Beberapa minggu lalu, dua orang teman datang ke rumah saya di Puncak, Bogor. Dua hari ke depan mereka meminta saya untuk mengisi kepenatan mereka liburan di Jakarta dengan jalan-jalan Bogor.
Hari pertama saya mengajak mereka untuk memanjakan lidah, jelajah kuliner!
Belum lengkap rasanya kalau ke Bogor tidak mencicipi makanan yang satu ini, bukan makanan khas Bogor, tapi makanan populer di Bogor karena rasanya yang istimewa dan tempat yang sangat nyaman. Terletak di area Taman Kencana, resto yang satu ini berkonsep rumah kebun, suasananya romantis di malam hari. Dengan lampu gantung dan meja serta kursi panjang di taman-taman. Resto ini menyajikan aneka penganan dan minuman mulai dari jus, kopi, maupun es krim dengan manis yang membuat lidah bergoyang. Menu andalan tempat ini adalah makaroni panggang yang disajikan disajikan di atas alumunium foil dengan toping daging asap, keju, dan makaroni yang aromanya membuat konsentrasi berkendara hilang.
Garut, Jawa Barat, bisa menjadi alternatif untuk menyegarkan pikiran di akhir pekan. Baca panduan berwisata ke Garut di sini.
Terletak di Simpang Seuseupan, bakso ini menawarkan sensasi yang berbeda dari bakso pada umumnya, selain rasa baksonya yang kenyal dan bertekstur lembut, bakso ini ditaburi daging kering yang gurih dan renyah. Ada sensasi kriuk-kriuk di dalamnya. Makan seporsi besar bakso di sini, cukup dengan membayar 15 ribu rupiah saja.
Sebelum kami pulang karena hari sudah beranjak malam, saya mengajak kedua teman saya mampir ke kedai tenda di seberang bakso seuseupan. Bukan berniat makan lagi, sudah tidak cukup rasanya perut ini jika diisi lagi. Tak jauh berbeda dari surabi pada umumnya, surabi ini dimasak secara tradisional di atas tungku batu bara dengan mangkuk kecil tanah liat untuk memasak surabi. Rasa surabi yang gurih dan lembut kemudian disiram dengan kuah durian yang manis. Selain durian, di sini juga ada surabi jagung, nangka, ketan, coklat, dan aneka varian lain. Satu porsi surabi dihargai 8 ribu rupiah saja.
Hari kedua, kami melihat sisi lain dari Taman Nasional Gunung Gede Pangrango yang terletak di Cibodas. Perjalanan dimulai dari Gadog dengan menaiki mobil Elf jurusan Ciawi-Cianjur. Perjalanan Ciawi-Cibodas dengan mobil memakan waktu kurang lebih dua jam, dengan ongkos 10 ribu rupiah. Sesampainya di Cibodas, kami harus naik angkutan umum sekali lagi, angkutan jurusan Cipanas-Cibodas ini yang akan mengantarkan kami sampai di pintu masuk Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.
Untuk mendaki Gunung Gede Pangrango per orang dikenakan biaya Rp 27.500,- sedangkan jika ingin Ciwalen Canopy Trail, per orang dikenakan biaya Rp 40.000,- rupiah, belum termasuk pemandu. Harus ditemani pemandu karena akses menuju canopy trail trek nya tidak sejelas menuju Curug Cibereum atau Gunung Gede Pangrango, masih lebat hutannya.
Untuk menuju canopy trail, kami harus belok ke kiri masuk hutan, sedangkan jika menuju Curug Cibereum maupun pendakian Gunung Gede Pangrango lurus terus mengikuti jalan setapak berbatu.
Pemandangan menuju canopy trail rimbun sekali dengan tanaman-tanaman hutan dan semak belukar, udara sejuk dan suara kicau burung-burung hutan menemani perjalanan kami. Setelah berjalan kurang lebih 10 menit, tibalah kami di canopy trail ini. Canopy ini memiliki panjang 130 meter, membelah jurang sedalam 40 meter dan mampu menopang beban hingga 300 kg. Meski agak sedikit ngeri, karena pergerakan kami saat berjalan membuat jembatan berayun-ayun, namun pemandangan dari atas yang mengesankan membuat kami betah berada di jembatan tersebut.
Gunung-gunung ini begitu populer di kalangan pendaki Jawa Barat. Gunung apa itu? Cek di sini.
Pohon tinggi menjulang membentuk pilar, rimbunnya kanopi membentuk atap yang lebat serba hijau, dan pemandangan hijau yang membentang dilatarbelakangi suara bunyi aliran sungai di bawah jembatan, membuat kita betah berlama-lama berada di atas jembatan. Benar-benar pemandangan yang menyegarkan mata dan pikiran.
Puas berfoto dan menikmati pemandangan dari atas jembatan, kami melanjutkan perjalanan menuju Curug Ciwalen yang tidak jauh dari canopy. Karena kami datang di musim kemarau, air yang mengalir dari curug tidak terlalu deras.
Setelah puas bermain air, pemandu kami menawarkan perjalanan menuju Curug Cibereum. Perjalanan menuju Curug Cibereum dari Curug Ciwalen cukup jauh, kami harus menerobos hutan sebelum tiba di jalur sesungguhnya yang searah dengan jalur pendakian, setelah berjalan kaki kurang lebih 15 menit dari Ciwalen, tibalah kami di jalur menuju Curug Cibereum. Jalur menuju Cibereum didominasi tangga berbatu.
Sepanjang perjalanan pemandangan hijau membentang, beberapa hewan seperti tupai menjadi pemandangan di pepohonan, benar-benar suasana yang masih sangat asri. Perjalanan menuju cibereum cukup melelahkan, memakan waktu 45 menit dari pertigaan Ciwalen tadi.
Setelah melewati jembatan, suara deras air terjun mulai terdengar jelas, kelelahan kami berubah menjadi kepuasan sendiri saat melihat besarnya air terjun dan segarnya air di sekitar. Kami duduk di bebatuan dekat air terjun sambil menikmati embun-embun air yang menampar wajah kami. Airnya jernih dan luar biasa menyegarkan.
Inilah tempat-tempat di Tasikmalaya, Jawa Barat yang akan membuatmu berdecak kagum karena keasrian alamnya. Baca di sini.
***
Itulah pengalaman kami selama 2 hari di Bogor. Bogor tak hanya tentang Puncak, jadi, ayo berkunjung ke Bogor!