Ora adalah sebuah pantai di Negeri (Desa) Saleman, Pulau Seram, Maluku. Pantai Ora sepertinya sudah menjadi idaman bagi penikmat pantai di kota Ambon dan bahkan Ora sudah sangat terkenal di luar negeri. Banyak orang-orang dari kota Ambon begitu juga dari luar kota rela merogoh kocek tebal dan melalui perjalanan yang lumayan melelahkan hanya untuk sehari di Ora.
Perjalanan dari kota Ambon bisa menggunakan Kapal Cepat selama 2 jam ke pelabuhan Amahai dan melanjutkan perjalanan menggunakan transportasi darat seperti mobil rental selama 3 jam lebih.
Setelah sampai tujuan, kamu bisa melakukan banyak hal, seperti :
Jangan buru-buru langsung menyeberang ke Pantai Ora. Negeri Saleman pintu masuk ke Pantai ora memiliki pantai berbatu di belakang dermaga. Sembari menunggu persiapan ke Pantai Ora bolehlah kita bersantai ria sambil berfoto gaya terbang di atas bebatuannya. Tetapi jangan sampai tak mendengar panggilan perahu yang akan mengantarmu ke Pantai Ora, nanti ketinggala lho.
Suasana di Ora sangat hening. Tentu sangat pas untuk menghilangkan rasa sumpek selama seminggu bekerja. Tak kan ada yang mengganggu, hanya ada suara deburan ombak yang dihembuskan angin malam. Jika malam telah larut tinggal masuk ke dalam kamar yang telah disewa. Lampu-lampu temaram yang dipasang di lokasi pantai ini akan menambah suasana romantis buat yang berpasangan. Satu yang pasti jangan lupa untuk bangun pagi.
Jika bangun pagi di kota-kota besar, kamu akan disuguhi pemandangan perumahan dan suara bising knalpot kenderaan yang berlalu lalang. Tetapi akan terasa sangat berbeda ketik bangun pagi di Pantai Ora. Kamu akan disuguhi pemandangan dan kesejukan yang alami. Embun pagi, hijaunya perbukitan yang mengelilingi 1/3 Pantai Ora akan membuatmu melupakan sejenak rutinitas di kota-kota besar.
Tak hanya itu yang membuatnya berbeda dengan keadaan di kota-kota besar. Jika di sana engkau memakai alas kaki untuk beraktivitas pada saat di Ora tidak usah memakainya. Biarkan kaki telanjangmu merasakan butiran-butiran pasir putih dan rasakanlah kelembutannya. Di saat telapak kakimu tenggelam didalamnya, partikel-partikel air yang ada menjadi terapi alami yang berbeda dengan terapi-terapi ala perkotaan. Sesekali ombak kecil akan menyapa kakimu seakan ia meminta untuk berkenalan denganmu.
Kejernihan laut di Pantai Ora membuat karang-karang yang ada didalamnya bisa langsung terlihat. Pantai Ora tampak seperti sebuah taman dengan berbagai jenis bunga yang indah. Tentu bunganya adalah berbagai jenis karang yang ada di pantai ini. Begitu mempesonanya melihat jenis karangnya amat beragam, mulai dari yang hardcoral sampai yang softcoral, mereka berwarna-warni dan semakin menarik bila terus diperhatikan. Ditambah lagi beberapa kerang kima dan berbagai jenis ikan karang yang ada, taman karang ini pun semakin semarak. Kegiatan seperti snorkling akan membuatmu betah untuk berlama-lama di atas taman karang itu.
Hatu Pia yaitu batu sagu. Menurut cerita penduduk setempat, tempat ini dikatakan batu sagu karena dahulunya nenek moyang mereka singgah di tebing ini untuk mencari sagu. Namun karena ada sejenis burung pemakan sagu yang bersarang di dalam sebuah gua itu maka tentunya mereka juga akan membuang kotoran. Nah, kotoran burung itu kelihatan sangat mirip dengan sagu yang sudah ditumbuk. Nenek moyang yang melihat kotoran burung yang mirip sagu itu kemudian mengambil dan membawanya pulang ke kampung. Dalam hatinya ia berpikir “buat apa susah-susah menokok sagu dan memerasnya, toh sudah tersedia di sini”. Karena mengingat kejadian itu, maka disebutlah tebing yang memiliki goa ditengahnya menjadi “Hatu Pia” yang artinya Batu Sagu.
Satu tempat yang lain adalah sebuah sungai yang disebut “Air Belanda”. Dikatakan demikian karena dulunya pada jaman kolonialisme wilayah ini dijadikan pos penjagaan oleh tentara Belanda. Walau pos itu sudah tidak ada lagi, namun sampai saat ini namanya tetap Air belanda. Sungai Air Belanda ini keluar dari bawah tebing batu ini dan airnya berasa sangat dingin padahal air sungai ini dekat sekali dengan pantai. Karena dekat pantai pastinya terjadi pertemuan antar air tawar dengan air laut tetapi tidak mengubah rasa dingin air sungai ini. Tak percaya? Nah kalau datang ke Pantai Ora jangan lupa singgah di sini.
Selain itu di dekat sungai Air Belanda ada tumbuh beberapa pohon buah pala. Mereka menyebutnya “Buah Pala Papua”. Karena melihat beberapa orang memakannya, maka tumbuhlah rasa penasaran untuk mencoba merasakannya. Rasanya asam, pedis dan getir. Raut muka seketika langsung berubah menjadi kecut. Karena tak terbiasa memakannya, yakinlah orang-orang setempat takkan melepas pandangan terhadapmu lalu mereka pun akan tertawa.