7 Tips Berwisata ke Kawasan Mangrove

Mangrove di Indonesia itu cantik dan unik, namun juga kini sedang sakit. Sebagai traveler, mari kita turut serta menjaga kelestariannya

SHARE :

Ditulis Oleh: Elly Suryani

Persiapan menuju kawasan magrove dari pangkalan Speedboat, disaksikan Jembatan Ampera. Foto oleh Elly Suryani

Sore itu, pos jaga Taman Nasional Sembilang menyambut dengan senyum cerah Jon si penunggu pos jaga. Beberapa kelebat burung-burung beterbangan dan ikan yang melompat-lompat menyembul dari balik speedboat yang membelah Muara Sungai Sembilang yang bertemu dengan Laut China Selatan. Sehamparan kokoh mangrove seperti hiasan renda hijau tepi sungai.

Kawasan ini  juga belum terlalu digemari wisnus dan wisman kecuali mereka yang memiliki minat khusus pada mangrove,  juga karena kawasan ini agak sulit dicapai.  Kamu tidak akan menemukan kerumunan penjual dan penjaja suvenir. Kamu tidak akan menemukan art shop dan toko oleh-oleh yang sudah terlalu mainstream dalam dunia pariwisata. Kamu akan menemukan hal lain di sini. Tidak hanya hamparan mangrovenya yang cantik, tapi juga ekosistemnya yang khas. Sebab mangrove berada diantara darat dan laut. Di kawasan Mangrove tumbuh dan hidup aneka flora dan fauna yang khas wilayah pesisir tadi. Saya bisa melihat aneka burung, kepiting, udang dan ikan khas setempat. Bagi penyuka kura-kura, harimau, buaya dan reptil lain maka kawasan mangrove adalah tempatnya.

Kawasan Mangrove Indonesia itu cukup unik. Kalau kamu baca-baca literatur tentang mangrove, setidaknya kamu akan menemukan bahwa Indonesia adalah salah satu lumbung mangrove dunia. Indonesia memiliki kawasan Mangrove terluas dan terbaik.

Indonesia adalah satu negara yang memiliki kawasan Mangrove luas di dunia

Membelah Kawasan Mangrove di Taman Nasional Sembilang. Foto oleh Elly Suryani

Sekitar 95.000 kilometer pesisir Indonesia ditumbuhi mangrove. Maka diklaim sekitar 23% dari keseluruhan ekosistem mangrove dunia berada di Indonesia (Giri et al., 2011). Setau saya berdasarkan data yang saya baca dalam laporan Ditjen Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial (RPLS), Sumatera Selatan adalah Provinsi terbesar yang memiliki kawasan Mangrove terluas di Indonesia. Selain itu ekosistem mangrove regional penting Indonesia ada di Papua, Kalimantan dan Sumatera (FAO, 2007)

Ada banyak jenis tanaman di Kawasan Mangrove Indonesia (saya sih sukanya jenis Pedada alias Sonneratia caseolaris, karena pohon dan buahnya itu punya kisah pada masa kecil saya). Tinggi Mangrove di Indonesia bisa mencapai 50 meter. Kelompok pohonnya padat, dengan akar berurai keluar dari batang pohon. Saat laut pasang, hutan mangrove akan digenangi air dan tanaman ini sangat toleran terhadap air laut itu. Ketika laut surut, lumpur tebal akan melapisi permukaan akar dan batang mangrove, menyimpan bahan organik yang sangat kaya (FAO, 2007). Itulah alasan kenapa kawasan mangrove adalah tempat yang disukai udang, kepiting dan ikan-ikan untuk hidup.

Mangrove adalah spesies tumbuhan khas pesisir pantai, ekosistem pasang surut yang sesungguhnya adalah penjaga pantai yang harus dijaga kelestariannya Karena Mangrove Indonesia adalah penyumbang besar luasan ekosistem mangrove dunia dan penyumbang karbon dunia.

Kawasan Mangrove Taman Nasional Sembilang. Foto oleh Elly Suryani

Mangrove Indonesia adalah kawasan dengan kandungan karbon terpadat di wilayah tropis. Kawasan ini menyimpan lebih dari 3 kali rata-rata karbon per hektar dibandingkan hutan tropis daratan (Donato et al., 2011)

Sayang kawasan Mangrove Indonesia terus dieksploitasi dengan beberapa alasan. Ya, ketika pertambahan penduduk terus terjadi, sementara bumi kita tidak bertambah luas, mau tidak mau terjadi upaya eksploitasi alam yang disebabkan pemenuhan kebutuhan hidup. Lebih mengenaskan ketika investasi untuk mengejar pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dilakukan di Kawasan Mangrove tanpa melihat struktur dan pola ruang, maka yang terjadi adalah eksploitasi besar-besaran. Seperti yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan tambak udang juga penebangan hutan. Data Cifor (Centre for International Forestry Research) menyebutkan bahwa dalam 3 dekade terakhir Kerusakan mangrove Indonesia mencapai 40 %. Sekaligus kerusakan terbesar dari kawasan mangrove dunia (Campell & Brown, 2015). Termasuk kawasan Mangrove di Taman Nasional Sembilang yang pernah saya datangi, kerusakan juga sedang terjadi.

