Pulau Weh salah satu destinasi wisata internasional di ujung barat Pulau Sumatera. Orang luar Aceh butuh biaya besar untuk melancong ke sana. Saya yang tinggal di Banda Aceh, bujet yang dibutuhkan tak terlalu besar.
Meski demikian perjalanan tersebut tetap membutuhkan persiapan. Saat ke Sabang pada September lalu, saya melakukan 7 hal berikut, mungkin bisa menjadi referensi bagi perjalananmu;
Ini cukup vital. Saya memilih solo traveling ke Sabang karena kenalan baru saya sudah menunggu. Dia pun menyambut baik. Dan saya bertindak seakan-akan anggota keluarga baru baginya.
Tinggal di rumah teman setidaknya dapat mengimbangi pengeluaran untuk penginapan dan jajan yang lumayan tinggi. Tanpa seorang pun yang kamu kenal di Pulau Weh akan kesulitan untuk tinggal lebih lama.
Biaya akomodasi tidak saya masukkan lagi dalam daftar rencana biaya perjalanan. Bahkan tidak untuk biaya makan tiga kali sehari. Saya hanya butuh biaya pergi-pulang dan uang saku selama di sana.
Namun sebaiknya, tambahkan sejumlah uang tak terduga dalam list budget. Kemungkinan kendaraan rusak, tarif tiket masuk objek wisata berubah, atau ada orang yang perlu dibantu akan selalu ada.
Sedia payung sebelum hujan.
Bawalah peralatan untuk membongkar kendaraan jika sewaktu-waktu ketimpa mogok. Akan cukup merepotkan jikakamu tidak punya keahlian khusus mekanik. Jika peralatanmu lengkap, kamu bisa minta bantu pada pengendara yang lewat, tanpa harus mendorongnya ke bengkel.
Pengalaman saya saat itu, sepeda motor mogok saat menanjak jalan menuju Tugu KM Nol. Selang bensin bocor. Saya tidak bawa apa-apa. Juga bukan seorang yang paham dunia bengkel. Syukur, seorang warga Sabang pun langsung menghentikan kendaraannya dan menawarkan bantuan. Mereka luar biasa ramah!
Buka mata, buka telinga, dan buka mulut. Pertama untuk melihat dengan jelas siapa dan apa yang sedang kamu hadapi. Kedua, untuk mendengar apa saja yang dikatakan orang yang dijumpai. Ketiga, tanggapi apa yang kamu lihat dan dengar. Bicaralah pada orang-orang di warung, kebun, pantai, bahkan dalam kapal penyeberangan. Selalu ada informasi beterbaran dimana-mana jika kamu mau ‘peka’.
Tinggal di rumah teman, saya mesti menyimak apa yang diceritakannya. Kadang bertukar pikiran dalam melakukan sesuatu. Sarannya ketika saya hendak pergi ke suatu tempat pun sangat berguna.
Sabang terlalu banyak spot untuk diambil fotonya! Ya, mungkin akan sampai membuatmu kebingungan saking banyaknya.
Jika tidak ada orang lain, kamu harus siap menjadi model bagi objek fotomu sendiri. Tripod atau tongsis akan menjadi teman baikmu di sini.
Saya pun begitu. Tripod kecil sangat membantu untuk menunjang smartphonography saya. Tentunya dengan menggunakan self timer saat merekam. Cara ini lebih baik daripada minta bantu orang lain yang kadang hasil jepretannya tidak sesuai harapan.
Berbagi foto on the spot di akun Instagram yang dibagikan juga ke Facebook, salah satu cara saya
Jangan sepenuhnya perjalanan yang kamu tempuh dinikmati sendiri. Tidak ada salahnya sekadar berbagi foto atau status di akun media sosial. Di malam hari, carilah warung atau cafe berfasilitas wifi yang banyak bertebaran di Kota Sabang.
Syukur kalau ada yang menanggapi statusmu lalu kamu diajak berjumpa dengannya. Tapi kali ini, kawan saya asal Sabang lainnya sedang ke luar daerah.
Setidaknya, orang-orang yang sedang butuh saya akan tahu kalau saya sedang di luar kota. Dan bagi saya, berbagi di medsos juga cara menyampaikan kabar untuk keluarga.
Jangan berlama-lama menjadi “gelandangan” di kampung orang. Kamu harus pulang pada waktu yang telah ditentukan dalam itinerary. Tapi sesekali penting juga melanggarnya. Bila memang ada hal yang belum kamu penuhi.
Saya dari jadwal tiga hari akhirnya harus tambah dua hari lagi. Pulau Weh dengan teman baru saya, terlalu dini untuk ditinggalkan. Ada kisah-kisah menarik yang mungkin takkan saya alami jika pulang sesuai rencana.[]