morgan, saat berusia 19 tahun, melakukan solo backpacking menjelajah Alaska selama 47 hari. Berjalan seorang diri sejauh ratusan mil.
Dalam videonya dia membuktikan, melakukan perjalanan seorang diri bagi wanita tak semenakutkan yang dibayangkan orang, bahkan bisa sangat menyenangkan. Morgan memasang tenda seorang diri, menari di lereng gunung, bersepeda di jalanan, semua nampak menyenangkan.
Semua orang tentu memiliki alasan dan masalah hidupnya masing-masing untuk selalu membatalkan rencana perjalanannya. Namun, jika terus menunggu hingga kita benar-benar tak memiliki masalah, kita tak akan pernah melangkah keluar.
Perjalanan paling menyenangkan adalah perjalanan yang dilakukan, tidak hanya direncanakan