Bagi traveler penyuka mangrove, ini bukan informasi baru. Biasanya mereka sangat paham dengan hal ini. Hanya, bagi traveler mangrove mania pemula, sekadar suka pada kawasan mangrove karena bosan ke pantai atau gunung, maka inilah 7 hal yang harus dipahami dan dilakukan saat melakukan traveling ke Kawasan Mangrove

1. Bawalah obat-obatan khusus perjalanan ke kawasan mangrove

Selalu bawa obat anti serangga, sebaiknya yang oles. Jika ada penduduk menawarkan penginapan di rumah mereka, maka bila ada mintalah kelambu. Sebagaimana kamu tahu, kawasan mangrove adalah kawasan gambut, semacam payau yang merupakan tempat indah dan pas bagi nyamuk berkembang biak. Bawa juga antimo atau obat anti mabuk lainnya bila anda mudah mengalami mabuk perjalanan karena goncangan. Umumnya kawasan Mangrove berada di kawasan pesisir yang jauh dari ibukota Kabupaten apalagi Provinsi (kecuali Mangrove Muara Angke Pantai Indah Kapuk yang deket banget di Jakarta) yang harus ditempuh dengan perjalanan air 2-3 jam perjalanan air yang harus ditempuh dengan kendaraan air semacam speedboat dimana anda akan merasakan sensasi guncangan speed boat yang dahsyat dan asyik.

 

2. Bawa buku dan Kamera, handycam

Sebab traveling ke kawasan mangrove adalah sebuah adventure yang perlu dicatat dan didokumentasikan. Entah untuk dirimu sendiri atau untuk siapa saja yang nanti membutuhkan. HP, kalau mau bawa saja, siapa tahu ada sinyal. Di Taman Nasional Sembilang, sinyal timbul dan tengelam.

 

3. Jadilah penjaga dan pelestari mangrove

Sampah pengharum cucian tersangkut. Foto oleh Elly Suryani

Saat berada disana, hakekatkan dirimu bukan sekadar foto-foto saat di speedboat atau selfie saat sunset tiba, kamu juga harus melakukan penanaman kembali (Replanting) bila menemukan banyak pohon rusak dan tumbang. Mudah saja, ambil tanaman mangrove baru bertunas yang biasanya tumbuh sembarangan di bawah gerombolan pohon mangrove, pindahkan dan tanam di lahan yang agak kosong karena banyak tanaman yang mati atau tanamkan biji mangrove entah bakau atau jenis api-api yang bijinya seperti tonggak panjang.

 

4. Ikutlah menjadi duta pengelolaan pembuangan sampah

Dusun Sembilang, sampah rumah tangga yang dibuang begitu saja ke bawah dan halaman rumah. Foto oleh Elly Suryani

Bila bertemu kampung di sekitar kawasan lindung, perhatikanlah bagaimana pembuangan sampah mereka. Jangan ikut-ikutan buang sampah sembarangan, kamu harus jadi jadi contoh, memberi penyuluhan pengelolaan sampah bila memungkinkan.

Saya sudah beberapa kali ke melihat perkampungan penduduk di sekitar kawasan mangrove baik di Sumatera Selatan Provinsi seperti kawasan mangrove di Makarti Jaya, Banyuasin II, Sungsang dan Taman Nasional Sembilang, juga di luar Sumsel yaitu ke Kuala Enok, Riau, rata-rata penduduk sekitar adalah pendatang yang tidak punya pemahaman cukup tentang kebersihan lingkungan, apalagi kelestarian mangrove. Sampah rumah tangga, biasanya mereka buang begitu saja di bawah rumah yang mereka yakini akan membantu memadatkan tanah pekarangan mereka. Alhasil, ketika air laut pasang maka sebagian sampah-sampah itu, dari bungkus mie instan sampai plastik pengharum cucian akan mengalir sampai jauh. Saya menemukan sampah-sampah plastik itu tersangkut di pohon pedada di kawasan lindung.

 

5.Prioritaskan Kawasan Mangrove sekitarmu

Tak perlu kawasan mangrove luar daerah atau luar negeri, utamakan kawasan mangrove di daerahmu sendiri. Sebab traveling ke kewasan mangrove sekaligus adalah penyelamatan kelestarian mangrove. Ketika kamu berada di kawasan mangrove dan kamu melihat langsung kondisinya, maka pasti akan menghasilkan tindak lanjut perbaikan, baik oleh kamu sendiri saat berada disana atau oleh pemerintah daerah setempat jika anda membuat tulisan/laporan traveling anda ke stakeholder terkait atau pemerintah daerah.

 

6. Jangan lupa urus surat izin

Karena kawasan Mangrove biasanya ada di kawasan lindung yang berada dalam pengawasan dan tanggung jawab sebuah istansi, maka kamu harus lebih dulu mengusur surat izin memasuki kawasan konservasi. Saat saya dan tim teman-teman melakukan traveling ke kawasan mangrove di Taman Nasional Sembilang, Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan dimana saya berada, kami mengurus surat izin tersebut ke kantor Taman Nasional Sembilang yang berada di Jalan Talang Jambe, arah ke Bandara SMB II di Palembang.

 

7. Jangan berangkat sendirian, lakukan dengan tim

Selain karena biaya ke kawasan mangrove itu besar (karena lokasi jauh yang harus ditempuh dengan speedboat dan tidak dilalui trayek angkutan speedboat sehingga harus carter atau sewa) yang akan lebih ringan jika iuran dengan tim. Akan lebih aman berangkat rombongan, apalagi ada pendamping dari pengawas kawasan Mangrove tersebut. Bayangkan bila tanpa sengaja kamu bertemu buaya, bahaya kan kalau sendirian.

***

Senja di pulau endapan pasir di Taman Nasional Sembilang. Foto oleh Elly Suryani

Demikian 7 hal yang harus dilakukan saat traveling ke kawasan mangrove. Mangrove itu keren, unik dan spesial, juga sedang mengalami kerusakan sehingga butuh perhatian tentang pelestarian dan konservasinya. Travelers, ayo traveling ke kawasan mangrove di sekitarmu!

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU