Pulau Weh, pulau di ujung barat nusantara, tempat berdirinya tugu nol kilometer Indonesia, memiliki banyak objek wisata yang akan menyegarkan hati dan pikiran tiap pengunjungnya.
Ini adalah kunjungan pertama saya ke Pulau Weh, pertama kali pula saya berlibur ke luar pulau.
Saat itu, pertengahan Mei 2015. Selama dua hari, saya cukup puas menikmati segala keindahan panorama Pulau Weh yang bahkan sampai membuat para wisatawan mancanegara penasaran.
Pulau Weh bisa dicapai melalui Pelabuhan Ulee Lheu Aceh menuju Pelabuhan Balohan Sabang. Tersedia dua jenis kapal, yaitu kapal cepat dengan waktu tempuh 30 menit dan kapal lambat dengan waktu tempuh sekitar 2 jam.
Di Pulau Weh saya mendapat banyak hal baru yang harus saya bagikan pada kalian. Inilah berbagai fakta mengenai Pulau Weh.
Menuju Sabang bukanlah hal yang sulit. Ada dua jenis kapal yang bisa mengantar ke Sabang, kapal cepat 30 menit dengan harga tiket Rp. 60.000/orang dan kapal lambat 2 jam perjalanan Rp. 23.000/orang. Kami mengambil alternatif kapal lambat untuk melakukan penyeberangan.
Dalam perjalanan kami disuguhi pemandangan laut yang sangat indah. Beruntung kami bisa melihat langsung lumba-lumba berlompatan di permukaan laut, mereka seakan mengiringi perjalanan kami saat itu. Ini pertama kalinya saya menyaksikan lumba- lumba secara langsung, sensasinya membuat hati berdesir.
Di Iboeh, kami menjumpai banyak jasa penyedia homestay menawarkan jasa yang menarik.
“Mau kemana Bang. Disini aja penginapannya murah loh, bisa di lihat- lihat dulu bang” celoteh seorang pemuda yang menawarkan jasa homestaynya
Uniknya penginapan ditempat ini kita bisa dapat dengan harga yang berbeda- beda. Penginapan yang langsung berhadapan dengan pantai, ini suatu hal yang indah, dimana kita bisa bersantai sambil menikmati keindahan panorama pantainya.
Kami berhasil mendapat penginapan dengan harga Rp 600.000/malam dengan fasilitas lengkap, serta aman dan sangat nyaman untuk kami beristirahat.
Pantai Anoi Itam terletak di sisi tenggara Pulau Weh, hanya membutuhkan 30 menit perjalanan dengan mengunakan motor. Keistimewaan pantai ini terletak pada pasirnya yang hitam, Dalam bahasa Aceh, Anoi Itam berarti pasir hitam.
Kami berkempatan mengunjungi Resort Anoi Itam yang menakjubkan, disini kami dapat menikmati keindahan Pantai Anoi Itam dan pemandangan dari tebing-tebingnya yang menakjubkan. Dengan menelusuri tebing-tebing terjal untuk melihat pemandangan yang menakjubkan itu, Resort Anoi Itam sudah membangun jalan setapak dan beberapa gazebo yang akan memudahkan anda menelusuri pantai Anoi Itam.
Benteng Anoi Itam ini adalah salah satu benteng yang menjadi tempat pertahanan serdadu jepang saat mereka masuk ke Sabang. Jika ditengok dari sisi sejarah, Pulau Weh sudah jadi rebutan penjajah sejak dulu kala, benteng- Benteng Jepang itu buktinya. Tersembunyi di antara bukit karang dan pepohonan, membuat benteng ini sangat strategis untuk mengintai musuh.
Dari benteng yang berada di Pantai Anoi Itam, kamu bisa melihat hamparan laut berwarna biru kehijauan yang sangat memukau. Selain laut lepas yang jernih, kamu juga dapat melihat Gunung Seulawah yang menjulang kokoh di kejauhan. Tidak heran jika wisatawan sangat senang berfoto dengan latar belakang bukit dan benteng Jepang tersebut, termasuk kami.
Salah satu hal yang menarik untuk mengisi liburan menjadi bermakna adalah menikmati sang fajar muncul dibalik pegunungan, inilah yang kami lakukan di Pantai Sumur Tiga, satu momen yang tak boleh terlupakan saat berada di Sabang.
Pantai Sumur tiga menjadi suatu tempat menarik untuk menyaksikan sunrise, pantai yang dikelilingi karang yang besar menjadi keindahan sendiri untuk menikmati matahari terbit dari peraduaanya.
Bagi kamu yang sangat cinta dengan Indonesia, tugu yang satu ini bisa menjadi kebanggaan tersendiri. Mengunjungi titik 0 Indonesia menjadi cerita seru yang tak akan terlupakan, apalagi kita bisa mendapatkan sertifikat Km 0 yang ditandatangani langsung oleh Walikota Sabang.
