Foto oleh Shabara Wicaksono
Sebelumnya, saya sama sekali tak pernah terpikir untuk membuat sebuah video perjalanan.
Tas besar dengan kamera dan segala tetek bengek didalamnya, tripod di punggung – sangat mengganggu saat saya bersandar – dan hasilnya belum tentu dapat dinikmati banyak orang.
Dengan kecepatan koneksi internet negeri tercinta, saya tak berharap banyak orang rela menghabiskan waktu menunggu buffer video perjalanan seseorang di youtube. Perlu diingat tak semua orang cukup beruntung mendapat koneksi bagus di wilayahnya.
Beda dengan menulis. Setidaknya sebuah buku dan pulpen cukup menjadi senjata untuk merekam sepotong kisah perjalanan saya. Catat hal-hal penting, pindahkan dalam blog saat dirumah. Untuk mengaksesnya tak sesusah dan serumit video.
Namun setelah saya mencoba merekam beberapa momen dan melihat hasilnya, saya tersenyum. Membutuhkan perjuangan lebih untuk mendokumentasikan sebuah perjalanan dengan video, namun hasilnya membuat saya terus tersenyum puas sepanjang hari – bahkan mungkin saat terlelap di malam harinya-.
Bagi saya sebagai seorang videografer perjalanan, saya harus menjadi seorang yang paling menikmati perjalanan, karena orang lain akan merasakan apa yang kita rasakan dalam video perjalanan kita, apakah kita benar-benar seorang pecinta perjalanan atau hanya seorang videografer yang melakukan tugasnya untuk melakukan perjalanan.
