9 Cara Bersantai di Lapangan Merdeka Ambon Layaknya Warga Lokal

Bersantai sejenak di Lapangan Merdeka Ambon setelah puas menjelajah keindahan alam Ambon bisa jadi pilihan menarik.

SHARE :

Ditulis Oleh: Alvi Betmanto Sitepu

Berpikir tentang Ambon, mungkin hanya wisata alam yang terpikir di benakmu. Tak salah, wisata alam Ambon memang luar biasa, saya setuju.

Setelah berasyik-masyuk dengan alam Ambon, coba bersantailah sejenak di Lapangan Merdeka Ambon, salah satu tempat favorit berkumpul dan bersantai warga Kota Ambon.

Terkadang melakukan hal yang sama dengan yang dengan yang dilakukan warga lokal akan membuat hubungan kita lebih ‘intim’ dengan destinasi tersebut;

1. Berolahraga di lintasan berwarna merah

Foto oleh Alvi Sitepu

Di Jakarta, daerah Tugu Monas adalah tempat berolahraganya masyarakat pada minggu pagi. Di Ambon di Lapangan Merdeka-lah tempat berolahraganya.

Saat hari menjelang sore, orang-orang dengan kostum olah raga mulai berdatangan. Mereka langsung mengambil posisi ke lintasan tanah liat yang berwarna merah. Ada yang berlari-lari kecil, jalan cepat bahkan ada yang sekedar berjalan kaki saja mengelilingi lintasan. Beberapa putaran sudah terlewati, peluhpun tergambar di bagian baju pundak belakang mereka. 

 

2. Berfoto Selfie di Tulisan ‘Ambon Manise’

Foto oleh Alvi Sitepu

Ambon manise adalah semboyan kota Ambon. Semboyan ini menggambarkan betapa manisnya kota dan masyarakat Ambon. Terbukti memang, soalnya banyak artis-artis berdarah Ambon di Ibukota yang memang terbukti manis-manis. Bukan hanya orang-orangnya yang manis. Kotanya juga manis (bersih).

Tulisan Ambon Manise yang dibuat dari semen itu berdiri di antara Lapangan Merdeka dan Taman Pattimura. Warnanya oranye dan menyala. Saat itu saya sedang memoto tulisan itu. Kata Ambon dan Manise terpisah oleh spasi tempat reklame. Akhirnya saya punya ide. Berselfi di kata Manise. Lalu foto itu saya unggah ke media sosial dengan caption “Beta”. Beta + foto saya di kata Manise = Beta Manise.

 

3. Menatap Manisnya Gedung Kantor Gubernur Maluku dari Pendopo

Foto oleh Alvi Sitepu

Gedung kantor Gubernur Maluku menjulang tinggi bagaikan menara. Di depannya ada tangga berwarna hitam hampir vertikal. Di sisi depan berdiri 2 buah meriam seakan membawaku ke zaman sejarah kolonial dulu. Di atas gedung lantai pertama melekat sebuah display Running Text dengan urutan kata “Dirgahayu Kota Ambon ke-440, Mangente Ambon, membangun negeri”.

Saat itu memang baru saja perayaan ulang tahun kota Ambon yang ke-440. Puncak perayaanya dilakukan di Lapangan Merdeka ini. Terlihat masih adanya perangkat-perangkat sound system di salah satu sudutnya belum di ambil oleh pemiliknya.

 

4. Mengenal Sang Kapiten yang Berdiri Gagah di Tengah Taman

Foto oleh Alvi Sitepu

Siapa yang tak kenal Pattimura? Pahlawan yang bernama asli Thomas Matulessi ini pastinya sudah kita kenal sejak duduk di Sekolah Dasar. Poster Pattimura bersama pahlawan dari daerah lainnya biasanya selalu menghiasi dingding kelas saya saat itu.

Sebagai tanda penghormatan kepada Pattimura atas jasa-jasanya kepada Negeri maka masyarakat Ambon membangun patungnya di sebuah taman yang diberi nama sesuai namanya “Taman Pattimura”.

Ialah kebanggaan warga Ambon.

Patung itu berdiri gagah perkasa di taman itu. Parang di tangan kanannya dan perisai di tangan kirinya melekat bersama perangai diwajahnya menggambarkan bahwa ia memang seorang kapiten. Selain itu, pada pondasinya terpahat lukisan cerita perjuangannya saat masa penjajahan kolonialisme.

