Semarang memang memiliki beragam pilihan penginapan. Mulai dari hotel berbintang 4 hingga hostel pun ada. Tapi, beberapa teman sering mengeluhkan, susahnya mencari penginapan yang meneduhkan di tengah panasanya kota Semarang. Yah, kalaupun ada, itupun harus pergi jauh dari kota menuju ke daerah Bandungan.
Nah, minggu lalu, ketika saya sedang mencari penginapan unik di Semarang, saya menemukan guesthouse bergaya klasik yang bernama Djajanti Guesthouse. Setelah ditelisik lebih dalam, ternyata guesthouse ini berlokasi di Kota Semarang.
Lalu, saya pun putuskan untuk bermalam di guesthouse ini. Nggak terlalu banyak berekspektasi dengan fasilitas dan pelayanan yang diberikan karena memang harganya nggak mahal. Cuma 300 ribu rupiah per malam. Namun, sepertinya saya sedang beruntung. Guesthouse yang saya inapi kali ini benar-benar di luar dugaan. Superb! Inilah kata yang tepat untuk menggambarkan kenyamanan dan segala fasilitas yang diberikan penginapan ini.
Berlebihan? Saya rasa tidak, karena guesthouse ini memang sebaiknya jadi pilihanmu saat sedang liburan di Semarang. Alasannya? Karena,
Saya kebetulan tipikal orang yang suka dengan segala hal klasik/vintage. Kalau Kamu setipe dengan saya, rasanya Kamu tidak salah pilih.
Dibawah naungan arsitek handal, Djajanti Guesthouse didesain sebagai penginapan bergaya klasik Java Centro tahun 70an dengan konsep rumah recycle ramah lingkungan. Saat mulai menginjakkan kaki di muka meja resepsionis, Kamu akan melihat setiap sudut bangunan dilengkapi dengan ornamen tempo dulu.
Uniknya lagi, properti yang digunakan memang hasil dari barang pakai ulang. Kursi kuno, mesin jahit yang dimanfaatkan sebagai meja, serta perabotan rumah tangga khas Jawa tertata rapi di ruang santai berbentuk Joglo.
Kesan klasik dan kuno lebih terasa bila memandangi rimbunnya pepohonan hijau dan taman yang mengelilingi. Benar-benar meneduhkan. Suasana kuno dan pepohonan hijau akan mengingatkanmu pada nyamannya bermalam di rumah eyang. Iya, seperti kembali pulang ke kampung halaman.
Jangan membayangkan bakal disambut penjaga guesthouse berpakaian sorjan rapi dengan blangkon di kepala, karena Kamu akan disambut pria yang sudah cukup berumur dengan pakaian yang ala kadarnya. Ya, selayaknya bertamu di rumah orang jawa. Pak Pur, nama penjaga guesthouse, hanya kenakan kaus oblong saja.
Kesederhanaan inilah yang semakin menciptakan kesan kembali ke kampung halaman. Keramahan Pak Pur saat menyambut tamunya bakal bikin Kamu merasakan beginilah orang Jawa Tengah pada sesungguhnya.
Belum juga selesai terpesona dengan keramahan Pak Pur dan desain bangunan guesthouse yang unik, Kamu akan semakin terpesona dengan keadaan kamarnya.
Djajanti guesthouse hanya miliki total 8 kamar. Empat kamar di lantai bawah dan empat sisanya ada di lantai 2. Semua kamar dilengkapi dengan AC, TV, wifi, dan kamar mandi dalam. Enak bukan?
Yang membedakan hanya tipe kasurnya. Jadi, ada kamar yang terdiri dari 2 single bed, 1 kasur king size bed dan 1 single bed, serta satu kamar yang berisi kasur double bed.
Yang unik, kamar tamu benar-benar bersih dan luas. Bahkan ada teras kamar mungil yang bisa Kamu gunakan untuk bersantai sambil menyeruput segelas teh manis panas.
