Gunung Semeru dan Gunung Ile Lewotolok mengalami erupsi yang hampir bersamaan di tengah kasus Covid-19 yang terus meningkat. Erupsi Gunung Ile Lewotolok yang berada di NTT terjadi pada Minggu (29/11/2020) sekitar pukul 09.45 WITA. Tak berselang lama, Gunung Semeru di Jawa Timur juga mengalami erupsi hebat pada Selasa (1/12/2020) dini hari pukul 10.23 WIB.
Erupsi Gunung Ile Lewotolok memuntahkan material vulkanik dan kolom abu setinggi 4.000 meter di atas puncak, atau sekitar 5.423 meter dari atas permukaan laut. Setelah mengalami erupsi, PVMBG kemudian menetapkan status Gunung Ile Lewotolok menjadi Level III atau Siaga. Sebanyak 7.986 warga telah dievakuasi untuk menghindari terjadinya erupsi susulan.
Sementara itu, aktivitas Gunung Semeru mengalami peningkatan tajam di hari Selasa (1/12/2020) dini hari dan mengeluarkan awan panas. Aktivitas vulkanik Gunung Semeru berada pada Level II atau Waspada. Hingga hari ini (7/12/2020) masih sering terjadi gempa erupsi dan guguran awan panas. Tercatat 550 warga Lumajang yang tinggal di sekitar lereng mengungsi.
Erupsi besar Gunung Semeru dan Ile Lewotolok cukup mengejutkan. Hal ini karena keduanya sama sekali tidak menunjukkan aktivitas vulkanik yang masif seperti Gunung Merapi. Lalu, kenapa Gunung Semeru dan Ile Lewotolok mengalami erupsi yang bersamaan? Apakah keduanya saling berkaitan satu sama lain dan akan mempengaruhi gunung api lainnya?
Tidak, erupsi Gunung Semeru dan Ile Lewotolok tidak terkait satu sama lain, apalagi terpengaruh atau mempengaruhi aktivitas vulkanik gunung berapi lainnya. Penyebabnya adalah keduanya memiliki dapur magma yang berbeda. Erupsi gunung api dapat mempengaruhi aktivitas vulkanik gunung lain jika memiliki dapur magma yang sama atau tumpang tindih.
Hal ini erat kaitannya dengan sistem magma dan sistem hidrotermal dari gunung berapi. Dengan begitu, apabila magma naik di salah satu gunung berapi maka akan berpengaruh pada sistem pemompaan gunung lainnya. Contoh kasus yang pernah terjadi adalah erupsi besar Gunung Novarupta di Alaska yang memicu puncak Gunung Katmai membentuk kaldera baru.
Aktivitas Gunung Merapi telah terpantau sejak dua bulan sebelumnya. Tak diketahui pasti kapan Gunung Merapi akan erupsi. Prediksi pihak BPPTKG, hanya tinggal menunggu waktu saja hingga Gunung Merapi mengalami erupsi dahsyat. Erupsi tersebut juga bukan karena pengaruh dari Gunung Semeru atau Ile Lewotolok, melainkan memang sudah menjadi siklusnya.
Gunung Merapi dikenal sebagai gunung yang paling aktif di dunia. Rutin setiap 2-5 tahun sekali, gunung api ini dipastikan akan mengalami erupsi besar. Catatan tentang erupsi Gunung Merapi telah ada sejak 3.000 tahun lalu. Salah satu yang paling fenomenal terjadi pada tahun 1006 M yang disebut telah mengubah sejarah serta menghancurkan peradaban Jawa.