6 Kenangan Saat Tradisi Tahunan Perguruan Pencak Silat MP di Gumuk Pasir Parangkusumo

Gumuk Pasir Parangkusumo memberi banyak kenangan tak terlupa saat mengikuti tradisi tahunan perguruan pencak silat Merpati Putih November lalu.

SHARE :

Ditulis Oleh: Rossita Kurnia Rahayu

Foto oleh Rossita

November lalu, terekam sebuah kenangan di Gumuk Pasir Parangkusumo, Yogyakarta. Suatu kehormatan besar bagiku yang bisa mengikuti sebuah Tradisi Tahunan Perguruan Pencak Silat Merpati Putih. Tradisi ini adalah agenda tahunan dimana seluruh anggota Merpati Putih dari Sabang sampai Merauke bahkan dari beberapa negara se-dunia berkumpul bersama. Bayangkan, se-dunia!

Saat itu ada lebih dari seribu anggota Merpati Putih hadir disana, bertempat di Gumuk Pasir Parangkusumo. Sepaket kenangan ini kudapatkan saat kali pertama kumengikuti Tradisi itu.

1. Keindahan luar biasa matahari terbenam di gurun pasir ala Indonesia

Seperti apa yang ada dalam pikiranku. Lebih dari sebuah kata berkesan. Aku melihat pesona alam yang tak pernah ku jumpa sebelumnya. Inilah gurun pasirnya Indonesia, Gumuk Pasir Parangkusumo! Gumuk pasir yang terhampar luas dikelilingi pohon-pohon berlatarkan deburan ombak dari sebelah selatan. Tak kalah, semilir angin kencang menambah suasana sakral saat mengikuti prosesi mengantar matahari terbenam.

2. Bertemu si kecil dari Banyuwangi

Inilah sebuah Kampung silat dengan tradisi pengenalan berbagai budaya tentang MP ( Merpati Putih ). Sebidang lapangan yang menjadi tempat pameran foto-foto tentang perkembangan MP. Di sana aku bertemu dengan orang-orang dari berbagai kalangan, baik tua maupun muda.

Terlihat anak kecil berseragam rapi, sedang sendirian seperti terpisah dengan temannya. Sempat aku dan temanku mengajak berkenalan seorang anak kecil yang sedang sendirian itu. Anak itu masih duduk di bangku SD kelas 5. Ia berasal dari Banyuwangi. Kami mengobrol banyak. Aku benar-benar kagum dengan dirinya. Saat anak lain seusianya sibuk bermain video game, ia sudah mau ikut andil mengembangkan budaya bangsa!

3. Bersua dengan sekumpulan pesilat asing

Gumuk Pasir Parangkusumo dipenuhi ribuan anggota MP. Salah satu yang menarik perhatianku adalah sekumpulan bule, berpostur tinggi, berambut pirang, mengenakan seragam perguruan rapi, tanpa alas kaki, mengikuti prosesi.

Aku berkenalan dengan salah satunya. Seorang tinggi besar, aku sampai harus mendongakkan kepala saat mengobrol dengannya. Seorang warga negara Jerman yang jatuh cinta pada pencak silat. Kemampuan bahasa Indonesianya cukup baik.

Ia banyak bercerita tentang perkembangan MP di Jerman. Walaupun diluar negeri, ternyata untuk nama-nama keilmuan, tingkatan, dan semua tentang MP tetap menggunakan Bahasa Indonesia dalam penyampaiannya.

Perempuan-perempuan di sana juga cukup banyak yang mengikuti pencak silat ini. Untuk menjaga diri tentunya.

Sudah bertahun-tahun si bule ini mendalami pencak silat MP. Ia bercerita bahwa ia sedang melakukan penelitian tentang Perguruan Merpati Putih. Oleh karena itu, ia datang ke Indonesia mengikuti Tradisi ini. Aku kagum dan terinspirasi lewat pertemuan singkat ini. Dimana inspirasi ini dapat aku kembangkan dikemudian hari dengan masih terus mengembangkan budaya asli Indonesia ini.

4. Long March melintasi Gunung Botak-Parangkusumo

Sebagai salah satu bagian dari prosesi, aku harus menempuh medan yang harus pegunungan yang menanjak. Setiap kali terasa sentuhan kerikil-kerikil jalanan bagai pijat refleksi, meski kaki pedas namun lama-lama terbiasa. Karena jalan jauh yang biasanya menggunakan alas kaki, tetapi kali ini tanpa alas kaki.

Rasanya pembajaan ini untuk semakin membuat mental diri semakin kuat. Aku pun mengerti arti pembajaan ini. Setiap pribadi harus memahami kondisi yang ada, dan selalu bersyukur. Mental seorang anggota MP dapat terbentuk.

5. Latihan bersama penyamaan gerak

Latihan bersama dengan ribuan anggota MP, memiliki rasa tersendiri. Serentak, melakukan gerakan silat menyamakan setiap gerakan agar tidak didapati perbedaan- perbedaannya. Aku melihat semua peserta sangat bersemangat dan sangat indah dalam melakukan gerakan.

6. Menyaksikan seni silat MP dikolaborasikan dengan Seni Budaya daerah

Saat itu ada beberapa daerah yang menampilkan kreasi seni budaya daerah setempat dengan dipadukan dengan gerakan silat MP. Aku melihat seni silat dengan tema koreografi yang berbeda-beda. Ada seni tarian dengan seni silat memainkan senjata, seni IPSI, seni bertarung dengan diiringi musik daerah setempat.

***

Tradisi dengan tema Kampung Silat dengan latar Gumuk Pasir Parangkusumo ini memberi banyak pelajaran berharga.

Tradisi tahunan sebagai pemersatu pelestari budaya silat, menjadi salah satu upaya untuk melestarikan dan juga mengenalkan budaya bangsa pada dunia luar. Saat melihat orang luar negeri memakai seragam perguruan lengkap dan melihatnya hormat perguruan, terselip sebuah kebanggaan luar biasa.

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU