Jika selama ini anda menganggap bahwa mumi merupakan tradisi pengawetan jenazah yang hanya ada pada Zaman Mesir Kuno, maka anda salah. Tradisi pengawetan jenazah dengan teknik mumifikasi ditemukan di beberapa kebudayaan kuno seperti Tiongkok, Aztec, hingga Indonesia. Setiap kebudayaan memiliki tekniknya sendiri untuk mengawetkan jenazah hingga menjadi mumi.
Tradisi mumifikasi jenazah di Indonesia dilakukan oleh suku-suku di wilayah pedalaman timur dan Sulawesi. Tidak semua jenazah akan dimumifikasi, hanya mereka yang dianggap orang penting dan memiliki jabatan adat tinggi yang jenazahnya diawetkan. Mumifikasi ini umumnya bertujuan untuk mengenang jasa-jasa para tokoh adat yang telah wafat.
Empat suku di Indonesia berikut memiliki tradisi mumifikasi yang menarik untuk dibahas. Beberapa diantaranya masih dipertahankan hingga sekarang.
Suku Toraja yang menyebar di Provinsi Sulawesi Selatan memiliki tradisi mumifikasi yang unik. Biasanya jenazah dari tokoh-tokoh adat atau sesepuh yang telah wafat akan diberi ramuan khusus yang membuat tubuhnya mengering serta tidak membusuk. Jenazah ini dimakamkan dalam peti kayu di sebuah gua berbatu. Selang beberapa waktu setelah pemakaman, biasanya masyarakat Suku Toraja akan mengadakan upacara Ma’nene. Dalam upacara tersebut tubuh mumi akan dibersihkan, pakaiannya diganti baru, dan diarak keliling desa. Ada kepercayaan bahwa mumi Suku Toraja saat upacara Ma’nene bisa berjalan sendiri.
Berbeda dengan mumi lainnya, mumi di Kampung Wolondopo terbentuk melalui proses mumifikasi yang alami. Hanya terdapat satu mumi, dahulunya adalah seorang keturunan keluarga Mosalaki atau pemimpin adat bernama Kaki Morea. Sebelum meninggal Kaki Morea berpesan agar tidak mengubur jenazahnya saat meninggal, hanya dimasukkan dalam peti kayu di sebuah ruangan khusus. Bukannya membusuk, jenazah Kaki Morea justru mengering menjadi mumi. Mumi Kampung Wolondopo ini dapat dikunjungi oleh siapa saja, namun sebelumnya harus izin terlebih dahulu kepada sang juru kunci.
Tradisi mumifikasi Suku Dani Papua sudah berlangsung sejak ratusan tahun lalu. Mumi milik Suku Dani sedikit berbeda karena memiliki warna hitam pekat dengan posisi tubuh duduk dan kepala menengok keatas serta mulut terbuka lebar. Teknik mumifikasi jenazah tidak melalui pembalsaman, jenazah yang baru wafat akan dijemur untuk dikeringkan lalu diletakkan di dalam sebuah gua. Setelah agak mengering dan menjadi mumi selanjutkan ditusuk dengan tulang babi dan diletakkan diatas perapian untuk menghilangkan lemak ditubuhnya.
Mumi Suku Moni adalah sosok bernama Belau Mala yang dianggap sangat berjasa karena telah mengantarkan seorang misionaris pertama menuju desa dengan selamat. Proses mumifikasi Belau Mala berbeda dengan Suku Dani, jenazah terlebih dahulu akan dilumuri dengan minyak babi kemudian dikeringkan diatas perapian. Mumi Suku Moni ini dapat ditemui di depan desa, siapa saja yang ingin melihatnya akan dikenakan tarif untuk merawat kondisi mumi agar tetap terjaga.
Demikan mumi-mumi yang ada di Indonesia. Tertarik untuk mengunjunginya? Langsung saja cek di Phinemo Marketplace untuk penawaran paket wisata mearik.