Sering kita melihat banyak pejalan asal negeri barat yang mampu traveling dalam jangka waktu lama. Kita sering terheran-heran dibuatnya. Pertanyaan seperti “duitnya banyak ya?”, “anak orang kaya pasti, deh?” atau “kerjanya apa, sih, bisa jalan-jalan terus?” pasti muncul di kepala kita.
Padahal, ya, kita pun bisa demikian. Saya enggak bercanda, loh, saya sendiri sudah mengalaminya. Sudah mendengar soal program visa Bekerja dan Berlibur (Work and Holiday Visa/ WHV) dari pemerintah Australia buat pemuda Indonesia, kan? Kalau belum baca-baca di sini dulu. Dengan WHV kita dimungkinkan untuk bekerja untuk dan berlibur selama setahun di Australia.
Para pejalan asing yang sering kita temui di tempat wisata Indonesia sebagian besar bisa saya pastikan mereka juga pernah ikut WHV baik di Australia maupun Selandia Baru. Berhubung hingga saat ini, WNI cuma bisa WHV di Australia maka ada baiknya setiap pemuda Indonesia memanfaatkan peluang yang ada.
Setelah mengalaminya sendiri, saya pun sangat merekomendasikan WHV ini pada siapapun karena alasan di bawah ini:
Enggak harus jadi penyanyi dulu untuk bisa menjejakan kaki di luar negeri. WHV merupakan peluang bagi kita bisa mencicipi kehidupan di negeri kangguru. Lain ladang ladang lain belalang, Australia akan memberikan jenis gaya hidup baru untuk kita. Banyak gaya hidup positif yang bisa kita bawa pulang dan tularkan kepada rekan-rekan di tanah air, contoh kecilnya seperti tidak menyelak antrian masuk kendaraan umum, buang sampah pada tempatnya, berkendaraan dengan tertib, dan banyak hal lainnya.
Setiap working holiday maker berhak untuk bekerja dalam bidang apapun di Australia. Jumlah pekerjaan di negara benua ini berjibun mulai dari kota besar sampai kota kecil di antah-barantah. Upahnya pun lumayan, loh. Mendapatkan penghasilan minimal sebesar AUD 20 per jam sangat memungkinkan. Seru enggak, sih?
Kalau mau bikin daftar kecantikan alam Australia enggak cukup ribuan karakter, deh. Dengan upah hasil bekerja, kita bisa membiayai perjalanan ke tempat-tempat menarik Australia yang tersebar di seluruh pelosok negeri. Sebut saja 12 Apostles, Uluru, Byron Bay, Great Barrier Reef, Whitsunday Beach, dan ratusan taman nasional yang layak dikunjungi. Uuhh,,, belum lagi ketemu dengan hewan-hewan “ajaib” Australia seperti kangguru, koala, emu, wombat, buaya, juga burung warna-warni yang cantik. Saya yakin setelah kembali dari Australia kalian akan ogah untuk nongkrong di mall.
Practice makes perfect! Gara-gara bergaul dengan para Aussies (panggilan untuk orang Australia) pastilah kita yang mungkin awalnya masih na-ni-nu dalam berbahasa Inggris akan mahir dalam beberapa waktu. Ya mau bagaimana lagi, enggak ada pilihan lain selain meladeni mereka dalam bahasa inggris. Selain itu, aksen Aussies yang sangat kental itu tergolong sulit dimengerti, dijamin kalau sudah menguasainya kita akan mudah berbicara bahasa inggris dengan warga negara manapun.
WHV diperuntukan untuk mereka yang masih berusia muda. Jangan harap bisa bawa orang tua untuk menemani kita selama WHV. Ya kalau orang tua datang dengan visa turis beda lagi ya ceritanya. Nah, WHV ini merupakan cara yang ampuh untuk merangsang kemandirian kita karena segala sesuatunya harus dilakukan sendiri seperti masak, belanja, cuci pakaian, cari kerja, dan sebagainya. Kalau mau makan beli aja, deh, bisa kan? Ya, bisa sih, tapi apa rela ngeluarin duit AUD 10 untuk sekali makan padahal uang segitu bisa untuk tiga kali makan kalau masak sendiri.
Siapa, sih, yang enggak mau punya teman? Dengan WHV kita bisa bertemu banyak working holiday maker dari berbagai macam negara. Bahan obrolan akan sangat bervariatif karena teman-teman kita berasal dari lingkungan dan budaya yang berbeda. Biasanya, nih, pertemanan yang terjalin dari saat WHV akan langgeng sampai kita berpisah negara.
Dan terkadang teman-teman itu akan dengan senang hati menerima kedatangan kita ke negaranya. Asyik, kan?
Lelah enggak sih setiap hari kita selalu mendengar berita soal selisih paham gara-gara SARA? Nah, hidup di Australia yang penghuninya berasal dari banyak negara dengan latar belakang budaya berbeda akan membantu kita untuk belajar saling menghormati satu sama lain. Dan menyadari betapa yang berbeda-beda itu pun indah dan bisa berjalan selaras berdampingan.
Selain itu, umumnya working holiday maker yang kembali ke tanah air akan lebih menghargai pekerjaan cleaning service, pelayan restauran, juga tukang cuci piring. Kenapa? Karena pekerjaan itulah yang biasanya menjadi penyambung hidup selama di Australia dan jenis pekerjaan yang biasanya dipandang sebelah mana itu ternyata tidak mudah dilakukan. Saya sendiri sekarang lebih menghargai petani karena selama setahun bekerja di bidang pertanian yang ternyata berat saudara-saudara.
***
Nah, bagaimana menurut kalian? Masih ragu untuk melewatkan kesempatan WHV yang cuma berlaku sekali seumur hidup ini? Jangan dong!