Tugu ini berjarak kurang lebih 29 km dari pusat Kota Sabang, dengan waktu tempuh kurang lebih 1 jam 30 menit bila menggunakan kendaraan. Tugu setinggi 20 meter yang masih dalam pembenahan tersebut berwarna krem dan merah muda dengan lambang Garuda yang sedang menggengam angka 0 di puncaknya.
Yang pasti jangan lupa untuk mengabadikan momen ini menggunakan kamera. Sekadar saran, carilah posisi di bagian barat tugu untuk mendapatkan wujud tugu keseluruhan.
Bak pasar rakyat, itulah menggambarkan suasana di Pantai Teupin Layee, suasana pantai yang asri, panorama yang indah, dan wisatawan yang berlalu lalang menjadi pemandangan yang tak asing lagi di pantai ini, itulah yang paling menggoda.
Tak hanya itu di pantai ini juga berjejer rumah- rumah kayu yang nyaris menutupi kaki bukit yang menghadap langsung ke Pantai. Warung makan, toko baju dan kedai kopi juga dengan mudah ditemukan di Pantai ini. Di seberang jalan kiri dan kanan berjejer baju- baju pelampung berwarna oranye yang tersusun rapi di rak khusus oleh penyedia jasa.
Tawaran demi tawaran yang mengiurkan sering keluar dari mulut pemuda- pemuda pengelola wisata sambil menebarkan senyum indah di setiap siapa saja yang lewat.
Lautan manusia berpelampung oranye memenuhi pesisir pantai ini menunggu untuk bermain bersama ikan hias yang bisa dinikmati dengan mata telanjang serta keindahan terumbu karang. Hal inilah yang membuat saya ingin kembali ke Pantai Teupin Layee.
Salah satu yang tak boleh kamu lewatkan saat berada di objek wisata ini adalah berfoto ria yang berlatar Pantai Iboeh.
Carilah angle terbaik dan segeralah unggah di media sosial. Perjalanan tanpa foto seperti sayur tanpa garam, tidak ada barang bukti yang bisa diperlihatkan, siapa yang akan percaya?
Tak lengkap ke Pulau Weh tanpa mencoba snorkeling atau diving di Pulau Rubiah. Pulau Rubiah memang terkenal dengan wisata baharinya. Suara debur ombak Pulau Rubiah yang terdengar bagai musik orkestra yang mengalun merdu di gendang telinga.
Cuaca yang cerah, damai itu begitu terasa di sini. Setelah sampai di Pantai Teupin Layeu kita menyebrang lagi dengan menggunakan boat atau dengan perahu kaca. Untuk biaya sewa biasa mulai Rp 100.000- Rp 350.000 per boat. Jadi kalau mau menghemat biaya, sebaiknya mengikuti rombongan atau cari teman yang satu tujuan, jadi bisa berbagi biaya.
Tidak sampai 15 menit dari Pantai Teupin Layeu, akhirnya sampai ke Pulau Rubiah. Dengan peralatan snorkeling yang cukup lengkap mulai dari mask, snorkel, pelampung dan fin, yang kami sewa di tempat peralatan seharga 40 ribu/ orang, kami langsung terjun ke air. Tak sampai 5 menit kami sudah dikerubungi dengan ikan-ikan hias yang warna-warni, mereka sepertinya sudah akrab dengan manusia.
Pulau Rubiah identik dengan keindahan pemandangan bawah lautnya yang sangat indah. Terumbu karangnya yang banyak, tapi mata kami dimanjakan oleh ikan hias cukup besar beraneka warna dalam jumlah banyak. Buat saya ini snorkelingnya pertama, dan sangat beruntung karena mendapatkan pemandangan yang begitu spektakuler. Saya sendiri tak pernah bosan rasanya melihat ikan-ikan hilir mudik, mengamati mereka beraktifitas langsung di depan mata. Ini rasanya seperti melihat ikan hias di akuarium tapi tanpa kaca.
Rujak Klah yang menlegenda patut kamu coba! Selain itu adapula sate gurita, mie jalak dan mie pingsun yang akan menggoyang lidahmu di sini.
Menyusuri keindahan kota di malam hari, menjajaki setiap sudutnya ditemani taburan bintang dan cahaya bulan, kamu akan merasa tak ingin meninggalkan pulau ini untuk selamanya!
Membawa oleh- oleh untuk keluarga dan teman tercinta menjadi salah satu hal yang wajib jika kita bepergian. Bakpia Sabang, salah satu buah tangan wajib dibeli saat akan meninggalkan Sabang. Kue yang memiliki aneka rasa mulai dari durian, kopi bahkan kacang hijau ini menjadi primadona bagi masyarakat Sabang.