 

5. Menghayati Makna Gong Perdamaian, Simbol Perdamaian Warga Ambon

Foto oleh Alvi Sitepu

Melihat Monumen Gong Perdamaian di seberang pendopo Lapangan Merdeka Ambon mengingatkanku akan lirik lagu group band yang tenar di tahun 2001 “Padi”.

..kita terlahir bagai selembar kertas putih, tinggal kulukis dengan dengan tinta pesan damai dan terwujud harmoni

Perpaduan gambar bendera tiap negara dunia, simbol agama-agama di dunia dan peta Indonesia di pusat lingkaran Gong bagaikan suatu rangkaian akord-akord musik yang melantun selaras sehingga menjadi sebuah harmoni.

Keberagaman adalah sebuah Harmoni. Orang Ambon bilang “Katong samua basudara”. Ya, kita semua bersaudara.

 

6. Menikmati Suasana Romantis di Bangku Taman

Duduk berdua di sebuah bangku taman tidak hanya berlaku bagi orang yang berpacaran lo. Bisa saja dengan teman, orang tua atau saudara. Untuk yang berpacaran sepertinya sudah biasa dan tidak usah dibahas lagi. Karena mereka tak akan menganggap kita ada.

Dunia serasa milik berdua, yang lain ngontrak bung!”

Bangku-bangku taman berdiri di pojok-pojok taman dan lapangan. Saat saya kesana masih sore hari. Kalau malam hari pastinya bangku itu berkesan romantis ditambah cahaya temaram dari lampu taman.

 

7. Bersua dengan Burung Merpati yang Tengah Berlenggak-lenggok 

Kamu bisa menemukan banyak burung merpati di kota banyak kanal Venesia, Italia. Di taman Pattimura, kamu akan mendapat hal yang sama. Walau tidak banyak seperti di Venesia, tapi tetap asyik melihat mereka bermain di sini. Berjalan berlenggak-lenggok bagaikan penari di sebuah pentas. Nampaknya mereka pun ingin menjadi pusat perhatian.

Setelah mengamati dengan seksama ternyata sarang merpati ada di dekat pagar kantor Gubernur Maluku. Saya hanya melihat satu sarang, mungkin masih ada lagi, tapi tak tampak.

Mungkin, suatu saat nanti merpati-merpati ini akan semakin banyak dan bisa menyamai banyaknya merpati di kota Venesia.

 

8. Bermain dengan Orang Terdekat

Beberapa orang tua sering mengajak bermain anak-anak mereka di sini. Sebagian menuntun anak bayinya dengan kereta dorong, ada yang menuntun anaknya bermain sepeda, yang lainnya melihat anak-anak mereka berlari berkejar-kejaran.

Lapangan Merdeka Ambon tempat yang penuh kehangatan saya rasa, akan berbeda jika kita datang ke sini bersama orang-orang terdekat.

 

9. Semesta Membaca!

Foto oleh Alvi Sitepu

Gratis!

Rules,

  1. Baca di tempat,
  2. Tidak boleh dilipat dan tidak boleh sobek,
  3. Satu orang satu buku,

@agen Semesta

Begitulah tulisan di sebuah papan tulis hitam kecil yang ditulis dengan kapur tulis berwarna kuning, merah jambu dan hijau berdiri di depan gelaran buku-buku pada selembar tenda biru.

Kumpulan anak-anak kreatif di Ambon yang menamakan dirinya “Semesta” menggelar buku-buku di salah satu sisi Taman Pattimura. Kelompok yang awalnya di pelopori 6 gadis cantik ini sudah beraksi sejak setahun yang lalu. Eka, mahasiswi tingkat terakhir dari Universitas Pattimura adalah salah satu dari pelopor Semesta.

Setiap Minggu sore pukul 15.00-18.00 WIT kami sudah ada disini”, kata Eka antusias dan berhenti sejenak menulis di selembar kain putih. “Misi kami menggelar baca buku gratis ini agar masyarakat Ambon tidak hanya bermain di taman ini tetapi bisa menambah pengetahuan dengan membaca buku”, tambahnya lagi.

Semoga sukses ya Semesta.

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU