Borobudur 10K & Half Marathon yang diikuti 16.000 pelari. Tidak hanya sekadar event lari untuk mencari bibit muda cabang atletik dan mengajak masyarakat agar gemar berolahraga, tapi juga menjadi bagian dari promosi Jawa Tengah pada dunia. Mengingat Candi Borobudur pernah tercatat sebagai warisan budaya dunia sebagai candi Budha terbesar di dunia.
Selain memperkenalkan wisata Candi Borobudur, Magelang juga memiliki wisata lain yang tak kalah dari daerah-daerah wisata lainnya. Baca juga alasan kenapa kamu harus berkunjung ke Magelang
Kalau ada yang mengira acara lari ini diperuntukkan khusus remaja dan dewasa, itu salah besar. Nyatanya banyak anak kecil yang duduk di sekolah dasar, ikut berlari dari start sampai berakhir di finish. Kecil tidak berarti harus selalu mengalah. Ukuran badan boleh saja lebih kecil, tapi semangat tidak kalah tinggi.
Asal ada niat dan usaha, jalan akan membentang luas di depan. Inilah yang dialami oleh lelaki penderita difabel yang begitu antusias untuk mengikuti perlombaan. Saat perlombaan dimulai, ia mulai memutar roda. Dengan mengandalkan kekuatan tangan, pria ini terus mengayunkan tangan, menempuh jarak kilometer. Menyabet juara bukanlah tujuan utamanya, yang terpenting adalah keberanian untuk memulainya. Kekurangan bukan menjadi pembatas seseorang untuk bermimpi. Yang perlu dilakukan adalah bagaimana cara untuk melampaui diri. Pria ini disambut haru oleh peserta lain di garis finish.
Semua orang tahu, bahwa berolahraga akan membuat tubuh sehat dan awet muda. Tapi tidak semua orang bisa mengamalkannya.
Pria ini adalah salah satu pelari berusia lanjut yang berpartisipasi dalam Borobudur 10K & Half Marathon 2015 . Rambutnya boleh saja terlihat memutih, kulitnya tak lagi kencang seperti atlet dengan badan berkotak-kotak. Tapi, ia adalah lelaki tangguh yang sanggup berlari belasan kilometer. Jarak yang cukup jauh, bahkan tak semua pemuda mau melakukannya.
Tak ada batasan umur ataupun status sosial. Semuanya berbaur menjadi satu. Termasuk Ganjar Pranowo. Beliau berhasil mencapai finish dengan jarak tempuh 10 km dan disambut sorak sorai oleh penonton. Sampai di garis finish, beliau membantu beberapa ibu-ibu untuk memunguti sampah.
Di jalur kompetisi, siapa pun berhak untuk bersaing bahkan dengan sahabat sendiri. Tapi diluar itu, saling membantu adalah bagian dari kemanusiaan yang tak boleh diacuhkan.
Banyak peserta datang bersama rombongan teman atau bahkan bersama grup pelari dari suatu daerah. Nikmati perjalananmu! Karena setelah berhasil mencapai finish ada banyak hal yang bisa dilakukan. Bercengkerama bersama teman-teman di bawah rimbun pohon sambil menunggu keberuntungan doorprize atau berjalan-jalan menikmati kemegahan candi, bisa dilakukan.
Hampir setiap tahun pelari asal Afrika tak pernah absen dari event lari internasional ini. Mereka adalah atlet-atlet terlatih. Mereka menjadi pelari tercepat dengan yang berhasil capai finish dengan tempuh jarak 21 km. Uniknya, 2 pelari Half Marathon ini selalu berlari beriringan mulai dari start bahkan sampai di garis akhir.
Berlari dengan jarak belasan kilometer, membuat semua anggota tubuh terkadang mengalami cidera. Melakukan relaksasi dengan pijat gratis di tenda yang disediakan panitia menjadi hadiah hiburan. Ini akan mengobati sedikit rasa lelah selama perjalanan pulang sampai di rumah.
Pemberian hadiah dilakukan oleh Ganjar Pranowo didampingi oleh atlet binaragawan Ade Rai. Juara 10K dan Half Marathon kelas internasional borong oleh pelari-pelari asal Afrika.
Hadir pula pelari yang mengecat seluruh tubuhnya berwarna putih. Mereka adalah komunitas yang datang dari Komunitas Seniman Borobudur Indonesia (KSBI).
***
Berikut kemeriahan Borobudur 10K & Half Marathon 2015 yang terekam dari balik lensa tim kami: