Gedung berusia lebih dari 120 tahun yang berada di samping Gereja Blenduk Kota Lama Semarang ini nampak megah. Saya teringat 3 tahun lalu datang ke tempat yang sama. Kala itu gedung ini belum berfungsi menjadi sebuah bar & bistro, hanya sekadar gedung antik yang terkadang menjadi tempat event. Beberapa tanaman merambat tumbuh di dinding-dindinginya, retakan dimana-mana, ruangan yang membuat keringat selalu mengucur saking gerahnya serta debu yang beterbangan.
Kini gedung ini nampak cantik, tampil mencolok diantara beberapa gedung tua kusam disamping-sampingnya. Mudah ditemukan saat kau jalan-jalan santai sore hari di Kota Lama. Ada beberapa hal tentang Spiegel Bar & Bistro yang cukup membekas di hati;
‘Handshake’ part2 So deftly, I was amazed to see it..
A video posted by [Aniza Trisnawati] (@izachanunil) on
Saya memilih duduk di bar counter. Sang bartender pria menyambut dengan ramah. Saya memesan segelas minuman bernama cocktail after sunset. Dengan cekatan ia langsung menyiapkannya. Gerakan tangannya cepat, mengambil gelas dari rak, menuang minuman dari botol, mengupas buah, semua sangat cepat. Paling menarik saat ia harus mencampur semua bahan dalam sebuah botol tertutup dan melakukan shaking. Ia mengocoknya dengan gerakan yang khas dengan kedua tangan ke kanan dan kiri sisi badan, cukup atraktif dna menghibur. ‘Haruskah mengocoknya dengan cara seperti itu?’ saya iseng bertanya. ‘Hahaha memang begitu tekniknya,‘ bartender hanya tertawa sembari terus menyiapkan cocktail pesanan saya.
Untuk jadi segelas cocktail dengan cita rasa yang pass dan khas itu butuh proses yg gag mudah ternyata.. dari meracik rasa hingga penyajian yang mempesona pastinya butuh ketrampilan tersendiri dari seorang bartender.. A video posted by [Aniza Trisnawati] (@izachanunil) on
Bagian finishing pembuatan cocktail after sunset adalah menggunakan teknik api –nama yang saya buat sendiri karena tak tahu nama asli teknik itu. Si bartender menggunakan alat menyemburkan api pada permukaan cocktail. Entah hanya perasaan atau memang seperti itu, aroma cocktail menjadi lebih harum setelah menggunakan teknik tersebut. Aroma khas jeruk segar.
Blackforest martini.. *chocolate rum+vodka at Spiegel Bar & Bistro
A photo posted by [Aniza Trisnawati] (@izachanunil) on
Rum dan cokelat berpadu saat pertama menyecapnya. Sebuah rasa elegan yang unik tertinggal di lidah. Sebuah cokelat berbentuk daun sepanjang jari telunjuk diletakan di atas martini glass. Mirip dark chocolate saat saya menggigitnya, rasa manis yang tak terlalu tajam dan sedikit rasa pahit di ujung rasanya.
big thanks to you who made it to our first day of trial . we are open ’til sunday , so come & give it a taste , yeah? regram @yunitapuspita23 . A photo posted by SPIEGEL b a r & b i s t r o (@spiegelbistro) on
Entah siapa yang bertugas memilih dan menyusun daftar lagu yang di putar di tempat ini, jika saya mengetahuinya saya akan menyalaminya dan berkata, ‘kamu harus bekerja di stasiun tv atau radio mungkin, agar suasana semua orang Indonesia membaik.’
Awal datang kemari suasana hati saya tak bisa dibilang baik. Semua beban selama 1 minggu menumpuk di pikiran. Setelah duduk beberapa menit di sini saya sungguh enjoy. Saya tak tahu judul-judul lagu yang memenuhi ruangan ini, tapi iramanya sungguh membuat segar pikiran. Lagu-lagu dengan tempo hentakan drum “sedang”, petikan gitar khas amerika latin serta suara “tebal” dari penyanyi wanita yang menurut saya sangat seksi. Semua orang memiliki selera musik masing-masing namun saya rasa musik di sini benar-benar mood booster yang bagus.
Bagian favorit saya dari tempat yang berdiri sejak tahun 1895 ini adalah sebuah rooftop dimana kita bisa menikmati kerlap-kerlip lampu gedung-gedung tua kota lama. Bisakah kau sebutkan ada yang lebih romantis dari menikmati cocktail berdua bersama orang terkasih dengan lampu-lampu hias menggantung dan beratapkan lautan bintang dan cahaya teduh bulan? Kamu akan mendapatkannya di sini.
just a friendly reminder, we are up & running daily from 10am – late starting tmrw june 8th . promos are up, people ! A photo posted by SPIEGEL b a r & b i s t r o (@spiegelbistro) on
Pertama memasuki gedung ini kesan pertama yang langsung terpikirkan adalah, “sangat western“. Suasana klasik bak kastil-kastil eropa. Sebuah bar counter di tengah ruangan lengkap dengan kursi-kursi bar tinggi berjejer rapi. Di sekeliling bar counter ada meja-meja makan bergaya klasik dengan 3-4 kursi. Di salah satu sisi ruangan ada 3 sofa merah super besar -nampaknya diperuntukan bagi pengunjung yang datang rombongan. Tembok-temboknya terpasang jendela-jendela kaca besar Bersantap di tempat ini bagai sedang menghadiri sebuah jamuan makan di kastil Eropa.
pretty sunsets come around in this part of town .. A photo posted by SPIEGEL b a r & b i s t r o (@spiegelbistro) on
Saya menamainya “jendela senja”. Sebuah meja setinggi bar counter di depan sebuah jendela kaca besar menghadap jalanan kota lama. Saat-saat matahari terbenam, tempat ini adala tempat terbaik di Spiegel. Semburat cahaya senja menyelinap lewat celah gedung-gedung tuaKota Lama menjadi sajian utama. Lilin-lilin cair dalam gelas yang ditata berjejer di atas meja menjadi pemanis.
***
Saya bukan seorang yang suka nongkrong di sebuah cafe atau apapun itu, namun entah mengapa saya betah duduk berlama-lama di tempat ini, suasana yang menenangkan dan kecantikan arsitektur gedungnya menjadi faktor utama.