Inilah yang kerap menjadi perhatian utama saya saat memilih penginapan. Sebagus-bagusnya pemandangan dan banyaknya fasilitas yang diberikan, saya bakal ilfeel juga kalau melihat kumuhnya kamar mandi.
Meski shower room dan toilet di dalam kamar tak diberikan sekat, tapi kebersihannya selalu dijaga. Yah, kelemahannya sih Kamu harus bergantian kamar mandi jika ingin menggunakan toilet atau sebaliknya.
Selain interior bangunan yang sangat nyentrik dan unik, nilai plus lain dari Djajanti guesthouse adalah sarapan gratis. Yap, meski bukan sarapan mewah ala hotel bintang empat sih, tapi cukup mengenyangkan dan bisa mengurangi bujet pengeluaran.
Sebelumnya, penjaga guesthouse akan menanyakanmu menu apa yang ingin Kamu santap untuk sarapan. Ada dua pilihan menu sarapan, nasi goreng dan mie goreng. Kamu bisa milih salah satunya.
Waktu itu, saya memilih satu porsi nasi goreng. Di luar dugaan, penjaga guesthouse pun memberikan teh hangat, dan semangkok potongan buah pepaya menjadi santap pagi. Buat saya yang nggak terbiasa makan dengan porsi besar, menu sarapan sudah mengenyangkan. Soal rasa, ya jangan dibandingkan dengan nasi goreng favoritmu.
Yang saya suka dari guesthouse ini adalah perpustakaannya. Bukan sekali ini saya menginap di guesthouse atau hostel yang notabene penginapan low budget. Nah, yang bikin beda dari perpustakaan di penginapan lain adalah koleksi buku-bukunya.
Bahagia banget, karena saya bisa menemukan buku karya penulis favorit, Dan Brown! Belum lagi buku-buku pengetahuan umum dan agama. Surga bagi Kamu pencinta buku.
Nah, lebih asyk lagi tempat bacanya. Kursi kayu dengan pemandangan hijaunya pepohonan, sungguh menenangkan. Yah, meski agak sempit sih, tapi karena saat itu hanya saya yang berada di sana, jadi berasa perpustakaan pribadi. Jadi keinget jaman-jaman sekolah, saat cabut dari kelas dan ngumpet di perpus. Hehehe..
Oiya, kalau Kamu nggak suka baca buku, ada pilihan permainan lainnya lho. Seperti halma, kartu, bahkan alat musik semacam piano. Menurut cerita Bu Kesi sang pemilik guesthouse, banyak turis asing yang senang sekali memainkan piano.
Ibu Kesi bercerita, banyak di antara tamunya yang mengadakan reuni dengan teman-teman di Djajanti guesthouse. Mereka mengadakan pesta barbecue di tengah taman sambil berbincang-bincang. Ada pula, turis asing yang datang ke tempat ini untuk meneliti bangunan Djajanti itu sendiri. Karena memang pada dasarnya, bangunan ini sangat unik dan klasik.
Yang cukup disayangkan, lokasi guesthouse ini agak jauh dari pusat keramaian kota. Setidaknya, Kamu butuh waktu kurang lebih 20 menit menuju pusat kota menggunakan motor atau taksi.
Cukup jauh memang. Tapi, Kamu nggak perlu khawatir. Kamu bisa menyewa kendaraan, seperti sepeda ontel, atau menggunakan transportasi online seperti gojek, oke jek, atau taksi.
Meski agak jauh, namun lokasi Djajanti guesthouse ini cukup mudah untuk mengakses tempat makan atau pun minimarket. Kalau Kamu pengen makan pizza, sekitar 400 meter terdapat PHD. Di sekitar Djajanti juga terdapat KFC dan Gelalel. Lumayan kan? Kalau lapar tinggal pergi ke sana.
***
Kalau saya pribadi, jujur sangat puas dengan Djajanti Guesthouse. Tarif per malam yang sangat terjangkau dan fasilitas yang superb memang pas banget buat pejalan seperti saya. Frankly, it’s beyond my expectation!