Tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Bahkan untuk ukuran seorang wanita petualang yang suka petakilan kemanapun yang Ia suka tanpa ingin diganggu gugat oleh manusia mana pun di dunia ini. Namun, sebebas-bebasnya wanita petualang, sebenarnya ada banyak hal yang terlewatkan dalam kehidupan mereka.
Berikut ini hal yang sebenarnya dilewatkan dalam hidup seorang wanita petualang:
Beberapa wanita petualang mungkin memiliki prinsip:
Rumah itu penjara, tempat di mana aku mati dan membusuk tanpa bisa melihat indahnya dunia luar
Saya juga selalu berpikir demikian. Namun, wanita kadang salah dalam setiap ukuran perasaan mereka. Kalian para wanita petualang pasti juga akan merasakan kerinduan, rindu akan berbagai suasana rumah. Pagi yang menenangkan dan potongan matahari yang berlalu pelan dengan berbagai do’a dan wejangan akan kodrat kita sebagai wanita.
Hari berganti hari tanpa henti, namun kaki harus terus melangkah menjelajahi seisi bumi yang entah di mana ujungnya. Semua wanita petualang pasti pernah dibuali oleh ibu mereka, kadang bualan dan kebersamaan melintas di setiap perjalanan.
Kata orang, rindu akan terobati dengan sebuah temu. Namun apa yang bisa dilakukan oleh seorang wanita dengan hobi jalan-jalan? Mereka hanya bisa menahan segala rindu, melewatkannya dengan telepon dan mengatakan ‘aku baik-baik saja, Ibu jangan khawatir’.
Menjalin hubungan cinta mungkin akan menjadi sebuah prosesi yang tidak akan pernah terjadi dalam kamus seorang wanita yang cinta mati dengan jalan-jalan. Bagaimana bisa menemukan pria idaman jika mereka hanya fokus menemukan destinasi wisata baru?
Punya uang banyak hanya untuk membeli promo tiket hotel dan pesawat untuk jalan-jalan. Semuanya hanya tentang jalan-jalan dan jalan-jalan.
Rindu pada diri sendiri, mungkinkah? Nyatanya, hal ini kerap terjadi pada orang yang sangat sering bertemu orang baru. Beberapa di antara mereka sampai lupa mencari ‘me time’ dan ‘berbincang’ dengan diri sendiri.
Pernah saya bertanya dengan beberapa wanita yang mencintai perjalanan mengenai diri mereka. Dan kebanyakan mereka menjawab,
‘Siapa aku? Rahasia’
Saya merasa, perjalanan para wanita petualang yang seiring mengispirasi banyak orang kadang membuat para wanita pencinta perjalanan melupakan satu hal, ‘apakah mereka benar-benar telah mengenal diri mereka sendiri?’.
Perjalanan yang lama dan jauh, kadang membuat seorang wanita petualang (terkadang) merasa kikuk saat menemukan diri berada di rumah. Banyak yang ingin diceritakan, namun serasa segala hal dan pandangan hidup setelah melihat dunia luar serasa percuma ketika melihat segala keadaan yang berbeda jauh jika dibandingkan dengan rumah.
Semua cerita akan serasa membosankan karena melulu membandingkan segala perbedaan keadaan dunia luar dan dunia rumah, kemajuan zaman nya, dan segala hal. Lalu, Kamu akan merasa menjadi orang asing, menjadi bukan dirimu yang dulu.
Jalan-jalan tak lengkap jika tak membawa oleh-oleh saat kembali ke rumah. Banyak barang titipan yang Kamu bawa pulang, dari suvenir, tas kekinian, hingga barang tak penting. Memang banyak orang akan menantikan oleh-oleh semacam itu, tapi perjalanan itu bukan hanya tentang suvenir dan oleh-oleh tak penting namun lebih pada pelajaran apa yang bisa Kamu ambil dari perjalananmu itu.
Sayang jika pulang ‘hanya’ membawa oleh-oleh untuk orang lain. Bawalah juga ‘oleh-oleh’ untuk dirimu sendiri. Buatlah dirimu belajar dari setiap perjalanan yang Kamu lakukan. Mungkin ini juga salah satu cara terbaik untuk ‘berbincang’ dengan diri sendiri yang saya bahas di atas.
Kamu mungkin pernah merasaseorang yang harus tahan banting di segala suasana meski sedang di dunia yang asing. Harus pasang muka kuat agar tidak terlihat sedang lelah dan lemah dimanapun agar tidak dijahili orang asing meski sedang ‘down’.
Tak terasa, topeng dan kebohongan selama perjalanan ini menjadi sebuah istilah ‘mandiri’ dalam kehidupan nyata. Kadang, hanya bertemu dengan orang-orang tertentu saja bisa menjadi sosok manja, namun kadang juga harus kikuk mengekspresikan kemanja-an yang lama tak dilakukan selama perjalanan. Kamu para wanita petualang pasti merasakannya.
Bagi wanita petualang, memiliki banyak teman itu pasti. Namun, tak semua teman yang selama ini dipertemukan saat perjalanan memiliki porsi sensitivitas diri yang bisa menjadi tempat untuk ajang curhat masa sedih dan senang.
Lalu, perjalanan akan terasa sangat membunuh ketika para wanita petualang harus menahan segala perasaan sedih dan senang di perjalanan. Hingga entah kapan dan dimana lagi wanita-wanita ini akan bertemu dengan sahabat yang paling tahu letak kotak tawa mereka.
Hobi jalan-jalan itu terkadang benar-benar membuat diri menjadi super sibuk. Bahkan untuk bisa menghabiskan uang untuk jalan-jalan dan nyalon bersama seorang kakak yang juga berjenis kelamin perempuan. Sebenarnya, bukan soal waktu, tapi soal kebiasaan ke salon-nya.
Memang, (hampir) semua wanita punya hobi ke salon, tapi sepertinya wanita petualang tidak bisa dimasukkan ke dalam golongan-golongan ini.