Sejak pertengahan November 2019 lalu, publik dihebohkan dengan adanya temuan wabah Hepatitis A yang menjangkiti ratusan pelajar di SMA N 20 Depok. Kemenkes RI mencatat dari 262 kasus yang ditemukan, 171 diantaranya telah dinyatakan positif terpapar Hepatitis A setelah menjalani Rapid Diagnostic Test (RDT). Atas peristiwa ini, Dinas Kesehatan Kota Depok menetapkannya sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB).
Hepatitis A merupakan salah satu jenis penyakit akut yang disebabkan oleh virus Hepatitis A yang biasanya menular melalui makanan dan minuman. Penderita yang terinfeksi virus ini akan mengalami gejala awal selama sekitar delapan minggu berupa mual, muntah, diare, demam, kulit kuning, dan nyeri abdomen. Diagnosis Hepatitis A harus dilakukan dengan tes darah karena seringkali gejala yang ditimbulkan mirip dengan penyakit lainnya.
Kasus yang sering terjadi, Hepatitis A menyebar melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh kotoran penderita Hepatitis A. Dapat juga menyebar melalui kontak erat dengan penderita. Mencegah penularan virus Hepatitis A dapat dilakukan dengan Vaksin Hepatitis A, atau dapat juga dengan membiasan hidup bersih.
Ketua Perhimpunan PB Peneliti Hati Indonesia, Dr. dr. Irsan Hasan Sp.PD, KGEH, mengungkapkan bahwa kasus KLB di Depok paling mungkin menyebar melalui mulut, biasanya lewat makanan yang tidak higienis. Oleh karena itu, masyarakat untuk membiasakan hidup higienis dengan tidak terlalui sering mengkonsumsi makanan mentah, seperti lalapan.
Sudah menjadi kebiasaan jika masyarakat Sunda gemar mengkonsumsi lalapan. Lalapan berupa sayur yang tidak dimasak rentan menjadi media penularan Hepatitis A, karena satu-satunya kelemahan virus ini adalah panas tinggi. Kejadian serupa sering terjadi di wilayah Negara Amerika, biasanya penularan terjadi melalui perantara salad dan sayuran segar.
Wabah Hepatitis A di Depok cukup menyita perhatian masyarakat Indonesia. Pasalnya, dalam kurun waktu yang singkat yaitu sejak 12 November hingga 3 Desember 2019 telah ditemukan 262 kasus. Setelah dilakukan penelitian lebih lanjut diketahui bahwa penyebaran wabah ini bermula dari seseorang yang bekerja di sekolah, tapi bukanlah pelajar, pengajar, maupun tenaga pendidikan lainnya.